Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Juli 2014
Baca: 2 Timotius 4:1-8
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." 2 Timotius 4:7
Saat ini kita hidup di penghujung zaman, di mana tanda-tanda kedatangan Tuhan kali kedua sudah tampak nyata dan akan segera di genapi. Langit dan bumi akan segera berlalu dan Tuhan akan datang menjemput umatNya. "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang
telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah
bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar
adalah waktu yang terakhir." (1 Yohanes 2:18). Mampukah kita bertahan sampai garis akhir? Ataukah kita akan berhenti di tengah jalan dan kemudian menyerah? "Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup." (Ibrani 10:39). Setiap orang percaya pasti mencapai garis akhir asalkan dapat menyelesaikan setiap tugas yang Tuhan percayakan dengan baik.
Alkitab menyatakan waktunya sudah teramat singkat. Di waktu yang singkat ini apakah kita lebih baik tidak usah bekerja sampai menunggu Tuhan datang menjemput kita? Atau sebaliknya, lebih giat lagi bekerja karena waktu yang tersedia tinggal sedikit saja? Justru di waktu yang sangat singkat ini kita harus mempergunakan kesempatan secara maksimal dan mempersiapkan diri: memperbaiki yang tidak benar dengan meninggalkan segala kefasikan, dan semakin berapi-api melayani Tuhan hingga mencapai "...kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh
rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan
mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita
bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:13-15).
Waktu yang sisa ini hendaknya kita gunakan sebaik mungkin, dengan demikian kapan pun Tuhan datang kita sudah dalam keadaan siap sedia. Rasul Paulus penuh keyakinan menantikan mahkota yang telah disediakan baginya karena ia telah menyelesaikan pertandingannya dengan baik.
Mahkota disediakan Tuhan bagi setiap orang percaya yang dapat menyelesaikan tugas sampai garis akhir.
Wednesday, July 30, 2014
Tuesday, July 29, 2014
MEMBAYAR HUTANG KASIH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2014
Baca: Roma 8:12-17
"Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging." Roma 8:12
Sebagai orang percaya kita adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Hutang yang dimaksud bukan dalam pengertian daging, tetapi kita berhutang kepada Roh yaitu supaya kita hidup oleh Roh. "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." (Roma 8:13). Apabila kita tidak mengasihi sesama, kita dikatakan telah berhutang kepada sesama. Begitu pula bila kita tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh, maka sesungguhnya kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan.
Dahulu kita adalah orang berdosa, berarti kita berhutang kepada dosa, sehingga kita harus menjadi hamba dosa. Namun sekarang, kita "...telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18), oleh sebab Kristus telah lunas membayar surat hutang dosa kita di kayu salib, bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darahNya sendiri (baca 1 Petrus 1:18-19). Rasul Paulus menulis: "dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka." (Kolose 2:14, 15).
Jadi sekarang, bagaimana caranya kita membayar hutang itu? Yaitu dengan cara mengasihi sesama kita sama seperti kita mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan secara mata jasmani tidak mungkin dapat kita lakukan, namun dapat kita lakukan dengan cara beribadah kepadaNya dengan sungguh dan mengasihi sesama kita. "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20). Jadi mengasihi sesama adalah bukti bahwa kita ini berasal dari Allah dan mengenal Allah.
"... semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yohanes 13:35
Baca: Roma 8:12-17
"Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging." Roma 8:12
Sebagai orang percaya kita adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Hutang yang dimaksud bukan dalam pengertian daging, tetapi kita berhutang kepada Roh yaitu supaya kita hidup oleh Roh. "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." (Roma 8:13). Apabila kita tidak mengasihi sesama, kita dikatakan telah berhutang kepada sesama. Begitu pula bila kita tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh, maka sesungguhnya kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan.
Dahulu kita adalah orang berdosa, berarti kita berhutang kepada dosa, sehingga kita harus menjadi hamba dosa. Namun sekarang, kita "...telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18), oleh sebab Kristus telah lunas membayar surat hutang dosa kita di kayu salib, bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darahNya sendiri (baca 1 Petrus 1:18-19). Rasul Paulus menulis: "dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka." (Kolose 2:14, 15).
Jadi sekarang, bagaimana caranya kita membayar hutang itu? Yaitu dengan cara mengasihi sesama kita sama seperti kita mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan secara mata jasmani tidak mungkin dapat kita lakukan, namun dapat kita lakukan dengan cara beribadah kepadaNya dengan sungguh dan mengasihi sesama kita. "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya." (1 Yohanes 4:20). Jadi mengasihi sesama adalah bukti bahwa kita ini berasal dari Allah dan mengenal Allah.
"... semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yohanes 13:35
Subscribe to:
Posts (Atom)