Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Desember 2014
Baca: 2 Korintus 1:12-24
"Sebab Kristus adalah 'ya' bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan 'Amin' untuk memuliakan Allah." 2 Korintus 1:20
Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya disebut sebagai anak-anak Allah, "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah," (Roma 8:17). Mungkin saat ini Saudara sedang gelisah, galau, putus asa dan bertanya-tanya dalam hati, "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Seringkali kita mempertanyakan janji-janji Tuhan yang berkenaan dengan: pertolongan, pemulihan, pembelaan, kesembuhan, dan kemenangan. Kita berpikir bahwa kita sudah melakukan bagian kita, tapi mengapa Tuhan belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk menggenapi janji-Nya dalam kita.
Yosua menegur keras orang-orang Israel demikian, "Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki
negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?" (Yosua 18:3). Sesungguhnya Tanah Perjanjian sudah disediakan bagi bangsa Israel, tapi mereka tidak mau membayar harga untuk melangkah menduduki negeri tersebut. Kemalasan, ketidaksabaran, ketidaktekunan, kekuatiran, ketakutan, keraguan, atau persungutan yang kita tunjukkan adalah hal-hal yang menjadi faktor menghalang bagi kita untuk mengalami penggenapan janji Tuhan, padahal janji Tuhan itu sudah disediakan bagi kita. Nabi Habakuk pun mengingatkan kita, "Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju
kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah
itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh." (Habakuk 2:3).
Tidak ada janji yang Tuhan berikan kepada umat-Nya yang tidak Ia genapi. Tuhan yang dahulu berjanji kepada Abraham atau Yosua adalah Tuhan yang sama yang juga berjanji kepada kita: "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap." (Maleakhi 3:6). Di segala keadaan, sebab semua orang yang menantikan Tuhan takkan mendapat malu (baca Mazmur 25:3).
"Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." Ibrani 13:8. AMIN!
Sunday, December 28, 2014
Saturday, December 27, 2014
PERSEMBAHAN ORANG MAJUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Desember 2014
Baca: Matius 2:1-12
"Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." Matius 2:11b
Kelahiran Yesus Sang Juruselamat ditandai dengan adanya bintang di timur, dan bintang itulah yang menjadi penunjuk jalan yang menuntun orang-orang Majus ke tempat dimana Yesus dilahirkan. "Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia." (Matius 2:10-11).
Siapa orang-orang Majus itu? Orang Majus disebut pula orang bijak atau raja-raja dari timur. Mereka adalah ahli astronomi (ilmu perbintangan), tahu benar letak bintang, pergerakan dan tanda-tandanya. Bukan hanya itu, mereka juga percaya bahwa matahari, bulan dan bintang-bintang secara periodik memberi tanda-tanda yang dapat dipakai meramalkan peristiwa-peristiwa masa depan dan nasib seseorang atau bangsa. Karena itu mereka tahu benar apa arti bintang yang nampak di timur tersebut. Peristiwa ini semakin menegaskan bahwa Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja untuk menggenapi setiap rencana-Nya. Selain memanggil dan memilih orang-orang yang sederhana, seperti Maria dan Yusuf, serta para gembala di padang yang menurut pandangan manusia tidak pantas dan tidak layak, ternyata Allah juga memakai orang-orang terpelajar supaya dengan pengetahuan yang dimiliki mereka memahami kehendak Allah dalam hidupnya. Selain itu kita dapat belajar tentang kerendahan hati. Kita tahu bahwa orang-orang Majus ini adalah raja-raja dari timur dan astronom, tetapi mereka rela meninggalkan kesibukan dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk mencari bayi yang baru dilahirkan.
Setelah bertemu dengan Yesus mereka sujud menyembah Dia. Bagi mereka Yesus jauh lebih utama dan jauh lebih berharga dari segala sesuatu yang dimilikinya. Mereka pun "...mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." (ayat nas). Emas gambaran dari barang yang berharga, kemenyan berbicara tentang pujian dan penyembahan, sedangkan mur berbicara tentang ketekunan.
Sudahkah kita memberi yang terbaik kepada Tuhan Yesus dan punya kerendahan hati seperti orang-orang Majus ini?
Baca: Matius 2:1-12
"Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." Matius 2:11b
Kelahiran Yesus Sang Juruselamat ditandai dengan adanya bintang di timur, dan bintang itulah yang menjadi penunjuk jalan yang menuntun orang-orang Majus ke tempat dimana Yesus dilahirkan. "Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia." (Matius 2:10-11).
Siapa orang-orang Majus itu? Orang Majus disebut pula orang bijak atau raja-raja dari timur. Mereka adalah ahli astronomi (ilmu perbintangan), tahu benar letak bintang, pergerakan dan tanda-tandanya. Bukan hanya itu, mereka juga percaya bahwa matahari, bulan dan bintang-bintang secara periodik memberi tanda-tanda yang dapat dipakai meramalkan peristiwa-peristiwa masa depan dan nasib seseorang atau bangsa. Karena itu mereka tahu benar apa arti bintang yang nampak di timur tersebut. Peristiwa ini semakin menegaskan bahwa Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja untuk menggenapi setiap rencana-Nya. Selain memanggil dan memilih orang-orang yang sederhana, seperti Maria dan Yusuf, serta para gembala di padang yang menurut pandangan manusia tidak pantas dan tidak layak, ternyata Allah juga memakai orang-orang terpelajar supaya dengan pengetahuan yang dimiliki mereka memahami kehendak Allah dalam hidupnya. Selain itu kita dapat belajar tentang kerendahan hati. Kita tahu bahwa orang-orang Majus ini adalah raja-raja dari timur dan astronom, tetapi mereka rela meninggalkan kesibukan dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk mencari bayi yang baru dilahirkan.
Setelah bertemu dengan Yesus mereka sujud menyembah Dia. Bagi mereka Yesus jauh lebih utama dan jauh lebih berharga dari segala sesuatu yang dimilikinya. Mereka pun "...mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur." (ayat nas). Emas gambaran dari barang yang berharga, kemenyan berbicara tentang pujian dan penyembahan, sedangkan mur berbicara tentang ketekunan.
Sudahkah kita memberi yang terbaik kepada Tuhan Yesus dan punya kerendahan hati seperti orang-orang Majus ini?
Subscribe to:
Posts (Atom)