Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2014
Baca: Filipi 1:20-26
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:22a
Matius 20:28: "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani" Itulah sebabnya pikiran Kristus dipenuhi kerinduan untuk melayani jiwa-jiwa dengan penuh belas kasihan, artinya Ia selalu berbuat sesuatu untuk menyelamatkan orang lain, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Selain harus hidup dalam ketaatan, membalas kasih Tuhan yang teramat besar adalah melalui komitmen kita untuk hidup menghasilkan buah, seperti komitmen rasul Paulus, "...jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Hidup yang berbuah menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain. Untuk bisa berbuah kita harus melekat kepada Tuhan Yesus, karena Dia adalah satu-satunya pokok anggur, tempat ranting-ranting dapat melekat dan berbuah. Melalui 'buah' yang dihasilkan, orang dunia akan melihat kita. "Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Matius 7:20). Jadi, "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8). Buah apa saja yang harus kita hasilkan? 1. Buah Jiwa. Orang lain akan rindu mengenal Kristus lebih dalam karena dampak positif yang memancar dari kehidupan orang percaya. Keteladanan hidup seseorang berbicara lebih tajam daripada sekedar teori. Karena itu kita harus berusaha menjadi teladan dalam segala hal. "Jadilah teladan...dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b). 2. Buah Pelayanan. Tuhan memberi kita talenta: ada yang diberikan lima, dua dan satu talenta. Talenta itu harus kita kembangkan dan maksimalkan.
Apapun pengorbanan yang kita berikan kepada Tuhan: waktu, tenaga, pikiran dan materi, sangat berarti untuk mendukung pekabaran Injil, sehingga "...Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia," (Kolose 1:6b). Jerih lelah kita untuk melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia!
Waktu dan kesempatan kita untuk berkarya di dunia ada batasnya, maka jangan sia-siakan dan menunda-nunda waktu lagi untuk membalas kasih Tuhan.
Saturday, November 15, 2014
Friday, November 14, 2014
MEMBALAS KASIH TUHAN: Melakukan Perintah-Nya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 November 2014
Baca: Mazmur 116:1-19
"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" Mazmur 116:12
Sebelum memasuki hari baru ini mari renungkan sejenak kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam hidup Saudara: berapa kali Tuhan menolong Saudara? Berapa kali Tuhan menyembuhkan Saudara? Berapa kali Saudara jatuh tetapi tangan Tuhan menopang Saudara? Berapa kali Tuhan menjawab doa-doa Saudara? Jawabnya: tak terhitung. Sampai kapan pun kita tidak akan sanggup menghitung kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita, seperti lagu 'Kasih Tuhan' yang dinyanyikan oleh Maria Shandy: "Bagaikan langit yang membentang begitu luas kasih Tuhan, tiada terhitung pertolongan-Mu dalam hidupku. Bagaikan dalamnya samudra begitu dalam kasih Tuhan, tiada terhitung kesetiaan-Mu dalam hidupku."
Setelah mengalami begitu banyak kebaikan dan kemurahan Tuhan, adakah dalam hati kita timbul pertanyaan: "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" (ayat nas). Cukupkah kita mengucap syukur kepada Tuhan lewat bibir atau ucapan saja, tanpa melakukan sesuatu sebagai wujud respons kita atas kebaikan-Nya? Rasul Paulus menasihatkan, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5). Apa yang ada di dalam pikiran Tuhan Yesus? Pikiran Tuhan Yesus dipenuhi oleh keinginan dan kerinduan-Nya untuk senantiasa menyenangkan hati Bapa. Tuhan Yesus menyenangkan hati Bapa melalui ketaatan-Nya melakukan kehendak Bapa. Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Karena itu, "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia (Yesus) telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Bukti nyata ketaatan Tuhan Yesus adalah Ia rela memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang melalui kematian-Nya di atas kayu salib.
Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita menaati firman-Nya dengan sepenuh hati. Ketika kita taat artinya kita mengasihi Tuhan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15).
Sudahkah kita membalas kebaikan Tuhan melalui ketaatan kita?
Baca: Mazmur 116:1-19
"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" Mazmur 116:12
Sebelum memasuki hari baru ini mari renungkan sejenak kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam hidup Saudara: berapa kali Tuhan menolong Saudara? Berapa kali Tuhan menyembuhkan Saudara? Berapa kali Saudara jatuh tetapi tangan Tuhan menopang Saudara? Berapa kali Tuhan menjawab doa-doa Saudara? Jawabnya: tak terhitung. Sampai kapan pun kita tidak akan sanggup menghitung kebaikan dan kesetiaan Tuhan yang terjadi di sepanjang perjalanan hidup kita, seperti lagu 'Kasih Tuhan' yang dinyanyikan oleh Maria Shandy: "Bagaikan langit yang membentang begitu luas kasih Tuhan, tiada terhitung pertolongan-Mu dalam hidupku. Bagaikan dalamnya samudra begitu dalam kasih Tuhan, tiada terhitung kesetiaan-Mu dalam hidupku."
Setelah mengalami begitu banyak kebaikan dan kemurahan Tuhan, adakah dalam hati kita timbul pertanyaan: "Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?" (ayat nas). Cukupkah kita mengucap syukur kepada Tuhan lewat bibir atau ucapan saja, tanpa melakukan sesuatu sebagai wujud respons kita atas kebaikan-Nya? Rasul Paulus menasihatkan, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5). Apa yang ada di dalam pikiran Tuhan Yesus? Pikiran Tuhan Yesus dipenuhi oleh keinginan dan kerinduan-Nya untuk senantiasa menyenangkan hati Bapa. Tuhan Yesus menyenangkan hati Bapa melalui ketaatan-Nya melakukan kehendak Bapa. Tuhan Yesus berkata, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yohanes 4:34). Karena itu, "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia (Yesus) telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Bukti nyata ketaatan Tuhan Yesus adalah Ia rela memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang melalui kematian-Nya di atas kayu salib.
Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita menaati firman-Nya dengan sepenuh hati. Ketika kita taat artinya kita mengasihi Tuhan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15).
Sudahkah kita membalas kebaikan Tuhan melalui ketaatan kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)