Monday, July 21, 2014

KEMATIAN ORANG PERCAYA: Bukan Akhir Segalanya

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Juli 2014

Baca:  1 Tesalonika 4:13-18

"Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia."  1 Tesalonika 4:14

Kematian seringkali menjadi sebuah berita yang menakutkan dan juga momok yang sangat mengerikan bagi semua orang.  Itulah sebabnya tak seorang pun yang antusias, bahkan sebaliknya, merasa enggan dan berusaha menghindarkan diri memperbincangkan hal ini.  Andaikata disuruh memilih antara kematian dan kehidupan, semua orang pasti akan memilih kehidupan.  Namun berita buruknya, tak seorang pun dari kita yang bisa menghindarkan diri dari kematian, artinya cepat atau lambat semua orang pasti akan mengalami kematian;  dan kematian itu tidak mengenal status, usia dan juga pangkat.  "...tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian."  (Pengkotbah 8:8).

     Yang menjadi pertanyaan dan merupakan tanda tanya besar adalah ke mana manusia setelah mereka mati dan meninggalkan dunia yang fana ini?  Inilah yang menjadi sebuah pergumulan berat setiap orang.  Tidaklah mengherankan bila ada banyak orang yang ketika berada di detik-detik menjelang ajalnya mengalami ketakutan yang luar biasa.  Bukan hanya itu, kematian seseorang juga mendatangkan dukacita yang sangat mendalam bagi sanak-saudara yang ditinggalkan.  Di mana ada kematian di situ pasti ada uraian air mata sebagai tanda kesedihan.  Mereka sepertinya tidak rela jika orang yang begitu mereka kasihi itu pergi untuk selama-lamanya.  Sungguh, kematian dan air mata adalah dua hal yang tak terpisahkan.

     Berdukacita atas meninggalnya seseorang adalah hal yang sangat manusiawi.  Tapi, haruskah kita terus-menerus larut dalam dukacita dan kesedihan yang berkepanjangan?  Jika demikian, apa bedanya kita dengan orang-orang yang belum percaya?  Sebab kehidupan orang percaya itu bukanlah kehidupan yang tak berpengharapan, seperti mereka yang belum percaya itu.  Begitu juga dengan kematian orang percaya bukanlah akhir dari segala-galanya, justru itu merupakan awal dari kehidupan yang sesungguhnya, sebab ada jaminan yang pasti bagi orang yang mati di dalam Tuhan Yesus.

Jika kita percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit, maka kita juga harus percaya bahwa kita pun akan dibangkitkan dan akan tinggal bersamaNya!

Sunday, July 20, 2014

HIDUP KEKAL: Mengenal Tuhan Dengan Benar

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Juli 2014

Baca:  Yohanes 17:1-5

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."  Yohanes 17:3

Kata mengenal bukan sekedar kita tahu siapa Tuhan kita.  Mengenal merupakan suatu hubungan yang intim dan benar dengan Tuhan, yang secara otomatis disertai dengan pengalaman pribadi yang menghasilkan buah.

     Buah yang dimaksudkan adalah buah pertobatan.  "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan."  (Matius 3:8).  Jika seseorang berkata bahwa ia sudah mengenal Tuhan tetapi tidak ada buah pertobatan yang dihasilkan sebagai bukti pengenalannya, maka dapat dikatakan bahwa ia belum mengenal Tuhan;  dan orang yang belum mengenal Tuhan berarti belum diselamatkan.   Sampai berapa lama kita harus memiliki pengenalan akan Tuhan hingga kita beroleh hidup yang kekal?  Sampai selama-lamanya.  Artinya suatu tindakan yang harus kita lakukan secara terus-menerus, sebab hidup kekal itu bukan sekedar berbicara tentang Kerajaan Sorga, tetapi suatu hubungan yang karib dengan Tuhan sampai selama-lamanya.  Sudahkah kita memiliki keintiman dengan Tuhan secara pribadi?  Semua orang bisa saja berkata bahwa ia telah mengenal Tuhan, namun hal itu tidak menjamin bahwa mereka sudah dikenal oleh Tuhan.  Dikatakan,:  "Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah."  (1 Korintus 8:3).  Jangan sampai kita menjadi orang Kristen selama bertahun-tahun tapi pada akhirnya Tuhan berkata,  "Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"  (Matius 7:23).  Jadi Saudaraku, kita bisa mengasihi Tuhan jika kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan.

     Mari kita ingat bahwa kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik yang kita perbuat, tetapi karena kasih karunia, melalui iman kita  (baca  Efesus 2:8-9), di mana iman itu datang dari pengenalan akan Tuhan secara benar, melalui firmanNya.  Adapun iman yang benar mempunyai dua unsur:  percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan percaya kepadaNya sebagai Juruselamat.  "Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."  (Roma 10:9).

Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan berarti harus percaya karya penebusanNya.