Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Desember 2014
Baca: Maleakhi 3:13-18
"Kamu berkata: 'Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya
kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan
dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?'" Maleakhi 3:14
Rasul Paulus menasihati Timotius, "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Mengapa kita harus terus melatih diri dalam hal ibadah? Karena ibadah itu berguna dalam segala hal dan mengandung janji, artinya ada berkat-berkat yang luar biasa disediakan Tuhan bagi setiap orang yang menghormati Tuhan dan beribadah kepada-Nya dengan sungguh. "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6). Jadi dibutuhkan sikap dan motivasi yang benar bagi seseorang untuk mengalami kuasa dan berkat dalam ibadah.
Sudahkah kita menjadikan ibadah sebagai kebutuhan utama dalam hidup ini? Atau kita berpikir bahwa beribadah kepada Tuhan itu tidak ada untungnya dan hanya membuang-buang waktu saja? Alkitab menegaskan, "...dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58b), bahkan mendatangkan keuntungan besar (baca Amsal 14:23a). Pertanyaan: seberapa besar kerinduan kita untuk bertemu Tuhan dalam setiap ibadah? Adakah kita memiliki rasa haus dan lapar akan kebenaran seperti yang ditunjukkan oleh jemaat gereja mula-mula, sehingga kehidupan mereka "...disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kisah 2:47)?
Inilah keuntungan-keuntungan bagi orang yang setia beribadah kepada Tuhan dan melayani Dia, yaitu: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bilangan 6:24-26). Artinya ia akan mengecap segala kebaikan Tuhan, beroleh perlindungan Tuhan, dipenuhi oleh damai sejahtera, sehingga hidupnya senantiasa bercahaya dan menjadi berkat bagi orang lain; dan Tuhan pun akan berkata, "...Aku telah mendapat...seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan kehendak-Ku." (Kisah 13:22b).
"...kamu akan melihat kembali perbedaan...antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah kepada-Nya." Maleakhi 3:18
Monday, December 15, 2014
Sunday, December 14, 2014
BERIBADAH DENGAN SUKACITA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Desember 2014
Baca: Mazmur 47:1-10
"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!" Mazmur 47:2
Masih ada banyak orang Kristen yang beribadah kepada Tuhan secara asal-asalan tanpa disertai sikap hormat dan takut akan Tuhan. Hal itu bisa dilihat dari hal-hal simpel: datang beribadah tidak tepat waktu (terlambat), masih suka bersenda-gurau saat ibadah berlangsung, bahkan ada yang sambil ber-SMS ria atau memainkan blackberry. Kalau kita menyadari akan kehadiran Tuhan kita tidak akan melakukan tindakan-tindakan tersebut. Ada pula yang beribadah dengan raut muka tetap cemberut dan tidak ada semangat sama sekali. Pemazmur mengingatkan, "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2). Ayat nas menyatakan: bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak sorai. Artinya kita juga harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan penuh semangat.
Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita? Karena Tuhan telah menciptakan kita dan tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuji, menyembah dan memuliakan Tuhan. Sudahkah kita menyembah Tuhan dan memuliakan nama-Nya dengan segenap hati dan jiwa sebagai perwujudan dan ibadah kita? Kita harus bersukacita oleh karena Tuhan telah menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita. Kita bersukacita karena menjadi umat pilihan-Nya. Kita bersukacita karena Tuhan adalah Gembala Agung dan kita adalah kawanan domba gembalaan-Nya. Kita bersukacita karena "...TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Kesadaran akan kasih karunia Tuhan yang begitu besar ini seharusnya mendorong kita untuk beribadah kepada-Nya dengan kasih.
Orang yang beribadah karena mengasihi Tuhan pasti akan melakukan yang terbaik untuk Tuhan kapan pun dan di mana pun berada dan tidak mudah kecewa, sebab ibadah yang sesungguhnya berkaitan dengan seluruh hidup kita yang mengabdi secara total kepada Tuhan.
Karena yang menjadi obyek utama ibadah adalah Tuhan, bukan pendeta atau manusia, maka kita akan beribadah kepada Tuhan dengan sukacita, bukan terpaksa!
Baca: Mazmur 47:1-10
"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!" Mazmur 47:2
Masih ada banyak orang Kristen yang beribadah kepada Tuhan secara asal-asalan tanpa disertai sikap hormat dan takut akan Tuhan. Hal itu bisa dilihat dari hal-hal simpel: datang beribadah tidak tepat waktu (terlambat), masih suka bersenda-gurau saat ibadah berlangsung, bahkan ada yang sambil ber-SMS ria atau memainkan blackberry. Kalau kita menyadari akan kehadiran Tuhan kita tidak akan melakukan tindakan-tindakan tersebut. Ada pula yang beribadah dengan raut muka tetap cemberut dan tidak ada semangat sama sekali. Pemazmur mengingatkan, "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2). Ayat nas menyatakan: bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak sorai. Artinya kita juga harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan penuh semangat.
Mengapa kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sukacita? Karena Tuhan telah menciptakan kita dan tujuan manusia diciptakan adalah untuk memuji, menyembah dan memuliakan Tuhan. Sudahkah kita menyembah Tuhan dan memuliakan nama-Nya dengan segenap hati dan jiwa sebagai perwujudan dan ibadah kita? Kita harus bersukacita oleh karena Tuhan telah menebus dosa-dosa kita dan menyelamatkan kita. Kita bersukacita karena menjadi umat pilihan-Nya. Kita bersukacita karena Tuhan adalah Gembala Agung dan kita adalah kawanan domba gembalaan-Nya. Kita bersukacita karena "...TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun." (Mazmur 100:5). Kesadaran akan kasih karunia Tuhan yang begitu besar ini seharusnya mendorong kita untuk beribadah kepada-Nya dengan kasih.
Orang yang beribadah karena mengasihi Tuhan pasti akan melakukan yang terbaik untuk Tuhan kapan pun dan di mana pun berada dan tidak mudah kecewa, sebab ibadah yang sesungguhnya berkaitan dengan seluruh hidup kita yang mengabdi secara total kepada Tuhan.
Karena yang menjadi obyek utama ibadah adalah Tuhan, bukan pendeta atau manusia, maka kita akan beribadah kepada Tuhan dengan sukacita, bukan terpaksa!
Subscribe to:
Posts (Atom)