Wednesday, October 22, 2014

IBADAH SETENGAH HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Oktober 2014

Baca:  2 Tawarikh 25:1-28

"Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak dengan segenap hati."  2 Tawarikh 25:2

Tuhan sangat tidak senang dengan orang-orang yang melakukan segala sesuatu setengah hati, terlebih-lebih dalam hal ibadah dan pelayanan.  Mungkin secara kasat mata tampak berapi-api melayani Tuhan, tapi jika hati kita mendua dan tidak melakukannya dengan segenap hati, maka tidak berkenan di hati Tuhan.  Inilah juga yang dilakukan raja Amazia.

     Perhatikan ayat 14 ini:  "Ketika Amazia kembali, setelah mengalahkan orang-orang Edom itu, ia mendirikan para allah bani Seir, yang dibawanya pulang, sebagai allahnya. Ia sujud menyembah kepada allah-allah itu dan membakar korban untuk mereka."  Ternyata selain beribadah kepada Tuhan yang hidup Amazia juga menyembah berhala, bahkan ia mempersembahkan korban kepada mereka.  Zaman sekarang ini pun banyak orang Kristen yang secara lahiriah beribadah kepada Tuhan, sibuk melayani pekerjaan Tuhan, ternyata di sisi lain tetap menjalin persahabatan dengan dunia dan enggan memisahkan diri darinya.  Sikap demikian menyedihkan hati Tuhan!  Yakobus memperingatkan,  "Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah."  (Yakobus 4:4).

     Sebagai anak-anak Tuhan kita tidak hanya dituntut untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, tetapi juga dipanggil untuk beribadah dan melayani Dia dengan sepenuh hati.  Jangan sampai kita terbawa oleh arus dunia ini dan silau dengan tawaran-tawaran dunia yang begitu menggiurkan dan menjanjikan kenikmatan.  Kilauan dunia inilah yang acapkali menawan hati kita dan mengalihkan perhatian kita dari kehidupan ibadah yang benar.  Akhirnya ibadah dan pelayanan yang kita lakukan hanya sebatas formalitas dan rutinitas belaka.  Jika demikian,  "...Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).

"Sebab janganlah engkau sujud menyembah kepada allah lain, karena TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, adalah Allah yang cemburu."  Keluaran 34:14

Tuesday, October 21, 2014

KELUARGA TAKUT AKAN TUHAN: Banyak Berkatnya (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Oktober 2014

Baca:  Mazmur 127:1-5

"sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur."  Mazmur 127:2b

Meski sebagai sel terkecil dari masyarakat, keberadaan keluarga justru memiliki peranan yang sangat vital.  Jika sebuah keluarga dalam keadaan baik, harmonis dan diberkati, hal ini akan berdampak positif kepada masyarakat secara luas.  Sebaliknya bila dari sel terkecil ini  (keluarga)  sudah punya banyak sekali masalah, hal itu juga akan berdampak buruk bagi masyarakat luar.  Contoh:  ada banyak kasus kenakalan remaja berawal dari keadaan keluarga yang broken home.  Karena itu kita harus mendasari keluarga kita dengan iman yang kuat dengan menanamkan hati yang takut akan Tuhan.

     Takut akan Tuhan itu keputusan dan pilihan hidup karena kita memiliki kehendak bebas  (free will).  Bila kita rindu keluarga kita diberkati dan dipelihara Tuhan, tidak ada pilihan lain selain harus takut akan Tuhan.  Inilah berkat keluarga yang takut akan Tuhan:  "Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu;"  (Mazmur 128:3a).  Pohon anggur adalah tanaman yang banyak ditanam di Israel karena air buah anggur merupakan minuman yang sangat menyegarkan.  Bila isteri seperti pohon anggur yang subur berarti tidak hanya berdaun lebat, tapi juga menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh seisi keluarga;  inilah isteri yang cakap, yang  "...adalah mahkota suaminya,"  (Amsal 12:4) dan  "...Ia lebih berharga dari pada permata."  (Amsal 31:10).  Keberadaan isteri yang demikian tentunya sebagai dampak dari suami yang mampu menjadi imam bagi keluarganya.  Berkat berikutnya adalah  "anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!"  (Mazmur 128:3b).  Pohon zaitun adalah pohon yang sangat kuat dan tidak mudah roboh.  Dari pohon itu juga dihasilkan minyak yang sangat harum.  Melalui keteladanan yang ditunjukkan oleh orangtua yang takut akan Tuhan, anak-anak pun akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi Tuhan dan memiliki iman yang kuat sehingga mereka tidak mudah terbawa oleh arus dunia ini.

     Ibarat peribahasa  "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", maka  "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  (Amsal 22:6).

Kita akan menjadi keluarga yang diberkati Tuhan dan berbahagia bila seisi rumah  (suami, isteri dan anak-anak)  memiliki hati yang takut akan Tuhan!

Catatan:  
"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."  Kolose 3:18-21