Tuesday, October 28, 2014

TUHAN YESUS: Teladan Utama Ketaatan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Oktober 2014

Baca:  Lukas 22:39-46

"Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."  Lukas 22:42

Rasul Yohanes dalam suratnya menulis;  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Dengan kata lain setiap orang percaya wajib hidup dalam ketaatan dan menempatkan Tuhan Yesus sebagai teladan utama.  Tuhan Yesus berkata,  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34), bahkan  "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).

     Hidup meneladani Kristus berarti:  memiliki hati seperti hati-Nya yang dipenuhi belas kasihan; berpikir seperti Kristus berpikir, sebagaimana rasul Paulus berkata,  "Tetapi kami memiliki pikiran Kristus."  (1 Korintus 2:16);  mengasihi sama seperti Kristus mengasihi,  "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."  (Yohanes 13:35);  melayani seperti Kristus melayani jiwa-jiwa;  taat kepada kehendak-Nya sebagaimana Kristus taat kepada kehendak Bapa dengan berkata,  "...bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi."

     Dalam mengarungi bahtera kehidupan ini setiap detik, setiap menit, setiap jam kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan.  Tak bisa dipungkiri, dalam kondisi ini kita pasti menghadapi dilema apakah kita memilih untuk hidup menurut kehendak sendiri atau menuruti kehendak Tuhan.  Namun sebagai anak-anak Tuhan ketaatan adalah jalan yang sangat tepat untuk kita pilih:  seperti seorang anak yang harus taat kepada kehendak orangtuanya, seperti karyawan yang sepatutnya taat kepada pimpinan, dan juga seperti prajurit yang sepenuhnya taat kepada perintah komandannya.  Terlebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan kita harus memiliki ketaatan penuh kepada kehendak Tuhan.  Hal terbaik dan terbesar dalam kehidupan orang percaya adalah ketika ia mampu berkata,  "Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  (Galatia 2:19b-20).

Hidup dalam ketaatan berarti menaklukkan kehendak sendiri kepada kehendak Tuhan.

Monday, October 27, 2014

WARGA SORGA: Gaya Hidup Sorgawi (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Oktober 2014

Baca:  Ibrani 12:1-14

"Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,"  Ibrani 12:2

Bagaimana supaya kita benar-benar memiliki kehidupan yang mencerminkan warga Kerajaan Sorga?  Kita harus melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Tuhan Yesus  (ayat nas).  Bila mata kita tertuju kepada Tuhan Yesus maka kita akan mencari dan memikirkan perkara yang di atas, di mana Kristus ada  (baca  Kolose 3:1-2).  Dengan kata lain kita harus mengutamakan perkara-perkara rohani, mendahulukan kerajaan Allah dan kebenarannya dengan tunduk dan taat kepada undang-undang yang berlaku di sorga yaitu firman Tuhan.  "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."  (Ibrani 12:5-6).  Segala tindakan dan perbuatan kita harus sesuai dengan firman Tuhan.

     Kita memperoleh status istimewa sebagai warga sorga ini bukan karena usaha dan hasil dari perbuatan baik kita, tapi semata-mata karena anugerah Tuhan.  Bila menyadari hal ini maka kita tidak akan menjadi warga yang hidup dengan sembarangan, sebaliknya kita akan menghargainya begitu rupa dan bertekad untuk meresponsnya dengan tindakan nyata.  Memang hal ini tidak mudah, karena di satu sisi kita dituntut untuk hidup seturut kehendak Tuhan demi mempertahankan status kita sebagai warga sorgawi, tetapi di pihak lain kita dihadapkan pada ujian dan tantangan dari dunia ini.  "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:16).

     Dan inilah kehendak Tuhan atas orang percaya,  "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu."  (1 Yohanes 2:15).  Sebagai warga sorgawi kita dituntut Tuhan untuk tidak terbawa oleh arus dunia ini  (baca  Ibrani 2:1), melainkan harus mampu menjalankan peran kita sebagai utusan-utusan-Nya.  Karena itu di segala keadaan, bahkan di tengah badai sekalipun, kita harus tetap tegak berdiri.

Karena kewargaan kita adalah warga sorga, maka sudah seharusnya kita menghadirkan  'atmosfir'  sorgawi di tengah-tengah dunia ini.