Tuesday, November 25, 2014

SEGALA SESUATU ADA BATASNYA (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 November 2014

Baca: Mazmur 104:1-9

"Batas Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi bumi."  mazmur 104:9

Setinggi-tingginya langit pasti ada batasnya, selebar-lebarnya daratan ada batasnya, sedalam-dalamnya lautan dan samudra juga ada batasnya, juga luasnya bumi ada batasnya.  Tak terkecuali dengan manusia, ia memiliki kekuatan dan kemampuan yang sangat terbatas, termasuk umur dan masa hidup pun ada batasnya.  Semua hanya tinggal menunggu giliran waktu saja,  "...seperti suatu giliran jaga di waktu malam."  (Mazmur 90:4).  Hal ini disadari oleh Musa:  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap."  (Mazmur 90:10).

     Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa untuk segala sesuatu yang ada di dunia ini memang ada batasnya.  Pengkotbah pun menyatakan,  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya."  (Pengkhotbah 3:1).  Siapakah yang membatasi semua yang ada di bawah langit ini?  Ialah Tuhan, tiada yang lain, karena Dia adalah  "...Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat,"  (Ulangan 10:17).  Sungguh, Dia adalah Tuhan yang tiada tandingan-Nya, Ia lebih besar dari apa pun dan siapa pun.  Jadi jika kita menyadari bahwa segala sesuatu ada batasnya, maka kita harus:  1.  Belajar bergantung penuh kepada Tuhan, percaya kepada-Nya dan mengandalkan Dia dalam segala hal.  Siapakah kita ini sehingga tidak hidup bergantung kepada Tuhan, melupakan Dia dan lebih mengandalkan kekuatan, kemampuan dan kepintaran diri sendiri?  Seringkali kita merasa diri hebat, pintar, bijak dan mampu.  Ingatlah kita ini hanyalah debu  (Kejadian 3:19), tak lebih daripada embusan nafas  (Yesaya 2:22), dan  "seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu."  (Mazmur 90:5-6).

     Jadi,  "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,"  (Amsal 3:5-7).  Yesus berkata,  "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."  (Yohanes 15:5b).  

Jika demikian, masihkah kita membangga-banggakan diri sendiri?

Monday, November 24, 2014

ORANG KAYA: Sukar Masuk Sorga (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 November 2014

Baca:  Markus 10:17-27

"...pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."  Markus 10:21

Alkitab dengan tegas menyatakan:  "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8).  Kita diselamatkan bukan karena usaha kita melainkan karena kasih karunia  "...yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus..."  (2 Timotius 1:9).  Tuhan Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan, tidak ada yang lain, sebab  "...keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."  (Kisah 4:12).  Jadi untuk memperoleh kehidupan kekal syarat utamanya adalah percaya kepada Tuhan Yesus dan mengikut Dia.

     Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."  (Markus 8:34).  Artinya kita harus menempatkan Tuhan Yesus sebagai prioritas utama dalam hidup kita, mengasihi Dia lebih dari segala yang kita miliki, termasuk harta kekayaan kita.  Jadi, benarkah orang kaya itu mengasihi Tuhan lebih dari segalanya?  Karena untuk mengikut Tuhan ada harga yang harus dibayar, yaitu penyangkalan diri.  Menyangkal diri terhadap segala kenyamanan, kesenangan, hobi, kedudukan, popularitas dan juga kekayaan.  Ketika Tuhan Yesus memerintahkan orang kaya itu untuk menjual segala yang dimiliki dan membagikannya kepada orang-orang miskin,  "...ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya."  (Markus 10:22).  Terbukti jelas bahawa orang kaya itu lebih mengasihi hartanya dari pada mengasihi Tuhan.  Hatinya telah terpaut kepada harta kekayaannya.  Ia tidak bisa menuruti perintah Tuhan Yesus karena satu hal, yaitu harta kekayaannya.

     Sungguh benar,  "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Harta kekayaan ternyata bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengasihi Tuhan;  dan semakin hati kita berpaut kepada harta, Kerajaan Sorga semakin jauh dari kita!

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?"  Matius 16:26