Sunday, October 12, 2014

JALAN ORANG FASIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2014

Baca:  Amsal 4:11-27

"Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung."  Amsal 4:19

Berkat dan kebahagiaan adalah dua hal yang dirindukan dan diimpikan oleh semua orang.  Siapakah di antara kita yang tidak mau diberkati dan bahagia?  Tak seorang pun.  Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan yang salah guna mewujudkan keinginannya itu.

     Bagi orang-orang dunia berkat dan kebahagiaan selalu mereka identikan dengan banyaknya uang, harta yang melimpah, rumah megah, mobil mewah, pangkat dan kedudukan yang tinggi.  Akhirnya berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan semuanya itu.  Sayang, banyak dari mereka yang menempuh jalan yang salah dan sesat.  Contoh yang marak dilakukan dan sepertinya sudah menjadi tradisi bagi para pejabat pemerintahan negeri ini yaitu menyalahgunakan jabatan dengan melakukan tindakan korupsi;  ada pula yang melakukan bisnis kotor dengan menipu sana-sini;  tidak sedikit pula orang yang berduyun-duyun pergi ke dukun, kuburan, gunung Kawi minta pesugihan dan penglaris supaya usaha dan tokonya menjadi laris.  Dari tindakan-tindakan ini, benarkah mereka menikmati berkat dan merasakan kebahagiaan yang mereka impikan?  "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut."  (Amsal 14:12).  Tidak.  Faktanya para koruptor tidak bisa menikmati kekayaannya, bahkan pada akhirnya mereka harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi.  Sedangkan mereka yang menempuh jalan sesat dengan melibatkan kuasa-kuasa gelap, Iblis pasti tidak akan tinggal diam dan berperkara karena semua yang diberikannya itu tidak gratis, melainkan ada harga yang harus dibayar.  Jelas dikatakan bahwa Iblis datang  "...untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan;"  (Yohanes 10:10a).  Tak bisa dibayangkan betapa ngerinya seseorang yang berada dalam belenggu Iblis!

     Tidak seharusnya orang percaya mengikuti jalan yang ditempuh oleh orang dunia ini karena kita punya Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang adalah sumber berkat dan kebahagiaan itu.  Melalui kebenaran firman-Nya Tuhan sudah menunjukkan jalan yang harus kita tempuh untuk mendapatkan semuanya itu.

"Janganlah menempuh jalan orang fasik, dan janganlah mengikuti jalan orang jahat."  Amsal 4:14

Saturday, October 11, 2014

MENGERJAKAN PANGGILAN: Kasih dan Pelayanan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2014

Baca:  Efesus 4:1-16

"tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala."  Efesus 4:15

Kalau hati kita sudah beres kita pasti akan mengerjakan segala sesuatu dengan motivasi yang benar dan tanpa ada keterpaksaan.  Hati yang beres adalah hati yang sudah dijamah oleh Roh Kudus.

     Jika Roh Kudus sudah menjamah hatimu,  "Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya."  (Yehezkiel 36:26-27).  Sebelum dijamah Roh Kudus hatimu tentu dipenuhi keinginan dan ambisi pribadi, semua terfokus pada diri sendiri.  Setelah mengalami jamahan-Nya hatimu dipenuhi belas kasihan dan empati, dan sesuai perintah Tuhan,  "Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu."  (Efesus 4:2b), serta  "...marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."  (1 Yohanes 3:18).

     Ketika kita menyadari akan panggilan Tuhan kita pasti akan bersemangat dan sangat antusias untuk mengerjakan perkara-perkara rohani.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Karena sadar bahwa kita ada sebagaimana kita ada sekarang ini semata-mata karena anugerah dan campur tangan Tuhan, maka kita pun tidak serta-merta hanya puas menerima anugerah Tuhan, melainkan kita rindu untuk melangkah ke tingkat kehidupan yang dikehendaki Tuhan yaitu hidup dan menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, karena itu kita berkomitmen untuk mempersembahkan hidup kita untuk melayani Tuhan.  "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,"  (Efesus 4:11-12).

Tindakan kasih dan memberi diri untuk dipakai Tuhan dalam pelayanan adalah bukti nyata seseorang mengerjakan panggilan Tuhan dalam hidupnya.