Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Oktober 2014
Baca: Yohanes 15:9-17
"Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang
diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku
telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku." Yohanes 15:15
Suatu anugerah luar biasa yang diperoleh setiap orang percaya karena Yesus tidak lagi menyebut kita sebagai hamba, tapi "...menyebut kamu sahabat," (ayat nas). Sahabat bukanlah sekedar hubungan biasa, melainkan terjalin sangat intim (karib) serta dilandasi oleh sebuah kepercayaan. Untuk menjadi orang yang bisa dipercaya oleh orang lain bukanlah hal yang mudah, terlebih-lebih yang memberi kepercayaan itu adalah Tuhan.
Bukti kepercayaan Tuhan adalah diberitahukan-Nya segala sesuatu yang didengar-Nya dari Bapa. Pemazmur juga menegaskan, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Secara manusia sulit untuk dipahami bahwa Tuhan mau dan menginginkan kita menjadi sahabat-Nya. Namun hal itu menunjukkan bahwa Tuhan sangat menginginkan kita makin mengenal-Nya lebih dekat. Inilah hak istimewa dan terbesar bagi setiap orang percaya: dikenal, dikasihi dan dijadikan sahabat oleh Tuhan. Memiliki seorang sahabat berarti kita dapat berjalan seiring sejalan, saling menguatkan dan saling berbagi kasih yang tulus; dan hanya sahabat sejatilah yang mau tetap ada untuk kita di segala keadaan. Alangkah indahnya saat kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus sudah menyatakan diri-Nya sendiri sebagai sahabat sejati bagi orang percaya. Artinya segala hal yang baik dan istimewa yang tidak bisa kita dapatkan dari seorang sahabat di dunia ini bisa kita dapatkan jauh lebih dari apapun melalui kasih yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus.
Bagaimana kita bisa layak disebut sebagai sahabat Tuhan Yesus? Kata-Nya, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14). Melakukan perintah Tuhan adalah syarat utama untuk beroleh kepercayaan sebagai sahabat Tuhan Yesus. "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:!2).
Apabila kita taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan yaitu saling mengasihi, maka kita memperoleh hak yang sangat istimewa yaitu menjadi sahabat Tuhan Yesus.
Friday, October 3, 2014
Thursday, October 2, 2014
PERSAHABATAN DENGAN ALLAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Oktober 2014
Baca: 1 Yohanes 4:7-21
"Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." 1 Yohanes 4:10
Mungkin saat ini Saudara merasa sendiri karena tidak ada orang lain yang mempedulikan dan memperhatikan. Saat berada di situasi sulit justru teman-teman dekat mundur teratur dan beranjak menjauh. Hari-hari Saudara pun terasa hampa dan sepi. Jangan terus larut dalam kepedihan dan merasa sendiri. Tidak! Kita tidak pernah sendiri, ada Yesus yang akan selalu menyertai, menemani dan memeluk kita. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).
Mari kita flashback sejenak. Di awal penciptaan manusia kita melihat suatu hubungan yang sangat karib terjalin antara Allah dengan manusia di taman Eden. Adam dan Hawa menikmati persahabatan begitu mesra dengan Allah. Tidak ada ritual agama, tidak ada upacara, yang ada hanyalah hubungan kasih yang begitu intim antara Allah dengan manusia yang diciptakan-Nya. Tidak ada jarak antara Allah dan manusia! Tetapi setelah manusia jatuh dalam dosa, hubungan yang karib itu lenyap dan terputus. "...yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Namun Yesus mengubah segala sesuatunya ketika Dia membayar dosa-dosa kita di Kalvari. "...tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah," (Matius 27:51).
Tabir Bait Suci yang melambangkan pemisahan dari Allah telah robek dari atas ke bawah, artinya jalan masuk kepada Allah kembali tersedia. Kini setiap orang percaya bisa mendekati Allah dengan penuh keberanian. "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (Efesus 3:12). Persahabatan dengan Allah dimungkinkan hanya karena kasih karunia yang dinyatakan melalui Yesus Kristus. "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya..." (2 Korintus 5:18).
Inisiatif pemulihan hubungan itu datangnya dari Allah sendiri melalui pengorbanan Yesus, yang oleh-Nya kita beroleh persekutuan karib seperti sediakala.
Baca: 1 Yohanes 4:7-21
"Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." 1 Yohanes 4:10
Mungkin saat ini Saudara merasa sendiri karena tidak ada orang lain yang mempedulikan dan memperhatikan. Saat berada di situasi sulit justru teman-teman dekat mundur teratur dan beranjak menjauh. Hari-hari Saudara pun terasa hampa dan sepi. Jangan terus larut dalam kepedihan dan merasa sendiri. Tidak! Kita tidak pernah sendiri, ada Yesus yang akan selalu menyertai, menemani dan memeluk kita. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b).
Mari kita flashback sejenak. Di awal penciptaan manusia kita melihat suatu hubungan yang sangat karib terjalin antara Allah dengan manusia di taman Eden. Adam dan Hawa menikmati persahabatan begitu mesra dengan Allah. Tidak ada ritual agama, tidak ada upacara, yang ada hanyalah hubungan kasih yang begitu intim antara Allah dengan manusia yang diciptakan-Nya. Tidak ada jarak antara Allah dan manusia! Tetapi setelah manusia jatuh dalam dosa, hubungan yang karib itu lenyap dan terputus. "...yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Namun Yesus mengubah segala sesuatunya ketika Dia membayar dosa-dosa kita di Kalvari. "...tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah," (Matius 27:51).
Tabir Bait Suci yang melambangkan pemisahan dari Allah telah robek dari atas ke bawah, artinya jalan masuk kepada Allah kembali tersedia. Kini setiap orang percaya bisa mendekati Allah dengan penuh keberanian. "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (Efesus 3:12). Persahabatan dengan Allah dimungkinkan hanya karena kasih karunia yang dinyatakan melalui Yesus Kristus. "Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya..." (2 Korintus 5:18).
Inisiatif pemulihan hubungan itu datangnya dari Allah sendiri melalui pengorbanan Yesus, yang oleh-Nya kita beroleh persekutuan karib seperti sediakala.
Subscribe to:
Posts (Atom)