Friday, November 21, 2014

HARTA KEKAYAAN: Bukanlah Sandaran Hidup

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2014

Baca:  1 Timotius 6:17-21

"Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati."  1 Timotius 6:17

Kerinduan Tuhan adalah memberkati umat-Nya sebagaimana yang Ia katakan,  "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."  (Yohanes 10:10b).  Dengan berkat yang Ia curahkan Tuhan menghendaki anak-anakNya hidup dalam kebahagiaan, dipenuhi ucapan syukur dan tidak melupakan kebaikan-Nya.  "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!"  (Mazmur 34:9a).  Kata kecaplah  (Ibrani, ta'am) artinya merasakan.  Sedangkan kata lihatlah  (Ibrani, ra'ah)  artinya memperhatikan atau memeriksa.  Daud mengingatkan agar setiap kita senantiasa mengingat dan memperhatikan kebaikan-kebaikan yang telah kita terima dan rasakan.

     Adapun kebaikan Tuhan itu tidak pernah habis dan tak berkesudahan, bahkan  "...selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"  (Ratapan 3:22-23).  Jadi berkat Tuhan adalah untuk dinikmati sehingga kita merasakan bahagia dan sukacita.  "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah."  (Pengkotbah 5:18).  Namun seringkali harta kekayaan yang melimpah justru menjadi bumerang bagi banyak orang.  Mengapa?  Karena mereka memiliki sikap yang salah dalam  'memperlakukan'  harta kekayaan tersebut.  Mereka telah menempatkan harta atau kekayaan sebagai sandaran hidup, mereka  "...percaya akan harta bendanya, dan memegahkan diri dengan banyaknya kekayaan mereka..."  (Mazmur 49:7).  Harta kekayaan yang telah mereka jadikan ilah baru menggantikan posisi Tuhan, yang sesungguhnya adalah Sang pemberi berkat.

     Alkitab menegaskan bahwa harta kekayaan adalah sesuatu yang tidak pasti dan sewaktu-waktu bisa lenyap.  "Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali."  (Amsal 23:5).

Adalah sia-sia jika seseorang menyandarkan hidupnya kepada harta kekayaan,  "Karena harta benda tidaklah abadi."  (Amsal 27:24a)  dan tidak dapat menyelamatkan!

Thursday, November 20, 2014

HARTA KEKAYAAN: Bukan Sumber Kebahagiaan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 November 2014

Baca:  Pengkotbah 8:9-17

"...orang yang takut akan Allah akan beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya."  Pengkotbah 8:12

Pada tanggal 11 Agustus 2014 lalu dunia hiburan dikejutkan dengan kematian tragis Robin Williams, aktor terkenal Hollywood.  Spekulasi pun bermunculan terkait penyebab sang aktor mengakhiri hidupnya.  Ada gosip yang menyebutkan bahwa aktor yang tewas di usia 63 tahun itu frustasi karena kecanduan narkoba.  Spekulasi lain mengungkapkan bahwa aktor yang berperan dalam film Jumanji ini beberapan bulan belakangan sedang mengalami krisis keuangan.  Menurut salah seorang sumber, Robin Williams pernah curhat kepada teman dekatnya bahwa ia sedang collapse sehingga ia merasa sangat khawatir dengan masa depan dan kebahagiaan keluarganya.

     Kebahagiaan adalah tujuan terbesar dalam hidup manusia.  Banyak orang berpikir bahwa uang dan kekayaan adalah sumber kebahagiaan itu, karenanya mereka menggantungkan hidupnya kepada uang dan kekayaan.  Akhirnya,  "...di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada."  (Matius 6:21).  Benarkah demikian?  Dengan uang kita dapat membeli tiket pesawat untuk bisa bepergian menjelajah belahan bumi mana pun, tapi dapatkan uang menjamin keselamatan dan melindungi kita dalam perjalanan?  Bila isi kantong kita tebal, alias punya uang, kita pun dapat membeli makanan apa saja, mulai yang dijual di warteg sampai di restoran yang berkelas, tetapi uang tidak akan pernah sanggup membeli rasa nikmat itu sendiri.  Dengan uang yang kita miliki kita bisa saja membeli obat semahal apapun, tapi uang tidak dapat membeli kesehatan.  Semua ini membuktikan bahwa keselamatan, kebahagiaan, ketenangan, sukacita dan damai sejahtera tidak dapat dibeli dengan uang atau digantikan dengan kekayaan.

     Euripides, salah satu dari tiga penulis drama tragedi terbaik di Athena klasik, mengatakan,  "Mengenai uang, tidak ada seorang pun yang merasa bahagia karena kecukupan uang, hingga mereka meninggal dunia."  Riset membuktikan:  banyak orang kaya dan terkenal berlimpah uang dan kekayaan, namun hatinya tetap saja kosong, hampa dan tidak bahagia, bahkan mereka menjadi sangat frustasi sampai-sampai nekat mengakhiri hidupnya.  Ternyata, uang dan kekayaan bukanlah segala-galanya!

Kebahagiaan sejati hanya kita dapatkan di dalam Tuhan Yesus!