Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 September 2014
Baca: Ulangan 10:12-22
"...selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang
ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu," Ulangan 10:12
Pernahkah kita bertanya pada diri sendiri apakah ibadah dan pelayanan kita pasti berkenan dan menyenangkan hati Tuhan? Ataukah kita bersikap masa bodoh?
Ketahuilah, Tuhan memiliki standar kualitas yang menjadi ketetapan-Nya untuk mengukur kelayakan ibadah dan pelayanan seseorang. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
sejati." Kata ibadah berasal dari kata Yunani latreia, artinya pelayanan; kata sejati berasal dari kata Yunani logika, yang bisa diartikan sesuatu yang pantas dan masuk akal. Secara harfiah ibadah sejati berarti pelayanan yang pantas atau memenuhi syarat.
Adapun pelayanan yang pantas dan memenuhi syarat yang dikehendaki Tuhan adalah dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai korban. Tanpa itu, ibadah atau pelayanan yang kita kerjakan tidak akan berkenan kepada Tuhan. Mempersembahkan tubuh sebagai korban berarti memberi, yaitu mengalihkan atau memindahkan hak milik dari si pemberi kepada si penerima. Sudahkah kita menyerahkan hidup kita secara penuh kepada Tuhan sebagai persembahan sejati? Inilah yang diperbuat Paulus: "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Galatia 2:20a). Inilah hakikat ibadah dan pelayanan yang berkenan kepada Tuhan! Jangan sampai ibadah dan pelayanan kita sebatas rutinitas dan liturgi belaka, tapi harus ada penyerahan diri total kepada kehendak Tuhan dan ada penyaliban daging. "Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya." (Galatia 5:24).
Jadi, ibadah yang sejati adalah persembahan 'tubuh' yang sudah dibaharui dan kesediaan untuk hidup dalam pimpinan Roh Kudus.
Selama kita masih mencemarkan diri dengan dunia, ibadah dan pelayanan kita belum sesuai standar Tuhan!
Sunday, September 21, 2014
Saturday, September 20, 2014
PUJIAN: Menghancurkan Musuh (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2014
Baca: Mazmur 9:1-21
"sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu." Mazmur 9:4
Memuji Tuhan bisa diartikan kita berbicara kepada Tuhan dengan kata-kata yang dibalut dengan iman, serta memandang wajah-Nya dengan penuh rasa hormat dan pengagungan. Tidakkah Tuhan tersentuh hati ketika melihat umat-Nya berbuat demikian? Pasti yang terjadi adalah Tuhan akan semakin mengarahkan mata-Nya dan juga menyendengkan telinga-Nya ke arah kita. Inilah mujizat dari puji-pujian! Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mengundang hadirat Tuhan, di mana kehadiran hadirat-Nya selalu disertai dengan mujizat dan karya-karya-Nya yang heran dan dahsyat.
Di sini lain, puji-pujian kepada Tuhan adalah hal yang menakutkan bagi musuh. Siapakah musuh yang dimaksudkan di sini? Bukankah sebagai orang percaya kita harus mengasihi semua orang, termasuk musuh kita? Musuh yang dimaksudkan bukanlah sesama kita, melainkan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, seperti roh-roh jahat di udara (baca Efesus 6:12). Jadi, musuh utama kita adalah Iblis. Iblis akan bertekuk lutut dan tak berkutik saat mendengar puji-pujian. Saat kita memuji-muji Tuhan kita sedang menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dan mempercayai Dia berperang ganti kita. Tuhan akan bertindak untuk menghancurkan Iblis dengan segala pekerjaan dan rencana jahatnya sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali.
Jadikan pujian kepada Tuhan sebagai gaya hidup kita sehari-hari, bukan hanya saat keadaan sedang baik, sehat, keberkatan atau berhasil, tapi di segala keadaan. "Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita." (Mazmur 95:1), karena sorak-sorai untuk Tuhan itu mengundang perhatian-Nya. Sorak-sorai itu memperlihatkan semangat, rasa percaya diri dan tekad, serta bersifat nubuatan dan membangun iman. Firman-Nya serta bersifat nubuatan dan membangun iman. Firman-Nya memerintahkan kita untuk bersorak-sorai, "...elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!" (Mazmur 47:2), karena ada kuasa yang besar dalam sebuah sorak-sorai. Saat kita menyerukan nama Yesus dengan sorak-sorai segala belenggu dan tembok-tembok persoalan akan runtuh!
Saat kita memuji-muji Tuhan, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Baca: Mazmur 9:1-21
"sebab musuhku mundur, tersandung jatuh dan binasa di hadapan-Mu." Mazmur 9:4
Memuji Tuhan bisa diartikan kita berbicara kepada Tuhan dengan kata-kata yang dibalut dengan iman, serta memandang wajah-Nya dengan penuh rasa hormat dan pengagungan. Tidakkah Tuhan tersentuh hati ketika melihat umat-Nya berbuat demikian? Pasti yang terjadi adalah Tuhan akan semakin mengarahkan mata-Nya dan juga menyendengkan telinga-Nya ke arah kita. Inilah mujizat dari puji-pujian! Saat kita memuji-muji Tuhan berarti kita sedang mengundang hadirat Tuhan, di mana kehadiran hadirat-Nya selalu disertai dengan mujizat dan karya-karya-Nya yang heran dan dahsyat.
Di sini lain, puji-pujian kepada Tuhan adalah hal yang menakutkan bagi musuh. Siapakah musuh yang dimaksudkan di sini? Bukankah sebagai orang percaya kita harus mengasihi semua orang, termasuk musuh kita? Musuh yang dimaksudkan bukanlah sesama kita, melainkan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, seperti roh-roh jahat di udara (baca Efesus 6:12). Jadi, musuh utama kita adalah Iblis. Iblis akan bertekuk lutut dan tak berkutik saat mendengar puji-pujian. Saat kita memuji-muji Tuhan kita sedang menyerahkan segala pergumulan kita kepada Tuhan dan mempercayai Dia berperang ganti kita. Tuhan akan bertindak untuk menghancurkan Iblis dengan segala pekerjaan dan rencana jahatnya sehingga jarahan-jarahan yang sudah dicuri Iblis dapat direbut kembali.
Jadikan pujian kepada Tuhan sebagai gaya hidup kita sehari-hari, bukan hanya saat keadaan sedang baik, sehat, keberkatan atau berhasil, tapi di segala keadaan. "Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita." (Mazmur 95:1), karena sorak-sorai untuk Tuhan itu mengundang perhatian-Nya. Sorak-sorai itu memperlihatkan semangat, rasa percaya diri dan tekad, serta bersifat nubuatan dan membangun iman. Firman-Nya serta bersifat nubuatan dan membangun iman. Firman-Nya memerintahkan kita untuk bersorak-sorai, "...elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!" (Mazmur 47:2), karena ada kuasa yang besar dalam sebuah sorak-sorai. Saat kita menyerukan nama Yesus dengan sorak-sorai segala belenggu dan tembok-tembok persoalan akan runtuh!
Saat kita memuji-muji Tuhan, "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." Keluaran 14:14
Subscribe to:
Posts (Atom)