Friday, October 17, 2014

TAKUT AKAN TUHAN: Selalu Menjaga Hati

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Oktober 2014

Baca:  2 Korintus 5:11-21

"Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang."  2 Korintus 5:11

Hingga sekarang masih banyak orang Kristen kurang memahami arti 'takut akan Tuhan'.  Mereka seringkali menyamakan seperti ekspresi ketakutan ketika melihat film horor atau hal-hal yang menakutkan lainnya.  Benarkah demikian?

     Takut akan Tuhan adalah sikap respek kita kepada Tuhan, sehingga kita memandang Dia dengan penuh kekaguman, penghormatan dan menghormati-Nya sebagai Tuhan karena kekudusan, keagungan, kemuliaan dan kuasa-Nya yang besar.  Takut akan Tuhan berarti kalau kita membuat pelanggaran kita akan segera minta ampun kepada Tuhan, karena Dia adalah Tuhan yang tidak berkompromi dengan dosa.  Takut akan Tuhan adalah jalan yang mengantarkan kita melihat kemuliaan Tuhan, sebab  "Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia,"  (Mazmur 33:18).

     Wujud nyata dari orang yang takut akan Tuhan adalah selalu menjaga hati.  "Bagi Allah hati kami nyata dengan terang dan aku harap hati kami nyata juga demikian bagi pertimbangan kamu."  (2 Korintus 5:11b).  Tuhan sama sekali tidak tertarik dengan kecantikan atau ketampanan seseorang;  Dia tidak butuh kemampuan dan kecakapan kita;  Dia tidak berminat dengan seberapa fasih lidah kita berbicara tentang isi Alkitab;  kita boleh saja tampak sibuk dengan pelayanan atau banyak memberi sumbangan untuk gereja dan hamba Tuhan, tapi hal itu tidak secara otomatis membuat-Nya tertarik dan berminat pada kita.  Yang Tuhan hendak lihat dan perhatikan adalah apakah kita memiliki hati yang bersih dan murni, karena segala perbuatan jahat yang terjadi di muka bumi ini dimulai dan bersumber dari hati  (baca  Matius 15:18-19).  Bahkan Yeremia pun mengakuinya,  "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu,"  (Yeremia 17:9).  Bukankah ada banyak orang Kristen yang melayani Tuhan atau melakukan perbuatan-perbuatan baiknya bukan bertujuan untuk menyenangkan hati Tuhan, tapi hanya sekedar ingin dipuji dan dihormati manusia?

"Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."  Yeremia 17:10

Thursday, October 16, 2014

PELAKU FIRMAN: Ada Berkat dan Kebahagiaan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Oktober 2014

Baca:  Yesaya 48:12-22

"Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh."  Yesaya 48:17

Alkitab menegaskan bahwa berkat dan kebahagiaan hanya bisa didapatkan apabila orang mau melakukan firman Tuhan.  "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti,"  (Yesaya 48:18).  Siap menerima berkat yang Tuhan sediakan?  Jadilah pelaku firman, itu saja yang Tuhan inginkan.

     Untuk menjadi pelaku firman dibutuhkan kerendahan hati:  hati yang mau dididik, ditegur dan diajar.  "Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya."  (Amsal 3:11), sebab  "...perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,"  (Amsal 6:23).  Ketaatan kepada Tuhan inilah yang mendatangkan berkat dan kebahagiaan, baik untuk hidup hari ini maupun untuk hari-hari yang akan datang.  Ketaatan adalah standar yang dipakai Tuhan untuk mengukur kehidupan rohani orang percaya.  Ukuran Tuhan bukan apa yang terlihat secara kasat mata karena itu takkan menyentuh hati Tuhan.  Yang menyentuh hati-Nya sehingga Ia tidak akan tahan untuk tidak mencurahkan berkat-Nya adalah ketaatan kita dalam melakukan firman-Nya.  Jadi, suka atau tidak suka, kita harus bersedia dan mau mempraktekkan firman Tuhan,  "...jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya."  (Yakobus 1:22-24).

     Melakukan firman Tuhan adalah akses utama menuju berkat Tuhan dan menikmati berkat itu.  Kita pasti sanggup asal kita mau dan selalu mengandalkan Roh Kudus, Dialah yang memberi kemampuan dan kekuatan ekstra menuju kepada ketaatan yang sempurna.  Berkat dan kebahagiaan adalah dampak dari sebuah ketaatan.  Ingatlah itu!

"Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."  Mazmur 16:11