Wednesday, November 19, 2014

MENABUR DI LADANG KEHIDUPAN (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2014

Baca:  Pengkotbah 11:1-8

"Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai."  Pengkotbah 11:4

Keberadaan kita di dunia ini bukan untuk selamanya, tapi terbatas waktunya.  Mari kita pergunakan untuk mengerjakan perkara-perkara yang baik dan berguna, sebab ketika kita menabur kemurahan hati, kasih dan empati, kelak kita akan menuai kebaikan, sebab  "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,"  (Amsal 11:7a). 

     Bila kita rindu diberkati Tuhan dengan  "...kekayaan, kehormatan dan kehidupan."  (Amsal 22:4), mari taburlah benih hati yang takut akan Tuhan dan kerendahan hati.  Firman Tuhan menegaskan:  "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan,"  (Amsal 14:23).  Yakinlah bahwa harga yang kita bayar untuk semua itu tidak akan pernah sia-sia!  Sebaliknya bila yang kita tabur adalah benih-benih yang buruk dan tidak berkualitas, jangan menyalahkan orang lain apalagi sampai menyalahkan Tuhan ketika hal-hal buruk pula yang menghampiri kita.  "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu."  (Galatia 6:8).  Banyak pula di antara kita yang menunda-nunda waktu untuk menabur atau bahkan tidak mau menabur dengan berbagai alasan.  Sama artinya kita ini orang yang malas.  Kemalasan adalah salah satu hal yang membedakan orang berhasil dari orang gagal.  Kelambanan dan kemalasan merupakan penyebab dari kegagalan, sebab orang yang malas suka sekali menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada.  "Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa."  (Amsal 20:4).

     Mungkin saat menabur kita akan merasakan sakit yang tak terperi, tidak dianggap oleh orang lain, dan sepertinya si-sia apa yang telah kita perbuat.  Perasaan yang sama juga pernah dirasakan oleh pemazmur,  "Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi."  (Mazmur 73:13-14).  Tetapi Tuhan memberikan janji-Nya yang indah.

"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai."  Mazmur 126:5

Tuesday, November 18, 2014

MENABUR DI LADANG KEHIDUPAN (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2014

Baca:  Yakobus 1:12-18

"Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran."  Yakobus 1:17

Setiap orang mempunyai  'ladang-ladang'  dalam kehidupannya masing-masing, artinya setiap kita memiliki kesempatan yang sama untuk menabur benih sebanyak-banyaknya hingga pada saatnya kita akan menuai sesuai dengan apa yang kita tabur.  Karena itu  "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik."  (Pengkotbah 11:6).

     Sudahkah kita menggarap ladang kita dengan sungguh-sungguh, ataukah kita biarkan terbengkalai dan ditumbuhi ilalang, semak duri dan rerumputan?  Selagi ada waktu dan kesempatan jangan malas menggarap ladang kita.  Mari mengerjakan ladang kita secara maksimal.  "Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."  (Pengkotbah 9:10).  Benih apa saja yang sudah kita tabur dan tanam di ladang kehidupan kita?  Jika yang kita tanam adalah benih kejujuran, kita akan menuai berkat-berkat Tuhan.  "...siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."  (Mazmur 50:23b).  Tuhan bergaul erat dengan orang yang jujur  (baca  Amsal 3:32).  Ketika kita menabur kesetiaan, maka kita akan menuai sebuah kepercayaan.  Karena itu kerjakan segala sesuatu dengan setia, sebab kesetiaan terhadap perkara kecil adalah pintu gerbang menuju perkara yang lebih besar.  Terhadap orang yang setia Tuhan berkata,  "hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar."  (Matius 25:23).

     Apabila kita menabur benih ketekunan dalam hal apapun yang seharusnya kita kerjakan, pada saat yang tepat kita akan menuai upahnya.  Tertulis:  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).

Benih apa yang kita tabur di ladang, akan menentukan tuaian kita!