Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2014
Baca: Amsal 27:1-27
"Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Amsal 27:17
Adakah di antara saudara yang merasa diri tidak membutuhkan orang lain dalam hidup ini? Atau mungkin ada yang berkata, "Ah...aku tidak butuh orang lain, karena aku bisa melakukan segala sesuatu sendiri dan punya segala-galanya." Benarkah demikian? Sekecil apapun aktivitas keseharian kita akan selalu bersentuhan dengan orang lain, artinya selalu terjalin interaksi dengan orang lain, dengan hadirnya orang-orang di dekat kita. Di lingkungan tempat tinggal, kita mempunyai tetangga; di sekolah, kita menghabiskan banyak waktu dengan teman sekelas untuk belajar dan berdiskusi, di tempat pekerjaan ada rekan-rekan kerja yang bekerja sama, bahkan di gereja pun kita membangun persekutuan yang erat dengan saudara-saudara seiman lainnya.
Ayat nas di atas menyatakan bahwa "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya." Artinya pembentukan atau pematangan pribadi seseorang itu sangat ditentukan oleh kerelaannya 'digosok dan digesek' oleh orang lain. Dengan persekutuan dengan sesamanya seseorang akan mengalami penajaman-penajaman sebagai proses. Jadi penajam-penajam kita itu bukanlah dari orang yang jauh, melainkan dari orang-orang yang berada di sekitar kita. Karena itu "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Dengan siapa kita bergaul dan orang-orang terdekat yang bagaimana itulah yang akan berpengaruh besar dalam perjalanan hidup kita. Rasul Paulus pun mengingatkan kita, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Sydney Smith mengatakan, "Hidup ini harus diisi dengan banyak persahabatan. Mengasihi dan dikasihi adalah kebahagiaan terbesar dalam kehidupan." Kehadiran orang lain dalam hidup kita, entah itu teman atau sahabat adalah sangat penting.
Jika kita rindu memiliki seseorang untuk kita jadikan sebagai sahabat, kita perlu ekstra hati-hati dan harus benar-benar selektif, sebab seorang sahabat bukanlah sekedar teman biasa. Perjumpaan dengan seorang sahabat bukanlah suatu hal yang secara kebetulan, namun merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan, dan hal itu membutuhkan waktu yang tidak singakat.
Sahabat adalah orang spesial dalam hidup, jadi jangan asal dalam memilih.
Sunday, September 28, 2014
Saturday, September 27, 2014
MENJADI TAWANAN ROH KUDUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 September 2014
Baca: Kisah Para Rasul 20:17-38
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ." Kisah 20:22
Dalam Galatia 5:24-25 tertulis: "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh," Artinya setiap orang yang memutuskan untuk menjadi mengikut Kristus "...wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Kita tidak akan dapat hidup sama seperti Kristus telah hidup jika kita tidak mau membayar harga. Adapun harga itu adalah penyangkalan diri. Menyangkal diri berarti 'mati' terhadap kedagingan kita dan menjalani hidup seutuhnya sebagai manusia baru, dengan meninggalkan kehidupan lama; menaruh kehendak Tuhan di atas kehendak pribadi serta menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada Tuhan serta mengakui Dia sebagai pemegang hak dan otoritas penuh untuk menentukan bagaimana kita harus hidup. Dengan kekuatan sendiri mustahil kita bisa menyangkal diri, tapi dengan pertolongan Roh Kudus kita beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk menyangkal diri. Hanya Roh Kudus yang mampu mematikan setiap keinginan daging kita karena Ia berperan memimpin orang percaya kepada segala kebenaran. Jadi segala sesuatu yang berkenaan dengan kebenaran, kekudusan atau hidup yang tak bercacat cela sepenuhnya ada dalam kontrol Roh Kudus dan menjadi arah ke mana kita akan dibawa-Nya. Hidup dalam pimpinan Roh Kudus inilah yang menjadi tanda bahwa kita ini adalah anak-anak Allah. "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." (Roma 8:14).
Rasul Paulus memberi sebuah keteladanan hidup yang sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus, bahkan ia menyebut dirinya sebagai tawanan Roh. Arti kata tawanan adalah orang yang ditawan, ditangkap atau ditahan. Menjadi tawanan Roh berarti hidup Paulus sepenuhnya dikendalikan oleh Roh Kudus. Terbukti: Paulus rela meninggalkan segala-galanya demi Kristus (Filipi 3:7-8), rela menderita demi Injil dan menyerahkan seluruh hidupnya secara penuh untuk melayani Tuhan sampai garis akhir hidupnya.
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filip 1:21-22
Baca: Kisah Para Rasul 20:17-38
"Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ." Kisah 20:22
Dalam Galatia 5:24-25 tertulis: "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh," Artinya setiap orang yang memutuskan untuk menjadi mengikut Kristus "...wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6).
Kita tidak akan dapat hidup sama seperti Kristus telah hidup jika kita tidak mau membayar harga. Adapun harga itu adalah penyangkalan diri. Menyangkal diri berarti 'mati' terhadap kedagingan kita dan menjalani hidup seutuhnya sebagai manusia baru, dengan meninggalkan kehidupan lama; menaruh kehendak Tuhan di atas kehendak pribadi serta menyerahkan hak dan otoritas diri kita sepenuhnya kepada Tuhan serta mengakui Dia sebagai pemegang hak dan otoritas penuh untuk menentukan bagaimana kita harus hidup. Dengan kekuatan sendiri mustahil kita bisa menyangkal diri, tapi dengan pertolongan Roh Kudus kita beroleh kekuatan dan kesanggupan untuk menyangkal diri. Hanya Roh Kudus yang mampu mematikan setiap keinginan daging kita karena Ia berperan memimpin orang percaya kepada segala kebenaran. Jadi segala sesuatu yang berkenaan dengan kebenaran, kekudusan atau hidup yang tak bercacat cela sepenuhnya ada dalam kontrol Roh Kudus dan menjadi arah ke mana kita akan dibawa-Nya. Hidup dalam pimpinan Roh Kudus inilah yang menjadi tanda bahwa kita ini adalah anak-anak Allah. "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." (Roma 8:14).
Rasul Paulus memberi sebuah keteladanan hidup yang sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus, bahkan ia menyebut dirinya sebagai tawanan Roh. Arti kata tawanan adalah orang yang ditawan, ditangkap atau ditahan. Menjadi tawanan Roh berarti hidup Paulus sepenuhnya dikendalikan oleh Roh Kudus. Terbukti: Paulus rela meninggalkan segala-galanya demi Kristus (Filipi 3:7-8), rela menderita demi Injil dan menyerahkan seluruh hidupnya secara penuh untuk melayani Tuhan sampai garis akhir hidupnya.
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filip 1:21-22
Subscribe to:
Posts (Atom)