Saturday, January 3, 2015

"KAIROS"

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2015

Baca:  Pengkotbah 9:10-12

"Karena manusia tidak mengetahui waktunya."  Pengkotbah 9:12a

Dalam menjalani hidup ini umumnya kita cenderung berjalan dengan kekuatan sendiri dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang mata jasmaniah, akibatnya kita seringkali jatuh dan menuai kegagalan, sebab cara pandang kita akan berdampak pada tindakan-tindakan kita.

     Kalau kita menatap hari-hari yang kita jalani ini sebagai sesuatu yang sangat keras dan sukar, maka kita akan merasakan betapa berat beban hidup ini, sehingga kita pun akan melangkah dengan gontai, tanpa semangat dan penuh keluh kesah.  Gontai berarti terhuyung-huyung dan lemah.  Dikatakan,  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).  Tapi kalau kita melihat hidup ini dengan kacamata iman, kita akan memaknai hidup sebagai suatu kesempatan yang diberikan Tuhan bagi kita.  Jika menyadari bahwa hidup ini adalah kesempatan, maka kita akan menjalani hidup ini dengan penuh semangat.  Karena itu kita tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja, sebaliknya kita akan mengisi waktu tersebut dengan perkara-perkara yang positif dan melakukan segala sesuatunya sebaik mungkin, sebagaimana yang dinasihatkan rasul Paulus kepada jemaat di Kolose,  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).

     Kesempatan tidak datang dua kali!  Terbukti ada banyak orang yang menyesal bukan main saat kesempatan yang diberikan itu tidak dipergunakan.  Akhirnya yang ada hanyalah penyesalan tiada guna.  Inilah yang disebut kairos, yaitu suatu periode tertentu, yang kalau sudah lewat tidak akan kembali lagi;  inilah kesempatan emas, yang tidak datang dua kali.  Penting bagi kita untuk peka memperhatikan kapan waktu Tuhan membuka pintu dan menutup pintu  (kesempatan), sebab  "...apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka."  (Wahyu 3:7).  Saat ini masih banyak orang tidak mau menggunakan kesempatan yang diberikan untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan, sebaliknya mereka lebih memilih menikmati kesenangan duniawi dan mengabaikan kehadiran-Nya.

"Waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan;"  Mazmur 119:126

Friday, January 2, 2015

TAHUN PENUH KEBAIKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2015

Baca:  Mazmur 65:1-14

"Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak;"  Mazmur 65:12

Berbicara tentang mahkota pastilah identik dengan raja atau ratu yang memerintah suatu kerajaan.  Mahkota adalah hiasan kepala yang menunjukkan kebesaran dan kekuasaan bagi seorang raja atau ratu.  Jika kita menjadikan Tuhan sebagai Raja dalam kehidupan ini Ia akan berkuasa dan bertanggung jawab penuh atas hidup kita.  Tuhan bukan hanya melindungi dan menjaga kita sehingga kita merasakan ketenangan dan keamanan, tapi Ia juga akan mencukupkan segala yang kita butuhkan.  "...jejak-Mu mengeluarkan lemak;"  (ayat nas).  Kata lemak adalah lambang dari kelimpahan, suatu keadaan yang subur dan berlimpah-limpah karena dipenuhi dengan berkat Tuhan.  Alkitab menegaskan bahwa Tuhan akan menyatakan kebaikan-Nya kepada kita bukan hanya untuk satu hari dua hari, satu minggu dua minggu, satu bulan dua bulan saja, tetapi setiap hari di sepanjang tahun.

     Kalau orang-orang dunia memiliki kepercayaan bahwa ada hari-hari yang mereka anggap sebagai hari baik dan ada pula hari-hari yang dianggapnya sebagai hari yang membawa kesialan, bagi anak-anak Tuhan tidak ada hari yang membawa sial karena semua hari adalah baik adanya.  "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23), artinya Tuhan akan menyediakan berkat-Nya yang selalu baru setiap pagi, bukan berkat yang sisa-sisa.  Karena itu tetaplah semangat dalam menjalani hidup ini.  Namun untuk mengalami kebaikan Tuhan kita harus mau berjalan bersama-Nya setiap hari, artinya kita mengikuti kemana pun Tuhan melangkah sebagaimana komitmen Ayub,  "Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya."  (Ayub 23:12).

     Sebagai Gembala yang baik Tuhan tidak ingin domba-domba-Nya tersesat,  "Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya."  (Mazmur 23:2-3).

Hari-hari orang percaya adalah hari yang dipenuhi dengan kebaikan Tuhan!