Saturday, November 29, 2014

TIDAK HITUNG-HITUNGAN: Untuk Tuhan dan Sesama

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 November 2014

Baca:  Matius 25:31-46

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."  Matius 25:40

Bagaimana bisa memberi dan memberkati orang lain jika kita sendiri tidak memiliki sesuatu?  "Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu."  (2 Korintus 8:12).  Namun kita masih bisa memberikan perhatian, ucapan terima kasih, pujian atas pekerjaan baik, meluangkan waktu mendengar, mencurahkan pikiran dan tenaga;  itu cukup membuat orang lain tersenyum dan diubahkan.  Memberi tidak bisa dipisahkan dari sikap hati si pemberi.  Masalah hati adalah sisi terpenting bagi Tuhan, sebab  "...menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."  (1 Tawarikh 28:9), artinya Tuhan selalu melihat motivasi di balik semua tindakan kita.

     Yeremia memperingatkan,  "Bersihkanlah hatimu dari kejahatan, hai Yerusalem, supaya engkau diselamatkan! Berapa lama lagi tinggal di dalam hatimu rancangan-rancang kedurjanaanmu?"  (Yeremia 4:14).  Jadi, sebersit motivasi yang salah dan niat jahat setitik pun pasti diketahui Tuhan.  Sekecil apa pun pemberian kita  "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."  (2 Korintus 9:7).  Memberi dengan sukcita berarti tidak ada keterpaksaan dan sedih hati, namun sukarela;  dan ketika kita rela hati melepaskan apa yang ada di tangan kita, Tuhan akan rela juga melepaskan apa pun yang di tangan-Nya untuk kita.

     Daud mengakui,  "...dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu."  (1 Tawarikh 29:14).  Jika menyadari ini kita tidak akan menjadi orang egois, hitung-hitungan dalam memberi, baik untuk Tuhan dan juga sesama.  Sebaliknya hati kita akan terbeban untuk mendukung pekerjaan Tuhan, dipenuhi empati terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Memberi adalah perintah Tuhan, dan  "...sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku."  Matius 25:45

Friday, November 28, 2014

BANYAK DIBERKATI: Banyak Memberkati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 November 2014

Baca:  2 Korintus 8:12-15

"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka,"  2 Korintus 8:14

Tuhan berkata,  "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10).  Jelaslah bahwa pekerjaan Iblis adalah mencuri, membunuh, membinasakan.  Sedangkan Tuhan adalah pemberi:  memberi kehidupan dan kelimpahan;  Ia tidak pernah setengah-setengah dalam memberi.  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).  Tuhan sangat bermurah hati memberi supaya anak-anak-Nya hidup dalam berkelimpahan.

     Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak perlu takut menjadi kaya, sebab hidup berkelimpahan adalah Alkitabiah.  Tetapi yang harus dijaga adalah sikap hati sehingga kita mampu mengelola berkat Tuhan itu secara benar, sebab kita ini hanyalah pengelola berkat.  Segala sesuatu adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita, Dia adalah pemilik.  Mengapa ini perlu dipertegas?  Sebab banyak sekali orang jatuh dalam dosa justru saat berkelimpahan.  Kekayaan membuat mereka lupa diri dan hidup menjauh dari Tuhan.  Agur bin Yake, salah satu penulis kitab Amsal menulis,  "Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku."  (Amsal 30:8).

     Tuhan pasti memiliki tujuan di balik berkat yang Ia limpahkan.  Pada waktu Tuhan menyampaikan perjanjian berkat-Nya kepada Abraham Dia berkata,  "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat."  (Kejadian 12:2).  Tuhan memberkati Abraham supaya semua bangsa di bumi mendapatkan berkat.  Jadi Tuhan memberkati kita bukan untuk dinikmati sendiri dan menjadi terkenal, tapi Tuhan rindu supaya bangsa-bangsa lain diberkati melalui umat perjanjian-Nya.  Dengan memiliki standar hidup yang lebih baik Tuhan mau semakin meningkat pula standar pemberian kita kepada orang lain.

Semakin diberkati Tuhan haruslah semakin bertambah kemampuan kita memberkati orang lain, sehingga nama Tuhan juga semakin dipermuliakan!