Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2014
Baca: Zakharia 13:7-9
"Aku akan menguji mereka, seperti orang menguji emas." Zakharia 13:9b
Agar kita benar-benar siap menghadapi ujian kehidupan kita harus melatih diri. Rasul Paulus menasihati, "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala
hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya. Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh
pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia,
terutama mereka yang percaya." (1 Timotius 4:7b-10). Karena itu jangan sekali-kali kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah (baca Ibrani 10:25). Semakin kita melatih diri dalam ibadah semakin kita kuat berakar di dalam Tuhan.
Banyak orang Kristen berkeinginan hidup dalam kebenaran: berkarakter seperti Kristus, ingin menjadi suami atau isteri yang baik, ingin menjadi pelayan Tuhan yang setia dan menjadi berkat bagi orang lain. Kesemuanya adalah keinginan yang mulia. Tapi jika kita tidak mau melatih diri, keinginan tersebut sulit untuk terwujud. Dalam istilah kekristenan tidak ada istilah karbitan atau cara instan. Untuk mencapainya ada harga yang harus dibayar! Kita harus bertekun mengerjakan bagian kita, karena tidak ada perkara-perkara besar akan dinyatakan sebelum kita lulus ujian, termasuk ujian 'kesetiaan dalam perkara-perkara kecil', Memang setiap ujian dan pencobaan itu sakit, berat dan memahitkan hati, tapi melalui ujian kita belajar untuk menghargai sebuah mujizat.
Melalui ujian pula Tuhan hendak mengajar kita memiliki kerendahan hati. Banyak orang ketika berhasil dan berlimpah materi menjadi tinggi hati. Namun ketika berada di situasi-situasi sulit mereka baru belajar rendah hati dan menyadari akan keterbatasan diri. Ujian dan masalah mengajar seseorang bergantung penuh kepada Tuhan, sebab kekayaan dan uang tidak dapat menolong dan menyelamatkan kita. Itulah sebabnya bila tidak disikapi dengan benar, ujian dan masalah seringkali membawa kita makin jauh dari Tuhan, tapi ketika kita punya sikap hati yang benar kita selalu dapat mengambil sikap positif dari setiap ujian yang datang.
"Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." Ayub 23:10
Friday, November 7, 2014
Thursday, November 6, 2014
MENGHADAPI UJIAN: Menguji Diri Sendiri
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2014
Baca: Yakobus 1:2-8
"sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:3
Semua orang pasti tidak suka mendengar kata ujian, masalah atau pergumulan. Umumnya kita lebih suka mendengar kata-kata tentang berkat, mujizat, kemenangan dan perkara-perkara besar lainnya, karena hal-hal itulah yang sedang dicari dan diinginkan oleh manusia. Namun kita lupa bahwa setiap berkat, mujizat, kemenangan, kesembuhan dan perkara-perkara besar selalu didahului dan diawali oleh ujian, masalah dan juga pergumulan yang tidak mudah. Namun justru di balik hal-hal yang tidak menyenangkan inilah terkandung berkat, mujizat dan kemenangan besar.
Kata ujian memiliki arti sesuatu yang dipakai untuk menguji kualitas sesuatu, misal kepandaian, kemampuan, hasil belajar dari seseorang. Karena itu dalam dunia pendidikan ada yang namanya ujian akhir yaitu ujian untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan seorang siswa; ada pula ujian masuk perguruan tinggi negeri yaitu ujian memasuki suatu universitas negeri. Bagi seorang siswa ujian adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, menegangkan, tapi sangat menentukan, sebab di balik ujian pasti ada hasil; dan untuk mencapai hasil maksimal, yang sesuai dengan harapan dan keinginan, setiap siswa pasti akan mempersiapkan diri begitu rupa: ada yang rajin mengikuti try out; bagi yang berkantong tebal akan mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru private. Orang yang mampu menghadapi ujian dengan baik pasti mendapatkan hasil yang baik pula. Sebaliknya, yang tidak mempersiapkan diri dengan baik sedari awal, yang hanya belajar keras saat menjelang ujian dengan 'SKS' (sistem kebut semalam), akan mendapatkan hasil yang pasti tidak akan pernah maksimal, mengecewakan dan mungkin akan gagal.
Jadi sebelum menghadapi ujian perlu sekali kita menguji diri sendiri terlebih dahulu, artinya mengukur dan menilai sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi ujian. Mungkin secara mental kita sudah siap, tapi ketika kita diuji ternyata banyak materi yang belum kita ketahui. Atau sebaliknya kita sudah tahu materi, tapi ketika ujian datang ternyata kita secara mental belum siap: panik, was-was, kuatir dan takut.
"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik." 1 Tesalonika 5:21
Baca: Yakobus 1:2-8
"sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." Yakobus 1:3
Semua orang pasti tidak suka mendengar kata ujian, masalah atau pergumulan. Umumnya kita lebih suka mendengar kata-kata tentang berkat, mujizat, kemenangan dan perkara-perkara besar lainnya, karena hal-hal itulah yang sedang dicari dan diinginkan oleh manusia. Namun kita lupa bahwa setiap berkat, mujizat, kemenangan, kesembuhan dan perkara-perkara besar selalu didahului dan diawali oleh ujian, masalah dan juga pergumulan yang tidak mudah. Namun justru di balik hal-hal yang tidak menyenangkan inilah terkandung berkat, mujizat dan kemenangan besar.
Kata ujian memiliki arti sesuatu yang dipakai untuk menguji kualitas sesuatu, misal kepandaian, kemampuan, hasil belajar dari seseorang. Karena itu dalam dunia pendidikan ada yang namanya ujian akhir yaitu ujian untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan seorang siswa; ada pula ujian masuk perguruan tinggi negeri yaitu ujian memasuki suatu universitas negeri. Bagi seorang siswa ujian adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, menegangkan, tapi sangat menentukan, sebab di balik ujian pasti ada hasil; dan untuk mencapai hasil maksimal, yang sesuai dengan harapan dan keinginan, setiap siswa pasti akan mempersiapkan diri begitu rupa: ada yang rajin mengikuti try out; bagi yang berkantong tebal akan mengikuti bimbingan belajar atau memanggil guru private. Orang yang mampu menghadapi ujian dengan baik pasti mendapatkan hasil yang baik pula. Sebaliknya, yang tidak mempersiapkan diri dengan baik sedari awal, yang hanya belajar keras saat menjelang ujian dengan 'SKS' (sistem kebut semalam), akan mendapatkan hasil yang pasti tidak akan pernah maksimal, mengecewakan dan mungkin akan gagal.
Jadi sebelum menghadapi ujian perlu sekali kita menguji diri sendiri terlebih dahulu, artinya mengukur dan menilai sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi ujian. Mungkin secara mental kita sudah siap, tapi ketika kita diuji ternyata banyak materi yang belum kita ketahui. Atau sebaliknya kita sudah tahu materi, tapi ketika ujian datang ternyata kita secara mental belum siap: panik, was-was, kuatir dan takut.
"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik." 1 Tesalonika 5:21
Subscribe to:
Posts (Atom)