Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Agustus 2014
Baca: 2 Korintus 5:11-21
"Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus," 2 Korintus 5:20
Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang luar biasa kepada dunia dengan memberikan Putera-Nya yaitu Yesus Kristus, "...supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib inilah kita diperdamaikan dengan Allah. Karena Allah telah mendamaikan kita dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan dosa dan pelanggaran kita, maka Ia pun memberikan tugas dan tanggung jawab kepada setiap kita untuk memberitakan kabar damai ini kepada dunia. Ini sebuah kepercayaan yang tak ternilai harganya; jadi kita ini adalah duta-duta Tuhan di tengah dunia.
Banyak orang Kristen yang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang predikat sebagai utusan Kristus. Sebagai utusan Kristus kita memiliki tugas untuk bersaksi tentang Kristus dan karya keselamatan-Nya kepada dunia. Inilah pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita yaitu pelayanan pendamaian. Pelayanan pendamaian adalah mengenai bagaimana kita membawa orang lain kepada Tuhan Yesus dan membawa Tuhan Yesus kepada orang lain. Setia hadir di gereja setiap Minggu dan aktif terlibat dalam pelayanan tidak secara otomatis membuat Tuhan Yesus berkata, "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia." Namun, melakukan pelayanan pendamaian dengan membawa orang lain mengenal Tuhan Yesus dan menghadirkan Tuhan Yesus dalam kehidupan orang lainlah yang menyenangkan hati Tuhan. Jadi, kita tidak akan mampu menjalankan tugas pelayanan pendamaian ini bila kita sendiri tidak memiliki kehidupan seperti Kristus. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Inilah sebabnya Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9).
Keberadaan orang percaya seharusnya demikian, selalu membawa damai bagi orang lain. Membawa damai berarti mengekspresikan karakter kasih Allah. Bukan sebaliknya, menjadi batu sandungan atau membuat orang lain kecewa dan terluka.
Bukti bahwa kita sudah menjalankan tugas pelayanan pendamaian adalah ketika hidup kita menjadi kesaksian bagi banyak orang!
Tuesday, August 5, 2014
Monday, August 4, 2014
KIKIR
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2014
Baca: Amsal 28:1-28
"Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." Amsal 28:22
Tuhan menghendaki anak-anakNya mengikuti teladan-Nya, salah satunya adalah dalam hal kemurahan hati. Rugikah kita jika kita senantiasa bermurah hati kepada orang lain? Sama sekali tidak. Sesungguhnya, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,..." (Amsal 11:7a).
Banyak orang Kristen yang secara materi berkelimpahan justru sulit sekali menyatakan kemurahan hatinya terhadap orang lain. Sebaliknya mereka justru semakin pelit dan kikir. Tidak mau peduli, bersikap masa bodoh atau sengaja menutup mata serta telinga terhadap rintahan saudara-saudara seiman lain yang hidup miskin dan berkekurangan. Orang yang kikir disebut pula sebagai orang yang tamak yang terikat pada uangnya dan diperhamba oleh uang. Ia tidak berkuasa atas uangnya, tetapi uangnya berkuasa atas dirinya sehingga mengumpulkan uanglah yang menjadi tujuan dan kesenangan hidupnya. Ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu merasa kurang untuk mengumpulkan harta dunia. Tertulis: "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9). Karena itu orang yang kikir tidak pernah merasa bahagia, sebab apa yang memenuhi hati dan pikirannya hanyalah uang, uang dan uang. Ia berusaha begitu rupa untuk selalu mendapatkan uang, tetapi sulit dan susah hati kalau harus mengeluarkan uang. Untuk diri sendiri dan keluarga saja rasanya sayang mengeluarkan uang, apalagi untuk menabur atau mendukung pekerjaan Tuhan, yang baginya adalah sebuah kerugian besar. Inilah prinsip hidupnya: 'Lebih baik menerima daripada memberi', padahal firman Tuhan menegaskan: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b).
Apakah kita termasuk orang kikir? Jika jawabannya 'ya', maka tidak ada pilihan lain selain harus segera bertobat, sebab kikir adalah dosa di hadapan Tuhan. Ingat, walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu (baca Lukas 12:15).
Orang kikir tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10).
Baca: Amsal 28:1-28
"Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan." Amsal 28:22
Tuhan menghendaki anak-anakNya mengikuti teladan-Nya, salah satunya adalah dalam hal kemurahan hati. Rugikah kita jika kita senantiasa bermurah hati kepada orang lain? Sama sekali tidak. Sesungguhnya, "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,..." (Amsal 11:7a).
Banyak orang Kristen yang secara materi berkelimpahan justru sulit sekali menyatakan kemurahan hatinya terhadap orang lain. Sebaliknya mereka justru semakin pelit dan kikir. Tidak mau peduli, bersikap masa bodoh atau sengaja menutup mata serta telinga terhadap rintahan saudara-saudara seiman lain yang hidup miskin dan berkekurangan. Orang yang kikir disebut pula sebagai orang yang tamak yang terikat pada uangnya dan diperhamba oleh uang. Ia tidak berkuasa atas uangnya, tetapi uangnya berkuasa atas dirinya sehingga mengumpulkan uanglah yang menjadi tujuan dan kesenangan hidupnya. Ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu merasa kurang untuk mengumpulkan harta dunia. Tertulis: "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya." (Pengkotbah 5:9). Karena itu orang yang kikir tidak pernah merasa bahagia, sebab apa yang memenuhi hati dan pikirannya hanyalah uang, uang dan uang. Ia berusaha begitu rupa untuk selalu mendapatkan uang, tetapi sulit dan susah hati kalau harus mengeluarkan uang. Untuk diri sendiri dan keluarga saja rasanya sayang mengeluarkan uang, apalagi untuk menabur atau mendukung pekerjaan Tuhan, yang baginya adalah sebuah kerugian besar. Inilah prinsip hidupnya: 'Lebih baik menerima daripada memberi', padahal firman Tuhan menegaskan: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b).
Apakah kita termasuk orang kikir? Jika jawabannya 'ya', maka tidak ada pilihan lain selain harus segera bertobat, sebab kikir adalah dosa di hadapan Tuhan. Ingat, walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu (baca Lukas 12:15).
Orang kikir tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (baca 1 Korintus 6:9-10).
Subscribe to:
Posts (Atom)