Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 September 2014
Baca: Keluaran 1:1-22
"Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu
mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di
padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir
kepada mereka itu." Keluaran 1:13-14
Dari pembacaan firman hari ini dinyatakan bahwa Iblis memakai Firaun untuk 'memahitkan' hati bangsa Israel dengan pekerjaan yang berat dan kejam. Kekejaman orang-orang Mesir membuat bangsa Israel mengalami kepahitan yang luar biasa. Bangsa Israel adalah contoh nyata dampak buruk yang ditimbulkan oleh rasa pahit yang terpendam bertahun-tahun di dalam hati. Perlakuan kejam bangsa Mesir benar-benar menorehkan luka mendalam di hati mereka.
Kepahitan itu bisa digambarkan seperti sebuah akar. Akar tidak bisa dilihat karena berada jauh di dalam tanah, tapi kita dapat merasakan dan melihatnya dari buah yang dihasilkannya. Akar yang pahit menghasilkan buah yang pahit juga. "Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya
yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari
perbendaharaannya yang jahat." (Matius 12:34b-35). Karena itu kita harus bisa menjaga kondisi hati kita. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Karena hatinya teramat pahit, bangsa Israel pun menunjukkan sikap yang memberontak kepada Tuhan.
Bagaimana supaya terbebas dari kepahitan hati? Semua tergantung bagaimana kita menyikapi setiap permasalahan yang terjadi. "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Kita harus membuat suatu tindakan nyata untuk melepaskan diri dari belenggu kepahitan itu. "Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit..." (Ibrani 12:15). Akar pahit akan semakin tumbuh subur apabila kita hidup jauh dari kasih karunia Tuhan. Hanya oleh kasih karunia Tuhanlah kita dituntun kepada kehidupan yang terbebas dari kepahitan. Maka dari itu bukalah hati dan ijinkan Roh Kudus memimpin langkah hidup kita.
Jika senantiasa dipimpin Roh Kudus, hati kita akan terbebas dari kepahitan!
Tuesday, September 9, 2014
Monday, September 8, 2014
KEPAHITAN HATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 September 2014
Baca: Ayub 10:1-22
"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku." Ayub 10:1
Beberapa waktu yang lalu salah satu surat kabar harian nasional mengupas tentang kepahitan hati yang dirasakan oleh kurang lebih 61 juta anak di negeri Cina. Mereka disebutnya sebagai generasi yang patah hati. Kepahitan hati anak-anak negeri Tirai Bambu ini timbul karena merasa diabaikan dan tidak lagi diperhatikan oleh orangtua atau keluarga mereka sendiri. Karena desakan ekonomi, para orangtua memilih untuk meninggalkan anak-anaknya di kampung halaman mereka, pergi ke kota demi memburu Yuan sehingga menimbulkan kepahitan mendalam dalam diri anak-anak. Mereka merasa tertolak dan disia-siakan oleh orangtuanya. Hati mereka menjadi sangat pahit dan merana, bahkan tidak sedikit yang menjadi korban pelecehan orang lain karena kurangnya perlindungan dan pengawasan dari orangtua.
Ayub adalah orang yang "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1), namun bukan berarti ia terbebas dari masalah dan penderitaan, justru harus mengalami ujian yang sangat berat. Beratnya penderitaan yang dialami sampai-sampai membuatnya putus asa dan menyerah pada keadaan. Ia merasa telah diperlakukan Tuhan secara tidak adil. Ia pun mencurahkan dan melampiaskan keluh kesah dan kepahitan hatinya kepada Tuhan, "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!" (Ayub 10:18). Menurut penelitian, 70% orang yang mengalami kepahitan hati memiliki kecenderungan untuk melampiaskannya dengan kemarahan.
Sungguh, kepahitan adalah salah satu penyakit rohani yang sangat berbahaya! Apabila kepahitan hati ini terus dibiarkan ia akan seperti kanker yang dapat menggerogoti tubuh manusia: merusak kehidupan rumah tangga, memporakporandakan karir, membuat orang mudah jatuh sakit, putus asa dan bahkan bisa mendorong orang untuk melakukan perbuatan nekat yaitu bunuh diri.
Kepahitan adalah salah satu senjata yang dipakai Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia, karena Iblis datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan (baca Yohanes 10:10a).
Baca: Ayub 10:1-22
"Aku telah bosan hidup, aku hendak melampiaskan keluhanku, aku hendak berbicara dalam kepahitan jiwaku." Ayub 10:1
Beberapa waktu yang lalu salah satu surat kabar harian nasional mengupas tentang kepahitan hati yang dirasakan oleh kurang lebih 61 juta anak di negeri Cina. Mereka disebutnya sebagai generasi yang patah hati. Kepahitan hati anak-anak negeri Tirai Bambu ini timbul karena merasa diabaikan dan tidak lagi diperhatikan oleh orangtua atau keluarga mereka sendiri. Karena desakan ekonomi, para orangtua memilih untuk meninggalkan anak-anaknya di kampung halaman mereka, pergi ke kota demi memburu Yuan sehingga menimbulkan kepahitan mendalam dalam diri anak-anak. Mereka merasa tertolak dan disia-siakan oleh orangtuanya. Hati mereka menjadi sangat pahit dan merana, bahkan tidak sedikit yang menjadi korban pelecehan orang lain karena kurangnya perlindungan dan pengawasan dari orangtua.
Ayub adalah orang yang "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:1), namun bukan berarti ia terbebas dari masalah dan penderitaan, justru harus mengalami ujian yang sangat berat. Beratnya penderitaan yang dialami sampai-sampai membuatnya putus asa dan menyerah pada keadaan. Ia merasa telah diperlakukan Tuhan secara tidak adil. Ia pun mencurahkan dan melampiaskan keluh kesah dan kepahitan hatinya kepada Tuhan, "Mengapa Engkau menyebabkan aku keluar dari kandungan? Lebih baik aku binasa, sebelum orang melihat aku!" (Ayub 10:18). Menurut penelitian, 70% orang yang mengalami kepahitan hati memiliki kecenderungan untuk melampiaskannya dengan kemarahan.
Sungguh, kepahitan adalah salah satu penyakit rohani yang sangat berbahaya! Apabila kepahitan hati ini terus dibiarkan ia akan seperti kanker yang dapat menggerogoti tubuh manusia: merusak kehidupan rumah tangga, memporakporandakan karir, membuat orang mudah jatuh sakit, putus asa dan bahkan bisa mendorong orang untuk melakukan perbuatan nekat yaitu bunuh diri.
Kepahitan adalah salah satu senjata yang dipakai Iblis untuk menghancurkan kehidupan manusia, karena Iblis datang untuk mencuri, membunuh dan membinasakan (baca Yohanes 10:10a).
Subscribe to:
Posts (Atom)