Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2014
Baca: Mazmur 139:1-24
"Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." Mazmur 139:13-14
Tidak ada seorang pun di antara miliaran insan di bumi ini yang sama persis. Setiap orang pasti memiliki perbedaan dan karakteristik masing-masing. Anak yang dilahirkan kembar sekalipun, meski punya kemiripan rupa, dalam banyak hal pasti berbeda, sebab Tuhan membentuk kita dalam rahim ibu dengan keunikan tersendiri.
Setiap kita dibentuk oleh Tuhan sedemikian rupa. "Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku...kejadianku dahsyat dan ajaib;" (ayat nas), artinya Tuhan terlibat secara aktif dan penuh dengan kreativitas. Bahkan Dia sendiri memperhatikan bayi sejak masih dalam kandungan ibunya: mulai dari janin itu berkembang sampai membuat rencana bagi hidupnya kelak. Tuhan berkata, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera
dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Tuhan juga melengkapi kita dengan karunia-karunia yang berbeda, "Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita:" (Roma 12:6). Setiap orang berbeda dan punya keunikan, masing-masing diperlengkapi pula dengan karunia yang berbeda-beda. Oleh karena itu kita tidak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain atau berusaha menjadi sama seperti mereka. Ada yang sampai stres, kecewa pada diri sendiri dan beranggapan bahwa Tuhan tidak adil kepadanya ketika melihat orang lain tampak perfect (menurut penilaiannya), lalu berusaha sedemikian rupa ingin menjadi sama seperti orang itu.
Adalah sah-sah saja kita mengagumi dan mengidolakan orang lain, tapi kita tidak harus menjadi sama seperti orang itu karena pada dasarnya setiap orang adalah berbeda. Karena itu bagaimanapun keberadaan kita, kita harus tetap merasa bangga menjadi diri sendiri dan tetaplah mengucap syukur kepada Tuhan.
"Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi
engkau," Yesaya 43:4
Monday, December 1, 2014
Sunday, November 30, 2014
MELAKUKAN TUGAS: Dengan Sukarela
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2014
Baca: 2 Korintus 8:16-24
"Memang ia menyambut anjuran kami, tetapi dalam kesungguhannya yang besar itu ia dengan sukarela pergi kepada kamu." 2 Korintus 8:17
Masihkah kita bersemangat menjalani hari-hari kita? Akhir-akhir ini banyak orang Kristen kehilangan semangat dan gairah hidup. Terbukti mereka melakukan segala sesuatu dengan berat hati, asal-asalan, penuh keterpaksaan dan tidak sukarela. Mengapa bisa begitu? Karena pikirannya hanya terfokus kepada kegagalan, masalah, kekecewaan dan luka-luka hati lainnya. Apa pun yang menjadi tugas kita, entah itu tugas keseharian di kantor, rumah tangga, sekolah, kampus, terlebih-lebih tugas pelayanan, sudah selayaknya kita lakukan dengan sukarela, tidak setengah hati, hitung-hitungan, apalagi terpaksa disertai persungutan. Alkitab menasihatkan: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Ketika dipercaya oleh rasul Paulus untuk sebuah tugas pelayanan di tengah-tengah jemaat di Korintus Titus meresponsnya dengan penuh antusias. Ia melakukan tugasnya dengan kesungguhan dan sukarela. Kata sukarela berarti dengan kemauan sendiri, rela hati, atas kehendak sendiri. Ini berkenaan dengan ketulusan dan keikhlasan hati seseorang, bukan karena terpaksa, nggrundel, ngedumel atau hanya sungkan karena didorong-dorong oleh pihak lain. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sukarela pasti akan menghasilkan dampak yang positif bagi diri si pelaku dan juga orang lain. Hasilnya pun pasti akan jauh berbeda dibandingkan dengan orang yang mengerjakan tugas-tugasnya setengah hati dan tidak rela. Karena itulah rasul Paulus menyebut Titus sebagai orang yang terpuji dalam pekerjaannya dan juga komitmennya (ayat 18 dan 22).
Kalau kita melakukan segala sesuatu dengan sukarela dan penuh semangat, sebesar apa pun tugas dan tanggung jawab kita akan terasa ringan dan menyenangkan. Sebaliknya kalau kita tidak dengan rela hati mengerjakannya, sekecil apa pun tugas akan terasa berat dan menyiksa. "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14).
Mari kerjakan apa pun tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sukarela, sebab "...dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." Kolose 3:24
Baca: 2 Korintus 8:16-24
"Memang ia menyambut anjuran kami, tetapi dalam kesungguhannya yang besar itu ia dengan sukarela pergi kepada kamu." 2 Korintus 8:17
Masihkah kita bersemangat menjalani hari-hari kita? Akhir-akhir ini banyak orang Kristen kehilangan semangat dan gairah hidup. Terbukti mereka melakukan segala sesuatu dengan berat hati, asal-asalan, penuh keterpaksaan dan tidak sukarela. Mengapa bisa begitu? Karena pikirannya hanya terfokus kepada kegagalan, masalah, kekecewaan dan luka-luka hati lainnya. Apa pun yang menjadi tugas kita, entah itu tugas keseharian di kantor, rumah tangga, sekolah, kampus, terlebih-lebih tugas pelayanan, sudah selayaknya kita lakukan dengan sukarela, tidak setengah hati, hitung-hitungan, apalagi terpaksa disertai persungutan. Alkitab menasihatkan: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23).
Ketika dipercaya oleh rasul Paulus untuk sebuah tugas pelayanan di tengah-tengah jemaat di Korintus Titus meresponsnya dengan penuh antusias. Ia melakukan tugasnya dengan kesungguhan dan sukarela. Kata sukarela berarti dengan kemauan sendiri, rela hati, atas kehendak sendiri. Ini berkenaan dengan ketulusan dan keikhlasan hati seseorang, bukan karena terpaksa, nggrundel, ngedumel atau hanya sungkan karena didorong-dorong oleh pihak lain. Segala sesuatu yang dikerjakan dengan sukarela pasti akan menghasilkan dampak yang positif bagi diri si pelaku dan juga orang lain. Hasilnya pun pasti akan jauh berbeda dibandingkan dengan orang yang mengerjakan tugas-tugasnya setengah hati dan tidak rela. Karena itulah rasul Paulus menyebut Titus sebagai orang yang terpuji dalam pekerjaannya dan juga komitmennya (ayat 18 dan 22).
Kalau kita melakukan segala sesuatu dengan sukarela dan penuh semangat, sebesar apa pun tugas dan tanggung jawab kita akan terasa ringan dan menyenangkan. Sebaliknya kalau kita tidak dengan rela hati mengerjakannya, sekecil apa pun tugas akan terasa berat dan menyiksa. "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14).
Mari kerjakan apa pun tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita dengan sukarela, sebab "...dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." Kolose 3:24
Subscribe to:
Posts (Atom)