Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2014
Baca: 1 Timotius 1:12-17
"Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus." 1 Timotius 1:14
Hidup orang percaya adalah hidup yang dipenuhi kasih karunia Allah. Kasih karunia atau disebut juga anugerah adalah: pemberian Allah yang tidak pantas kita terima, kebaikan Allah yang tanpa pamrih, walaupun kita merupakan orang berdosa yang selayaknya menerima hukuman, namun Ia memandang kita dengan penuh kasih dan mengampuni kita. Yesus adalah anugerah terbesar dari Allah! "Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang
itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih
karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu
orang itu, yaitu Yesus Kristus." (Roma 5:17).
Melalui karya Kristus di Kalvari kita beroleh pengampunan dosa sehingga pintu-pintu berkat terbuka bagi kita. "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus
telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." (Efesus 1:3), artinya sorga dan segala berkat yang terkandung di dalamnya menjadi suatu kepastian bagi kita, "...oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya." (Galatia 3:22). Kita bisa mengenal Tuhan dan percaya kepada-Nya adalah juga karena kasih karunia, sebab "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak
ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir
zaman." (Yohanes 6:44). Kita datang dalam keadaan kotor dan tidak layak, tetapi Bapa mau menerima pertobatan kita.
"...di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya," (Efesus 1:13-14). Roh Kudus inilah yang menyertai perjalanan hidup orang percaya, dan penyertaan-Nya atas kita bukan hanya semusim dua musim, tapi sampai kepada akhir zaman. Bersama-Nya kita beroleh kekuatan dan kemampuan untuk melewati segala sesuatu, karena Ia adalah Roh yang lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia (baca 1 Yohanes 4:4b).
Kasih karunia Tuhan yang teramat besar dan mulia telah dicurahkan atas hidup orang percaya, sudah selayaknya kita berlimpah syukur dan menghargainya!
Tuesday, November 11, 2014
Monday, November 10, 2014
PEMBERITA INJIL: Harus Mau Berproses
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2014
Baca: 1 Korintus 9:15-23
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku." 1 Korintus 9:16
Syarat pertama menjadi pemberita Injil adalah percaya kepada Tuhan Yesus. "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29). Bagaimana mungkin kita memberitakan Injil kepada orang lain dan melayani Tuhan dengan benar, sementara kita sendiri belum percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi? Mungkinkah orang buta menuntun orang buta? Tidak mungkin! Nah, selain percaya kepada Tuhan Yesus, berikutnya adalah harus hidup dalam pertobatan. Tuhan berkata, "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (1 Korintus 6:17). Jadi, bukan berarti kita menunggu sempurna dulu baru mau melibatkan diri dalam pelayanan.
Memberitakan Injil berkenaan dengan komitmen: komitmen hidup benar (penyangkalan diri) dan komitmen untuk berkorban (waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi). Karena itu kita harus punya kerelaan untuk di proses, dibentuk dan diperbaharui oleh Tuhan. Proses itu berlangsung seumur hidup, hingga "...roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Tesalonika 5:23), dan proses itu laksana tanah liat di tangan tukang periuk. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku," (Yeremia 18:4, 6).
Proses pasti terasa sakit dan butuh waktu yang tidak singkat. Cara Tuhan membentuk dan memroses kita adalah melalui firman-Nya, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29), dan melalui peristiwa-peristiwa yang diijinkanNya terjadi.
Percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup dalam pertobatan adalah syarat menjadi pemberita Injil!
Baca: 1 Korintus 9:15-23
"Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku." 1 Korintus 9:16
Syarat pertama menjadi pemberita Injil adalah percaya kepada Tuhan Yesus. "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yohanes 6:29). Bagaimana mungkin kita memberitakan Injil kepada orang lain dan melayani Tuhan dengan benar, sementara kita sendiri belum percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi? Mungkinkah orang buta menuntun orang buta? Tidak mungkin! Nah, selain percaya kepada Tuhan Yesus, berikutnya adalah harus hidup dalam pertobatan. Tuhan berkata, "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (1 Korintus 6:17). Jadi, bukan berarti kita menunggu sempurna dulu baru mau melibatkan diri dalam pelayanan.
Memberitakan Injil berkenaan dengan komitmen: komitmen hidup benar (penyangkalan diri) dan komitmen untuk berkorban (waktu, tenaga, pikiran, bahkan materi). Karena itu kita harus punya kerelaan untuk di proses, dibentuk dan diperbaharui oleh Tuhan. Proses itu berlangsung seumur hidup, hingga "...roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Tesalonika 5:23), dan proses itu laksana tanah liat di tangan tukang periuk. "Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku," (Yeremia 18:4, 6).
Proses pasti terasa sakit dan butuh waktu yang tidak singkat. Cara Tuhan membentuk dan memroses kita adalah melalui firman-Nya, "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29), dan melalui peristiwa-peristiwa yang diijinkanNya terjadi.
Percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup dalam pertobatan adalah syarat menjadi pemberita Injil!
Subscribe to:
Posts (Atom)