Saturday, July 26, 2014

HATI YANG PATAH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2014

Baca:  Mazmur 34:1-23

"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya."  Mazmur 34:19

Penulis seringkali mendapat  'curhat'  dari anak-anak muda Kristen yang sedang mengalami masalah.  Umumnya masalah yang mereka hadapi sama yaitu perihal putus cinta, diduakan cintanya atau diselingkuhi pacar, ditolak pacar, status hubungan yang tidak jelas dan sebagainya.  Kebanyakan dari mereka patah hati, sakit hati, terluka, kecewa, sedih berlarut-larut, mengurung diri di kamar berhari-hari, sulit melupakan pacar karena sudah terlanjur sayang.  Ini membawa dampak yang sangat buruk:  tidak konsentrasi belajar, nilai-nilai di sekolah terjun bebas, kuliah berantakan dan aktivitas-aktivitas lain pun menjadi terganggu termasuk dalam hal kerohanian.  Rata-rata dari mereka berkata,  "Hidupku tidak ada artinya lagi.  Tuhan tidak sayang padaku."  Galau meliputi hati mereka!

     Banyak para pemuda yang menempuh berbagai cara untuk melupakan rasa sakit hatinya.  Sayang, sedikit dari mereka yang menempuh jalan yang benar, kebanyakan justru melakukan tindakan-tindakan yang negatif.  Ada yang menumpahkan segala kekesalan hati melalui twitter/facebook dengan kata-kata yang kasar dan kurang pantas.  Bahkan banyak pula yang malah lari kepada rokok, mabuk-mabukan,  'dugem', bahkan ada yang sampai mengkonsumsi obat-obat terlarang.

     Haruskah anak-anak muda Kristen mengikuti cara-cara yang salah seperti yang ditempuh oleh anak-anak dunia dalam mengatasi luka-luka hatinya?  Masalah yang ada tidak seharusnya membuat kita give up dan kian terpuruk.  Seburuk apa pun situasinya, kita harus tetap move on!  Bagaimana caranya?  Mendekatkanlah kepada Tuhan melalui doa dan sediakan waktu untuk membaca dan merenungkan firmanNya.  Ayat nas menyatakan bahwa Tuhan itu sangat dekat dengan orang-orang yang patah hati.  Artinya Tuhan tidak pernah membiarkan dan meninggalkan kita sendirian melewati pergumulan yang berat itu;  Dia mengerti dan mempedulikan kita.  Oleh karena itu jangan terfokus pada masalah yang ada, tapi arahkan mata kepada Tuhan.

"TUHAN itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya."  Nahum 1:7

Friday, July 25, 2014

MASALAH BERAT: Pasti Ada Hikmahnya (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juli 2014

Baca:  Roma 5:1-11

"...bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan."  Roma 5:3-4

Setiap masalah yang terjadi pasti ada sisi positifnya.  Tidak ada masalah yang terlalu besar yang tidak dapat terselesaikan karena kita tidak sendirian menghadapinya, ada Tuhan di pihak kita.  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Kita harus berkeyakinan bahwa  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Oleh karena itu hadapilah setiap masalah dengan iman.

     Melalui masalah, kita diajar untuk memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan.  Acapkali ketika segala sesuatu berjalan dengan baik dan lancar kita melupakan Tuhan, cenderung mengandalkan kekuatan sendiri, jam-jam doa kita abaikan, ibadah pun kita anggap sebagai kebiasaan dan rutinitas belaka.  FirmanNya mengingatkan,  "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,"  (Amsal 3:5, 7).  Masalah adalah sarana yang dipakai Tuhan untuk menarik kita semakin mendekat kepadaNya, belajar berjalan bersama Dia dan melibatkan Dia di segala aspek kehidupan sehingga kita dapat membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan setiap saat.  Akhirnya pemazmur pun mengakui,  "Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.  Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."  (Mazmur 119:67, 71).  Tuhan juga memakai masalah sebagai alat uji ketekunan dan kesabaran kita, karena biasanya saat masalah datang kita semakin ogah-ogahan mencari Tuhan dan berusaha mencari solusi sendiri di luar Tuhan, bukannya makin bertekun mencariNya.  Kita pun tidak sabar menunggu waktu Tuhan.  Namun Yakobus menasihati,  "...ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."  (Yakobus 1:3).

     Bagi bangsa Israel, perjalanan mereka di padang gurun justru memberi mereka banyak kesempatan untuk melihat dan mengalami mujizat serta kuasa Tuhan.

"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  Ibrani 10:36