Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2014
Baca: Mazmur 128:1-6
"Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu," Mazmur 128:5
Dalam membangun mahligai perkawinan setiap pasangan pasti memiliki impian-impian yang hendak diwujudkan bersama pasangannya. Impian itu adalah sebuah keluarga yang harmonis, diberkati dan dipenuhi oleh kebahagiaan. Memang untuk mewujudkan impian tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun hal itu juga bukanlah perkara yang mustahil asalkan kita mau menapaki hari-hari bersama dengan Tuhan.
Dalam Mazmur 128 ini pemazmur memberikan dasar utama untuk memiliki keluarga yang diberkati dan berbahagia. Dasar itu adalah takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya (ayat 1), sebab "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26). Takut akan Tuhan merupakan unsur penting dalam kehidupan orang percaya. Tanpa rasa takut akan Tuhan seseorang akan cenderung berpikir, berbicara dan berbuat menurut kehendak diri sendiri. Alkitab memperingatkan, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;" (Amsal 3:7). Rasa takut akan Tuhan itu tumbuh ketika seseorang menyadari akan kekudusan, keadilan, dan kebenaran Tuhan, sehingga ia akan memandang Tuhan dengan penuh rasa hormat dan kagum. Dari situ akhirnya seseorang memiliki ketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya; dan dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau takut mengalami hukuman, serta berkomitmen untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan menjauhi segala kejahatan.
Rasa takut akan Tuhan ini harus menjadi landasan utama bagi setiap keluarga Kristen. Dengan demikian suami dan isteri akan mampu menjalankan perannya sesuai dengan firman Tuhan, saling mendukung dan menguatkan sehingga mampu membawa anak-anak semakin mengasihi Tuhan melalui teladan hidup yang ditunjukkannya. Dengan kata lain, keluarga yang takut akan Tuhan adalah keluarga yang senantiasa menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Rindu keluarga Saudara diberkati Tuhan dan berbahagia? Milikilah hati yang takut akan Tuhan!
Sunday, October 19, 2014
Saturday, October 18, 2014
TAKUT AKAN TUHAN: Memiliki Penguasaan Diri
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Oktober 2014
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu." 2 Korintus 5:13
Perwujudan lain dari orang yang takut akan Tuhan adalah memiliki penguasaan diri. Sebuah kapal besar yang berada di laut lepas pasti dikendalikan oleh kemudi. Kemudi adalah bagian yang kecil dari sebuah kapal, namun bila kemudi tersebut dikendalikan dengan semestinya maka kemudi dapat mengarahkan kapal kepada suatu tujuan dengan selamat. Demikian juga penguasaan diri sangat penting dalam perjalanan iman orang percaya. Penguasaan diri bisa diartikan kemampuan untuk menahan dan menguasai diri sendiri dari segala keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan lost control. Lalu bagaimana kita bisa menguasai diri kita? Kita bisa menguasai diri jika mau tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Kita bisa menguasai diri jika ada Roh Kudus di dalam hati kita karena penguasaan diri adalah salah satu dari sembilan buah roh (baca Galatia 5:22-23). Roh Kudus akan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk bisa menguasai diri: menguasai emosi, mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakan kita. Dalam 1 Petrus 4:7b dikatakan, "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." Artinya kalau kita tidak bisa menguasai diri, kita takkan bisa tenang dan kalau tidak bisa tenang, kita pun tidak akan bisa berdoa. Hanya orang yang bisa menguasai dirilah yang dapat bersikap tegas untuk tidak berkompromi dengan dosa dan terus mengenakan 'manusia baru'.
Seseorang yang lain memiliki penguasaan diri tidak akan mudah menilai orang lain dengan kacamata manusia. "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami," (2 Korintus 5:14), sehingga kita pun tidak akan mudah menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain. Karena itu "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." (Matius 7:1), dan mulai dari sekarang "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Maka dari itu kuasailah dirimu di segala keadaan!
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Amsal 16:32
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Sebab jika kami tidak menguasai diri, hal itu adalah dalam pelayanan Allah, dan jika kami menguasai diri, hal itu adalah untuk kepentingan kamu." 2 Korintus 5:13
Perwujudan lain dari orang yang takut akan Tuhan adalah memiliki penguasaan diri. Sebuah kapal besar yang berada di laut lepas pasti dikendalikan oleh kemudi. Kemudi adalah bagian yang kecil dari sebuah kapal, namun bila kemudi tersebut dikendalikan dengan semestinya maka kemudi dapat mengarahkan kapal kepada suatu tujuan dengan selamat. Demikian juga penguasaan diri sangat penting dalam perjalanan iman orang percaya. Penguasaan diri bisa diartikan kemampuan untuk menahan dan menguasai diri sendiri dari segala keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan lost control. Lalu bagaimana kita bisa menguasai diri kita? Kita bisa menguasai diri jika mau tunduk kepada pimpinan Roh Kudus. Kita bisa menguasai diri jika ada Roh Kudus di dalam hati kita karena penguasaan diri adalah salah satu dari sembilan buah roh (baca Galatia 5:22-23). Roh Kudus akan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk bisa menguasai diri: menguasai emosi, mengendalikan pikiran, perasaan dan tindakan kita. Dalam 1 Petrus 4:7b dikatakan, "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." Artinya kalau kita tidak bisa menguasai diri, kita takkan bisa tenang dan kalau tidak bisa tenang, kita pun tidak akan bisa berdoa. Hanya orang yang bisa menguasai dirilah yang dapat bersikap tegas untuk tidak berkompromi dengan dosa dan terus mengenakan 'manusia baru'.
Seseorang yang lain memiliki penguasaan diri tidak akan mudah menilai orang lain dengan kacamata manusia. "Sebab kasih Kristus yang menguasai kami," (2 Korintus 5:14), sehingga kita pun tidak akan mudah menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain. Karena itu "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." (Matius 7:1), dan mulai dari sekarang "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain." (Galatia 6:4). Maka dari itu kuasailah dirimu di segala keadaan!
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." Amsal 16:32
Subscribe to:
Posts (Atom)