Thursday, July 24, 2014

MASALAH BERAT: Pasti Ada Hikmahnya (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Juli 2014

Baca:  Ayub 7:1-21

"dan Kaudatangi setiap pagi, dan Kauuji setiap saat?"  Ayub 7:18

Masalah adalah bagian dari kehidupan manusia di dunia ini.  Musa pun mengakuinya,  "Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;"  (Mazmur 90:10).  Sekuat apa pun manusia dan secemerlang apa pun otak manusia takkan mampu menghindarkannya dari masalah.  Tak seorang pun manusia yang masih bernafas yang akan terluput dari masalah dan pergumulan hidup meski dalam bentuk dan porsi yang berbeda-beda.  Inilah nanti yang membedakan respons dari tiap-tiap orang dalam menghadapi masalah tersebut.

     Umumnya orang tidak suka dihadapkan pada masalah dan kesulitan.  Kita maunya hanya menerima hal-hal yang baik saja dari Tuhan dan merasa keberatan bila harus mengalami hal-hal yang tidak baik menurut penilaian kita.  Namun Ayub menegur keras isterinya,  "'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya."  (Ayub 2:10).  Sikap Ayub dalam menghadapi masalah berat yang menimpa ini berbanding berbalik atau berbeda 180 derajat dari sikap isteri.  Ayub tidak menunjukkan sikap putus asa dan menyerah pada keadaan.  Inilah yang patut kita contoh supaya ketika dihadapkan pada masalah kita tetap kuat dan tidak lagi mengucapkan perkataan yang negatif, apalagi sampai menyalahkan Tuhan.

     Apakah Saudara mengalami pergumulan seberat Ayub saat ini?  Mari belajar menyerahkan seluruh pergumulan kita kepada Tuhan dan mohon kekuatan kepada Roh Kudus supaya kita diberi kesanggupan menanggung beban yang ada.  Percayalah bahwa  "...Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13b).  Dalam menyikapi permasalahan hidup yang terjadi ingatlah janji firmanNya:  "Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan."  (Yesaya 41:10).

Saat diterpa masalah jangan sekali-kali menyalahkan Tuhan!

Wednesday, July 23, 2014

MASALAH BERAT: Seperti Terlilit Tali Maut

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Juli 2014

Baca:  Mazmur 116:1-19

"Tali-tali maut telah meliliti aku, dan kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan dan kedukaan."  Mazmur 116:3

Topik hari ini adalah gambaran tentang seseorang yang sedang berada dalam pergumulan berat karena beban dan masalah yang menimpa.  Seperti inilah kondisi yang dialami oleh Daud ketika hidupnya terus berada dalam ancaman dan marabahaya oleh karena Saul yang tak pernah berhenti mengejar dan hendak membunuhnya.  "Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku."  (Mazmur 18:5-6).  Dalam keadaan tertekan dan terhimpit tak ada yang bisa dilakukan Daud selain  "...berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya."  (Mazmur 18:7).

     Dalam keadaan demikian banyak orang memiliki kecenderungan untuk berputus asa, frustasi, stres, bahkan tidak sedikit yang kehilangan akal sehatnya sehingga tanpa berpikir panjang mereka pun berbuat nekat dengan mengakhiri hidupnya.  Ada pula yang berusaha lari dari masalah dengan menjerumuskan diri kepada hal-hal yang negarif:  terlibat obat-obat terlarang,  'dugem', pergaulan bebas dan sebagainya.  Tidak jarang juga mereka berani marah dan menyalahkan Tuhan atas segala sesuatu yang menimpa hidupnya, sepeerti yang diperbuat oleh isteri Ayub.  Ketika tidak tahan dengan penderitaan dan masalah yang datang secara bertubi-tubi menimpa keluarga dan suaminya, isteri Ayub berkata,  "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"  (Ayub 2:9).

     Inilah reaksi alamiah manusia pada umumnya!  Secara manusia Ayub punya banyak alasan untuk mengeluh, kecewa, putus asa atau pun menyalahkan Tuhan walaupun Alkitab menyatakan bahwa Ayub adalah orang yang  "...saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."  (Ayub 1:1).  Seluruh harta bendanya ludes, kesepuluh anaknya mati dan Ayub pun harus menderita sakit yang sangat parah.  "...dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya."  (Ayub 2:7).  Saat tertimpa masalah berat manusia cenderung putus asa, menyalahkan Tuhan!

Tuhan mengijinkan penderitaan melanda hidup Ayub untuk memprosesnya.