Thursday, November 27, 2014

MENGASIHI PASTI AKAN MEMBERI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 November 2014

Baca:  Matius 7:7-11

"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."  Matius 7:11

Tuhan yang kita sembah adalah kasih adanya.  Karena Dia adalah kasih, Ia bukan hanya merancangkan yang baik untuk umat-Nya tapi juga memberikan yang terbaik.  Bukti pemberian terbesar adalah:  "Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"  (Roma 8:32).

     Karena Bapa kita adalah Bapa yang suka memberi, maka sebagai anak-anak-Nya kita pun harus memiliki karakter seperti Bapa:  "...dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih."  (1 Yohanes 4:7-8).  Memberi adalah karakter utama dari kasih.  Meski demikian tidak semua tindakan memberi menunjukkan bahwa seseorang memiliki kasih, karena ada banyak orang yang memberi hanya sebatas kegiatan musiman saja, atau memberi pada saat momen-momen tertentu seperti acara ulang tahun atau kegiatan amal, itu pun di bawah sorotan kamera sehingga jutaan orang dapat melihatnya.  Jangan sampai kita memberi karena terpaksa atau memiliki tendensi dan motivasi yang salah:  supaya dianggap baik dan pemurah, beroleh pujian dan sanjungan orang lain, untuk mendongkrak popularitas.  "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."  (Matius 6:3-4).  William Wordsworth, penyair terkenal Inggir menulis:  "Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain".  Mother Theresa pun berpendapat,  "Bukan berapa banyak pemberian kita, tapi berapa besar kasih yang kita taruh dalam pemberian itu". 

     Tuhan menginginkan kita memberi dengan sukacita dan dilandasi oleh kasih yang tulus dan murni;  jika tidak, pemberian kita itu tidak akan mendatangkan upah dari Tuhan.

Inilah kiat bahagia raja Salomo,  "...berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita."  Amsal 14:21

Wednesday, November 26, 2014

SEGALA SESUATU ADA BATASNYA (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 November 2014

Baca:  Mazmur 74:1-23

"Engkaulah yang menetapkan segala batas bumi, musim kemarau dan musim hujan Engkaulah yang membuat-Nya."  Mazmur 74:17

Melalui keterbatasan-keterbatasan yang ada Tuhan juga hendak mengajarkan kita untuk:  2.  Tidak berharap dan mengandalkan sesamanya.  Ketika mengalami masalah, besar atau kecil, seringkali kita berusaha mengatasinya dengan kekuatan sendiri, mencari pertolongan kepada manusia dan berharap kepadanya.  Bahkan ketika mengalami jalan buntu kita menempuh cara instan, lari kepada dukun, orang pintar dan ilah-ilah lain.  Jika kita mau selamat jangan sekali-kali melakukan hal itu, sebab Tuhan sangat menentang orang-orang yang demikian.  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk."  (Yeremia 17:5).  Orang yang mengandalkan sesamanya disebut sebagai orang yang terkutuk.

     Tetapi orang yang mengandalkan Tuhan dalam segala hal akan menerima berkat dan segala yang baik dari Tuhan.  "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:8).  Juga tidak sedikit orang yang mempercayakan hidupnya kepada harta kekayaan.  Ada tertulis:  "Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut."  (Amsal 11:4), artinya harta kekayaan dunia ini tidak bisa menolong dan menyelamatkan kita.

     3.  Belajar hidup takut akan Tuhan dan menghormati Dia.  Orang akan takut akan Tuhan dan menghormati Dia saat sadar akan keterbatasannya.  Milikilah hati yang takut akan Tuhan dan hormati Dia melalui ketaatan kita melakukan firman-Nya, sebab hidup kita benar-benar bergantung kepada perkataan Tuhan dan firman-Nya.  Kita benar-benar tidak berkuasa menentukan jalan dan langkah hidup kita  (baca  Yeremia 10:23).

Takutlah akan Tuhan dan akuilah Dia sebagai segala-galanya, karena hanya Dia yang tak terbatas.