Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Oktober 2014
Baca: 1 Samuel 18:1-5
"Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri." 1 Samuel 18:3
Di dalam Alkitab kita akan menemukan seorang persahabatan sejati yaitu persahabatan antara Daud dan Yonatan. Alkitab menyatakan, "Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan
jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri." (1 Samuel 18:1). Kata berpadulah artinya terjalin begitu erat dan kuat, tak terpisahkan. Kasih yang terjalin di antara keduanya melebihi kasih saudara kandung. Inilah kasih seorang sahabat sejati yang "...menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17). Atas dasar kasih inilah Yonatan dan Daud mengikat perjanjian dan saling berkomitmen. Perjanjian adalah bukti adanya kesatuan dalam hati dan jiwa.
Kasih seorang sahabat tidak melihat rupa, tingkat pendidikan, status atau pun pangkat. Yonatan, yang adalah putera raja Saul, tidak pernah merasa malu telah menjadikan Daud sebagai sahabatnya meski profesi Daud hanyalah seorang gembala. Perbedaan status bak langit dan bumi bukan jadi penghalang bagi keduanya untuk membangun sebuah persahabatan. Ketika Daud hendak terjun ke medan peperangan, Yonatan pun rela "...menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga
baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya." (1 Samuel 18:4), padahal jubah dan perlengkapan perang adalah lambang kehormatan dan kedudukan. Namun inilah bukti kasih dan kerendahan hati Yonatan. Bukan hanya itu, Yonatan juga rela mempertaruhkan nyawanya demi Daud (baca 1 Samuel 20:30-34). Sahabat sejati pasti mau dan rela berkorban demi sahabatnya.
Setelah menduduki tahta Israel Daud tidak begitu saja melupakan janji dan komitmennya dengan Yonatan. Meski Yonatan telah tiada kasih Daud tidak berubah, terbukti dari tindakan Daud yang bersedia merawat anak Yonatan yaitu Mefiboset. Kata Daud, "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh
karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang
Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku." (2 Samuel 9:7).
Persahabatan sejati: ada kasih, kesetiaan dan komitmen.
Wednesday, October 1, 2014
Tuesday, September 30, 2014
PERSAHABATAN: Kasih Yang Tulus
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2014
Baca: Amsal 17:1-28
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." Amsal 17:17
Walter Winchell, seorang wartawan dan juga komentator radio kenamaan Amerika berpendapat tentang arti seorang sahabat: "Sahabat adalah seseorang yang menghampiri Anda, menemani Anda, di saat orang lain meninggalkan Anda." Artinya seorang sahabat yang sejati itu bukan hadir di kala senang saja, melainkan juga saat susah. Alkitab lebih jelas menyatakan bahwa "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu," Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang berada di 'bawah' atau jatuh. Karena didasari oleh kasih yang tulus, seorang sahabat akan tetap berada di sisi sahabatnya di segala keadaan dan mau menerima keberadaannya secara utuh apa adanya.
Selain itu sahabat adalah orang yang tidak hanya sekedar menyenangkan hati sahabatnya semata, tetapi juga mau menegor dan ditegor, mau mengoreksi dan dikoreksi, yang kesemuanya itu demi kebaikan bersama. Tidak seperti Yudas, meski secara kasat mata mencium Yesus, namun sesungguhnya ia menikam dari belakang dan mengkhianati Dia. "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6). Sikap yang ditunjukkan Yudas adalah bentuk persahabatan yang palsu, penuh kepura-puraan karena ada motivasi yang terselubung. Kasih yang tulus itu "...tidak mencari keuntungan diri sendiri." (1 Korintus 13:5). Sahabat yang sejati juga akan menjaga komitmennya untuk tidak membuka rahasia pribadi sahabatnya ke orang lain demi kepentingan diri sendiri. Kasih itu "...Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:7).
Oleh karena itu "Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib." (Amsal 17:9). Kasih yang tulus identik dengan kesetiaan! Tanpa kasih mustahil seseorang akan menunjukkan kesetiaan dengan sungguh. Itulah sebabnya "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22).
Kasih seorang sahabat tak lekang oleh waktu, penuh komitmen dan teruji kesetiaannya,; semua dilakukan bukan karena terpaksa, tapi penuh kerelaan.
Baca: Amsal 17:1-28
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." Amsal 17:17
Walter Winchell, seorang wartawan dan juga komentator radio kenamaan Amerika berpendapat tentang arti seorang sahabat: "Sahabat adalah seseorang yang menghampiri Anda, menemani Anda, di saat orang lain meninggalkan Anda." Artinya seorang sahabat yang sejati itu bukan hadir di kala senang saja, melainkan juga saat susah. Alkitab lebih jelas menyatakan bahwa "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu," Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang berada di 'bawah' atau jatuh. Karena didasari oleh kasih yang tulus, seorang sahabat akan tetap berada di sisi sahabatnya di segala keadaan dan mau menerima keberadaannya secara utuh apa adanya.
Selain itu sahabat adalah orang yang tidak hanya sekedar menyenangkan hati sahabatnya semata, tetapi juga mau menegor dan ditegor, mau mengoreksi dan dikoreksi, yang kesemuanya itu demi kebaikan bersama. Tidak seperti Yudas, meski secara kasat mata mencium Yesus, namun sesungguhnya ia menikam dari belakang dan mengkhianati Dia. "Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah." (Amsal 27:6). Sikap yang ditunjukkan Yudas adalah bentuk persahabatan yang palsu, penuh kepura-puraan karena ada motivasi yang terselubung. Kasih yang tulus itu "...tidak mencari keuntungan diri sendiri." (1 Korintus 13:5). Sahabat yang sejati juga akan menjaga komitmennya untuk tidak membuka rahasia pribadi sahabatnya ke orang lain demi kepentingan diri sendiri. Kasih itu "...Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:7).
Oleh karena itu "Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib." (Amsal 17:9). Kasih yang tulus identik dengan kesetiaan! Tanpa kasih mustahil seseorang akan menunjukkan kesetiaan dengan sungguh. Itulah sebabnya "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22).
Kasih seorang sahabat tak lekang oleh waktu, penuh komitmen dan teruji kesetiaannya,; semua dilakukan bukan karena terpaksa, tapi penuh kerelaan.
Subscribe to:
Posts (Atom)