Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Juli 2014
Baca: Roma 8:12-17
"Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging." Roma 8:12
Sebagai orang percaya kita adalah orang-orang yang berhutang kepada Tuhan. Hutang yang dimaksud bukan dalam pengertian daging, tetapi kita berhutang kepada Roh yaitu supaya kita hidup oleh Roh. "Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh
Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." (Roma 8:13). Apabila kita tidak mengasihi sesama, kita dikatakan telah berhutang kepada sesama. Begitu pula bila kita tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh, maka sesungguhnya kita adalah orang yang berhutang kepada Tuhan.
Dahulu kita adalah orang berdosa, berarti kita berhutang kepada dosa, sehingga kita harus menjadi hamba dosa. Namun sekarang, kita "...telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18), oleh sebab Kristus telah lunas membayar surat hutang dosa kita di kayu salib, bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darahNya sendiri (baca 1 Petrus 1:18-19). Rasul Paulus menulis: "dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum
mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya
pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan
menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka." (Kolose 2:14, 15).
Jadi sekarang, bagaimana caranya kita membayar hutang itu? Yaitu dengan cara mengasihi sesama kita sama seperti kita mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan secara mata jasmani tidak mungkin dapat kita lakukan, namun dapat kita lakukan dengan cara beribadah kepadaNya dengan sungguh dan mengasihi sesama kita. "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci
saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi
saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya." (1 Yohanes 4:20). Jadi mengasihi sesama adalah bukti bahwa kita ini berasal dari Allah dan mengenal Allah.
"... semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Yohanes 13:35
Tuesday, July 29, 2014
Monday, July 28, 2014
PEMBALASAN: Hak Mutlak Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2014
Baca: Roma 12:14-21
"...janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." Roma 12:19
Bagi orang yang menaruh dendam atau niat pembalasan terhadap orang lain, di dalam hatinya tidak ada hal-hal yang positif, melainkan hanya rancangan-rancangan jahat. Saul menyimpan kebencian dan dendam kepada Daud oleh karena banyak orang mengelu-elukan Daud: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Samuel 18:17). Karena hati Saul dipenuhi oleh rasa dendam, maka ekspresi yang keluar pun hal-hal negatif semata, baik itu melalui perkataan dan juga perbuatan. Pembalasan dendam hanya akan menciptakan penderitaan batin si pelaku.
Yusuf adalah contoh orang yang sanggup mengasihi dan mengampuni musuhnya. Meski dianiaya dan dibuat menderita oleh saudara-asaudaranya Yusuf tidak menyimpan dendam sedikit pun, tapi ia malah menunjukkan kasih dan kemurahannya. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." (Kejadian 50:20-21).
Kita tidak diperkenan membalas dendam kepada musuh karena pembalasan adalah hak mutlak Tuhan. Barangsiapa berusaha membalas dendam kepada orang lain berarti ia telah mencuri hak mutlak milik Tuhan. Pembalasan itu bukan hak kita, melainkan milik Tuhan sendiri. Yang menjadi bagian kita adalah mengijinkan Tuhan untuk menangani orang lain. Biarlah Tuhan sendiri yang bertindak karena Ia punya cara dan waktu sendiri untuk menangani masalah yang terjadi. Yang harus dilakukan adalah ini: "...jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya." (Roma 12:20). Jadi cara tepat dalam memperlakukan musuh adalah menunjukkan kasih dan kemurahan kepadanya. "...kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21).
Mengasihi, bermurah hati dan mengampuni musuh adalah bagian kita; bagian Tuhan adalah menyelesaikan dengan cara dan waktuNya sendiri.
Baca: Roma 12:14-21
"...janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." Roma 12:19
Bagi orang yang menaruh dendam atau niat pembalasan terhadap orang lain, di dalam hatinya tidak ada hal-hal yang positif, melainkan hanya rancangan-rancangan jahat. Saul menyimpan kebencian dan dendam kepada Daud oleh karena banyak orang mengelu-elukan Daud: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." (1 Samuel 18:17). Karena hati Saul dipenuhi oleh rasa dendam, maka ekspresi yang keluar pun hal-hal negatif semata, baik itu melalui perkataan dan juga perbuatan. Pembalasan dendam hanya akan menciptakan penderitaan batin si pelaku.
Yusuf adalah contoh orang yang sanggup mengasihi dan mengampuni musuhnya. Meski dianiaya dan dibuat menderita oleh saudara-asaudaranya Yusuf tidak menyimpan dendam sedikit pun, tapi ia malah menunjukkan kasih dan kemurahannya. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." (Kejadian 50:20-21).
Kita tidak diperkenan membalas dendam kepada musuh karena pembalasan adalah hak mutlak Tuhan. Barangsiapa berusaha membalas dendam kepada orang lain berarti ia telah mencuri hak mutlak milik Tuhan. Pembalasan itu bukan hak kita, melainkan milik Tuhan sendiri. Yang menjadi bagian kita adalah mengijinkan Tuhan untuk menangani orang lain. Biarlah Tuhan sendiri yang bertindak karena Ia punya cara dan waktu sendiri untuk menangani masalah yang terjadi. Yang harus dilakukan adalah ini: "...jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya." (Roma 12:20). Jadi cara tepat dalam memperlakukan musuh adalah menunjukkan kasih dan kemurahan kepadanya. "...kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21).
Mengasihi, bermurah hati dan mengampuni musuh adalah bagian kita; bagian Tuhan adalah menyelesaikan dengan cara dan waktuNya sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)