Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Desember 2014
Baca: Mazmur 119:137-144
"Janji-Mu sangat teruji, dan hamba-Mu mencintainya." Mazmur 119:140
Setiap orang di dunia ini umumnya pernah berjanji kepada orang lain atau dijanjikan sesuatu oleh orang lain. Misalnya: orangtua berjanji membelikan sesuatu kepada anaknya; anak berjanji akan membahagiakan ayah-ibu di masa tuanya; seorang pemuda berjanji kepada kekasihnya; seorang pemimpin perusahaan berjanji untuk menyejahterakan karyawannya dan sebagainya. Faktanya: tidak semua janji yang diucapkan oleh manusia itu ditepati, bahkan manusia memiliki kecenderungan untuk mengingkari janji yang pernah diucapkannya. Itulah sifat manusia: terlalu mudah membuat janji dan semudah itu pula mengingkarinya. Puji syukur kita punya Tuhan yang tidak pernah ingkar terhadap apa pun yang dijanjikan-Nya. Jika Tuhan yang berjanji Ia pasti akan menepati janji-Nya.
Sebagai orang percaya kita adalah orang-orang yang berhak memperoleh janji-janji Tuhan. Di manakah kita temukan janji-janji Tuhan? Alkitab! Karena itu sediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan setiap hari supaya kita memahami betapa tak terhitungnya janji-janji Tuhan bagi umat-Nya, baik itu janji yang sudah digenapi-Nya, sedang digenapi-Nya dan yang akan digenapi-Nya. Percayalah bahwa cepat atau lambat semua janji Tuhan pasti digenapi-Nya. "Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia,
sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau
berbicara dan tidak menepatinya?" (Bilangan 23:19). Janji Tuhan inilah yang menjadi pengharapan orang percaya!
Keadaan dunia ini boleh saja berubah, situasi ekonomi boleh saja berubah, tetapi kita percaya bahwa janji Tuhan tidak pernah berubah. Janji-Nya tetap 'ya' dan 'amin'. "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Matius 24:35). Apa pun yang ada di dunia ini boleh saja bergoncang, tapi kita tetap percaya bahwa "...kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan," (Ibrani 12:28). Selama kita tidak terpengaruh oleh situasi, tetap percaya kepada firman-Nya, tekun menanti-nantikan Tuhan, serta setia mengerjakan apa yang menjadi bagian kita, janji Tuhan pasti akan tergenapi dalam hidup ini.
"Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu." Mazmur 119:38
Wednesday, December 24, 2014
Tuesday, December 23, 2014
TUHAN TIDAK MEMANDANG MUKA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Desember 2014
Baca: Galatia 2:1-10
"...sebab Allah tidak memandang muka..." Galatia 2:6
Sesuatu yang bersifat lahiriah adalah apa yang dipandang baik dan menarik di mata manusia. Manusia menilai sesamanya dengan memandang muka, penampilan lahiriah, atau apa yang tampak secara kasat mata. Namun ukuran yang dipakai Tuhan untuk menilai seseorang itu berbeda. Tuhan sama sekali tidak tertarik atau berminat dengan apa yang tampak, sebab "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Tuhan tidak pernah terpesona dengan apa yang kita kerjakan, tapi perhatian Tuhan adalah motivasi di balik segala sesuatu yang kita kerjakan. Motivasi berbicara tentang sikap hati seseorang.
Mengapa Tuhan memperhatikan hati? "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Hati adalah dasar untuk menentukan kualitas pikiran, perkataan dan perbuatan seseorang. Ketika hati kita bersih akan berdampak positif terhadap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. "...dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Oleh sebab itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Kita bisa saja mengelabui sesama kita dengan penampilan lahiriah kita atau memakai sesuatu yang tampak dari luar untuk menutupi hatinya. Itulah kemunafikan! Namun "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13).
Sikap hati berbicara tentang ketulusan, ketekunan, kesetiaan dan pengorbanan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Mungkin kita dipandang sebelah mata oleh orang lain, bahkan kesetiaan, ketulusan dan pengorbanan kita sepertinya tidak dianggap. Jangan putus asa, tetap lakukan dengan setia apa yang menjadi bagian kita! "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?" (Mazmur 56:9).
Tuhan tidak pernah terlelap dan tertidur, Dia memperhatikan pergumulan kita dan melihat hati kita!
Baca: Galatia 2:1-10
"...sebab Allah tidak memandang muka..." Galatia 2:6
Sesuatu yang bersifat lahiriah adalah apa yang dipandang baik dan menarik di mata manusia. Manusia menilai sesamanya dengan memandang muka, penampilan lahiriah, atau apa yang tampak secara kasat mata. Namun ukuran yang dipakai Tuhan untuk menilai seseorang itu berbeda. Tuhan sama sekali tidak tertarik atau berminat dengan apa yang tampak, sebab "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Tuhan tidak pernah terpesona dengan apa yang kita kerjakan, tapi perhatian Tuhan adalah motivasi di balik segala sesuatu yang kita kerjakan. Motivasi berbicara tentang sikap hati seseorang.
Mengapa Tuhan memperhatikan hati? "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu." (Amsal 27:19). Hati adalah dasar untuk menentukan kualitas pikiran, perkataan dan perbuatan seseorang. Ketika hati kita bersih akan berdampak positif terhadap pikiran, perkataan dan perbuatan kita. "...dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat." (Matius 15:19). Oleh sebab itu "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Kita bisa saja mengelabui sesama kita dengan penampilan lahiriah kita atau memakai sesuatu yang tampak dari luar untuk menutupi hatinya. Itulah kemunafikan! Namun "...tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13).
Sikap hati berbicara tentang ketulusan, ketekunan, kesetiaan dan pengorbanan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Mungkin kita dipandang sebelah mata oleh orang lain, bahkan kesetiaan, ketulusan dan pengorbanan kita sepertinya tidak dianggap. Jangan putus asa, tetap lakukan dengan setia apa yang menjadi bagian kita! "Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan?" (Mazmur 56:9).
Tuhan tidak pernah terlelap dan tertidur, Dia memperhatikan pergumulan kita dan melihat hati kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)