Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Desember 2014
Baca: Amsal 3:11-26
"Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya." Amsal 3:11
Alasan lain mengapa Tuhan perlu menghajar anak-anak-Nya adalah: 2. Bagian dari proses pendewasaan. Tuhan menghendaki setiap kita mengalami pertumbuhan rohani. Tidak mungkin kita sudah mengikut Tuhan selama bertahun-tahun tapi tetap saja menjadi bayi rohani, kanak-kanak rohani, atau kerdil rohani, melainkan harus mengalami pertumbuhan dari hari ke sehari, "...sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang
benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang
sesuai dengan kepenuhan Kristus," (Efesus 4:13). Menjadi dewasa rohani adalah target Tuhan!
Ketika kita masih bayi rohani kita membutuhkan 'susu yang murni', tapi ketika kita beranjak remaja bahkan dewasa di dalam Tuhan kita harus menerima makanan-makanan keras yang memang cocok bagi kita, "Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa," (Ibrani 5:13-14). Karena itu Tuhan perlu menegur kita dengan keras, dan jika perlu ia akan menghajar kita melalui masalah dan penderitaan supaya kita tidak cengeng, tapi semakin kuat. "Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." (Amsal 13:24). Inilah fakta yang sering dilupakan oleh anak-anak Tuhan, sehingga ketika diperhadapkan dengan masalah, penderitaan atau kesesakan seringkali kita mudah kecewa, mengeluh, bersungut-sungut dan berputus asa. Lalu dengan secepat kilat kita marah kepada Tuhan dan berpikir bahwa Tuhan itu jahat, kejam dan tidak mengasihi kita, padahal 'hajaran' Tuhan adalah untuk kebaikan kita juga. "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10).
Kedewasaan rohani secara otomatis akan disertai perubahan karakter, "Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11b), sehingga kita akan menyikapi hajaran Tuhan dengan sikap hati yang benar.
Seperti tanah liat di tangan di tukang periuk, jika ingin di pakai menjadi perabot yang mulia kita harus mau dibentuk, walau sakit sekalipun!
Friday, December 12, 2014
Thursday, December 11, 2014
HAJARAN TUHAN: Menuntun Kepada Pertobatan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2014
Baca: Mazmur 94:1-23
"Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu," Mazmur 94:12
Mendengar kata 'hajar' umumnya orang mengartikannya negatif. Biasanya 'menghajar' diakibatkan oleh kesabaran yang sudah habis, kejengkelan yang memuncak, amarah yang meledak-ledak disertai rasa benci dan dendam. Namun, hajaran yang dilakukan oleh Tuhan berbeda. Dia menghajar umat-Nya dengan maksud yang baik. Hajaran Tuhan itu bersifat mendidik! "...kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia." (1 Korintus 11:32). Tuhan tidak pernah menyerah dan berhenti untuk 'menghajar' kita sampai rencana-Nya digenapi dalam hidup kita, maka "...janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;" (Ibrani 12:5).
Mengapa Tuhan sangat perlu menghajar anak-anak-Nya? 1. Menuntun kita kepada pertobatan. Daud pun menyadarinya: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak." (Mazmur 119:67, 71, 72). Dengan hajaran Tuhan melalui masalah atau penderitaan kita akhirnya menyadari akan kesalahan yang telah kita perbuat dan takut untuk berbuat dosa lagi, seperti yang dirasakan oleh anak bungsu dalam perumpamaan anak yang hilang (baca Lukas 15:11-32). Karakternya berubah setelah mengalami penderitaan. Akhirnya ia bertekad untuk kembali kepada bapanya: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19).
Rasul Paulus berkata, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16).
Melalui masalah dan penderitaan orang menyadari kesalahannya, kemudian berbalik kepada Tuhan dan bertobat!
Baca: Mazmur 94:1-23
"Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari dari Taurat-Mu," Mazmur 94:12
Mendengar kata 'hajar' umumnya orang mengartikannya negatif. Biasanya 'menghajar' diakibatkan oleh kesabaran yang sudah habis, kejengkelan yang memuncak, amarah yang meledak-ledak disertai rasa benci dan dendam. Namun, hajaran yang dilakukan oleh Tuhan berbeda. Dia menghajar umat-Nya dengan maksud yang baik. Hajaran Tuhan itu bersifat mendidik! "...kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia." (1 Korintus 11:32). Tuhan tidak pernah menyerah dan berhenti untuk 'menghajar' kita sampai rencana-Nya digenapi dalam hidup kita, maka "...janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;" (Ibrani 12:5).
Mengapa Tuhan sangat perlu menghajar anak-anak-Nya? 1. Menuntun kita kepada pertobatan. Daud pun menyadarinya: "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak." (Mazmur 119:67, 71, 72). Dengan hajaran Tuhan melalui masalah atau penderitaan kita akhirnya menyadari akan kesalahan yang telah kita perbuat dan takut untuk berbuat dosa lagi, seperti yang dirasakan oleh anak bungsu dalam perumpamaan anak yang hilang (baca Lukas 15:11-32). Karakternya berubah setelah mengalami penderitaan. Akhirnya ia bertekad untuk kembali kepada bapanya: "Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." (Lukas 15:18-19).
Rasul Paulus berkata, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16).
Melalui masalah dan penderitaan orang menyadari kesalahannya, kemudian berbalik kepada Tuhan dan bertobat!
Subscribe to:
Posts (Atom)