Tuesday, October 7, 2014

KEPUTUSAN MUSA: Menolak Kesenangan Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2014

Baca:  Ibrani 11:23-29

"karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  Ibrani 11:25

Orang-orang dunia acapkali menilai  'harga'  seseorang dari harta, gelar, popularitas, pangkat atau kedudukan.  Wajarlah jika kita menilai bahwa tindakan Musa melepas kehormatan di Mesir adalah tindakan bodoh?  Benarkah?  Secara duniawi, ya...tapi dari sudut pandang rohani justru Musa telah mengorbankan perkara-perkara duniawi  (fana)  demi mendapatkan berkat yang sifatnya kekal.

     Keputusan Musa ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Paulus, yang rela melepaskan semuanya demi Kristus,  "...yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).

     Adalah mudah bagi seseorang yang tidak memiliki harta atau segala sesuatu yang berharga di dunia ini untuk membuat keputusan mengikut Tuhan dan mengerjakan panggilan-Nya.  Sebaliknya teramat sulit bagi orang seperti Musa yang memiliki segala-galanya, apalagi dalam usia 40 tahun tentunya sudah banyak menikmati kenyamanan.  Demi merespons panggilan Tuhan Musa memutuskan meninggalkan segala kesenangan duniawi.  "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia."  (1 Yohanes 2:15-16).

     Dari semula kesenangan duniawi memikat hati dan menyilaukan mata manusia.  Karena itu banyak orang memilih bersahabat dengan dunia ini dan menjadi musuh Allah.  Mereka lupa bahwa dampak dosa sangat mengerikan,  "Sebab upah dosa ialah maut;"  (Roma 6:23).  Kehidupan orang fasik itu akan berujung kepada maut, tapi  "...orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya."  (1 Yohanes 2:17).

Mana yang kita pilih?  Memilih kesenangan dunia tapi berujung maut atau kita bertekad untuk meninggalkan dosa seperti Musa?

Monday, October 6, 2014

KEPUTUSAN MUSA: Melepas Kehormatan Dunia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Oktober 2014

Baca:  Ibrani 11:23-29

"Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat apa yang tidak kelihatan."  Ibrani 11:27

Setiap saat dalam hidup ini kita selalu dihadapkan pada banyak hal di mana kita harus membuat pilihan atau keputusan:  mulai dari keputusan-keputusan kecil yang tampaknya sepele, sampai kepada keputusan-keputusan besar yang sifatnya sangat penting yang berdampak besar dalam kehidupan kita di kemudian hari.  Semisal saat dihadapkan pada kesempatan, entah kesempatan berdoa, membaca Alkitab atau melayani Tuhan, akankah kita gunakan kesempatan itu sebaik mungkin, ataukah kita membuang kesempatan tersebut?  Kita lebih memilih nonton televisi daripada berdoa dan baca Alkitab;  kita lebih suka hang out dan menyalurkan hobi daripada mendedikasikan waktu dan tenaga untuk terlibat pelayanan di gereja.  Semua sangat bergantung pada keputusan kita.  "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia."  (Amsal 23:7a).

     Mari belajar dari kehidupan Musa.  Kita tahu sejarah Musa hingga ia bisa sampai ke Mesir.  "Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya,"  (Keluaran 2:10).  Alkitab pun mencatat,  "Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya."  (Kisah 7:22).  Selama 40 tahun Musa hidup di istana Mesir, suatu negeri yang kaya dan maju.  Karena itu tidaklah mengherankan bila Musa mendapatkan pendidikan tinggi dan juga keahlian.  Musa benar-benar menjadi orang yang sangat beruntung.  Namun kesemuanya itu tidak membuatnya lupa terhadap bangsa Israel, justru panggilan Tuhan terhadap dirinya terus berkobar-kobar.

     Usia 40 tahun menjadi titik balik dalam hidup Musa di mana ia membuat sebuah keputusan yang sangat penting yang sangat menentukan masa depannya dan juga bangsanya.  "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun,"  (Ibrani 11:24).  Menolak disebut anak puteri Firaun berarti Musa harus siap menanggung resiko yaitu kehilangan harta, kehormatan dan kedudukan.  Secara manusia keputusan yang diambil Musa dengan mengorbankan semuanya adalah sebuah kerugian besar.

Musa rela melepas kehormatan, kekuasaan dan statusnya sebagi anak puteri Firaun demi merespons panggilan Tuhan!