Monday, August 4, 2014

KIKIR

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Agustus 2014

Baca:  Amsal 28:1-28

"Orang yang kikir tergesa-gesa mengejar harta, dan tidak mengetahui bahwa ia akan mengalami kekurangan."  Amsal 28:22

Tuhan menghendaki anak-anakNya mengikuti teladan-Nya, salah satunya adalah dalam hal kemurahan hati.  Rugikah kita jika kita senantiasa bermurah hati kepada orang lain?  Sama sekali tidak.  Sesungguhnya,  "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri,..."  (Amsal 11:7a).

     Banyak orang Kristen yang secara materi berkelimpahan justru sulit sekali menyatakan kemurahan hatinya terhadap orang lain.  Sebaliknya mereka justru semakin pelit dan kikir.  Tidak mau peduli, bersikap masa bodoh atau sengaja menutup mata serta telinga terhadap rintahan saudara-saudara seiman lain yang hidup miskin dan berkekurangan.  Orang yang kikir disebut pula sebagai orang yang tamak yang terikat pada uangnya dan diperhamba oleh uang.  Ia tidak berkuasa atas uangnya, tetapi uangnya berkuasa atas dirinya sehingga mengumpulkan uanglah yang menjadi tujuan dan kesenangan hidupnya.  Ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu merasa kurang untuk mengumpulkan harta dunia.  Tertulis:  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya."  (Pengkotbah 5:9).  Karena itu orang yang kikir tidak pernah merasa bahagia, sebab apa yang memenuhi hati dan pikirannya hanyalah uang, uang dan uang.  Ia berusaha begitu rupa untuk selalu mendapatkan uang, tetapi sulit dan susah hati kalau harus mengeluarkan uang.  Untuk diri sendiri dan keluarga saja rasanya sayang mengeluarkan uang, apalagi untuk menabur atau mendukung pekerjaan Tuhan, yang baginya adalah sebuah kerugian besar.  Inilah prinsip hidupnya:  'Lebih baik menerima daripada memberi', padahal firman Tuhan menegaskan:  "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima."  (Kisah 20:35b).

     Apakah kita termasuk orang kikir?  Jika jawabannya  'ya', maka tidak ada pilihan lain selain harus segera bertobat, sebab kikir adalah dosa di hadapan Tuhan.  Ingat, walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu  (baca  Lukas 12:15).

Orang kikir tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah  (baca  1 Korintus 6:9-10).

Sunday, August 3, 2014

KAYA DALAM KEBAJIKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2014

Baca:  Yeremia 9:23-24

"...janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,"  Yeremia 9:23

Tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyebutkan bahwa orang Kristen tidak boleh kaya dan hidup dalam kelimpahan.  Justru sebaliknya, Tuhan rindu anak-anakNya memiliki kehidupan yang berhasil dan diberkati, karena untuk itulah Dia datang  (baca  Yohanes 10:10b).  Tuhan rindu memberkati anak-anak-Nya supaya kita menjadi berkat bagi orang lain.  "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus."  (Filipi 4:19).  Rasul Paulus sangat percaya hal ini.

     Rasul Paulus tidak pernah memerintahkan Timotius untuk berbicara kepada orang kaya supaya mereka meninggalkan kekayaannya dan menjadi orang miskin atau hidup dalam kekurangan atau pas-pasan.  Yang dimaksudkan oleh Paulus adalah agar orang-orang kaya, yang secara materi berlebihan, memiliki sikap hati yang benar terhadap kekayaan yang dimilikinya.  Paulus berkata kepada Timotius,  "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya."  (1 Timotius 6:17-19).  Jadi, tidak ada alasan bagi orang percaya untuk takut memiliki kekayaan yang berlimpah dan uang yang banyak.  Yang patut diwaspadai adalah jangan sampai kita terjerat cinta uang dan kemudian hati kita melekat kepada kekayaan tersebut.  "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh;"  (Amsal 11:28).

     Dengan kekayaan yang ada kita memiliki kesempatan yang luas untuk berbuat kebajikan, suka memberi dan membagi, serta memuliakan Tuhan dengan harta yang kita miliki ini.

Jangan sampai kita seperti orang muda yang kaya, yang lebih mencintai kekayaan daripada mengasihi Tuhan, sehingga keberatan ketika diperintahkan Tuhan untuk berbagi dengan orang-orang yang berkekurangan  (baca  Matius 19:21-22).