Saturday, July 19, 2014

SERI BANGSA ISRAEL: Mencobai Tuhan Dengan Persungutan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Juli 2014

Baca:  Bilangan 14:1-38

"Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku,"  Bilangan 14:22

Tak terhitung banyaknya kebaikan yang dinyatakan Tuhan kepada bangsa Israel ini.  Terlebih-lebih saat Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir menuju ke Tanah Perjanjian, yang terlebih dahulu harus melewati perjalanan panjang di padang gurun.  Di padang gurun inilah mujizat demi mujizat dinyatakan Tuhan secara luar biasa.  Meski demikian respons mereka terhadap kasih dan kebaikan Tuhan sungguh sangat mengecewakan, mereka terus mencobai Tuhan dengan bersungut-sungut di segala situasi sehingga mereka mati dipagut ular  (baca  1 Korintus 10:9).  Tuhan pun menyebutnya sebagai  "...suatu bangsa yang tegar tengkuk."  (Keluaran 32:9).

     Bangsa Israel tidak pernah merasa puas dengan berkat-berkat yang Tuhan berikan, di antaranya dalam hal makanan dan minuman.  Meski Tuhan telah menyediakan manna mereka tetap saja tidak bisa mengucap syukur, sebaliknya keluhan dan sungut-sungut terus keluar dari mulut mereka,  "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan."  (Keluaran 16:3).  Ketika tidak ada air di Masa dan di Meriba mereka pun langsung marah kepada Musa,  "Mengapa pula engkau memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membunuh kami, anak-anak kami dan ternak kami dengan kehausan?"  (Keluaran 17:3).  Terus mencobai Tuhan menimbulkan murka Tuhan, termasuk tentang daging burung puyuh  (baca  Bilangan 11:4-23).

     Ujian yang dialami oleh bangsa Israel di padang gurun bukan karena Tuhan jahat, tetapi Tuhan hendak membawa mereka masuk ke dalam kehidupan yang jauh lebih baik yaitu Kanaan.  Sayang, saat dalam proses ini bangsa Israel menunjukkan sikap yang tidak terpuji:  terus mencobai Tuhan dengan bersungut-sungut di segala situasi.  Bersungut-sungut adalah suatu reaksi ketidakpuasan terhadap kasih dan pemeliharaan Tuhan.

Kegagalan sebagian besar umat Israel memasuki Kanaan menjadi peringatan bagi kita supaya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama!

Friday, July 18, 2014

SERI BANGSA ISRAEL: Dosa Percabulan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2014

Baca:  1 Korintus 6:12-20

"Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!"  1 Korintus 6:15

Rasul Paulus memperingatkan dengan keras jemaat di Korintus perihal dosa percabulan ini.  Ditambahkan,  "Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: 'Keduanya akan menjadi satu daging.'"  (1 Korintus 6:16).  Dari ayat ini rasul Paulus hendak mengingatkan bahwa dosa percabulan itu bukanlah dosa yang sifatnya pasif, yang dapat dilakukan dengan alasan tidak sengaja atau karena khilaf, tetapi merupakan dosa yang aktif, yang terjadi oleh karena seseorang telah mengikatkan diri dan menyerahkan diri terhadapnya.  Berhati-hatilah!  Jika kita tidak bisa mengendalikan hawa nafsu kita maka hawa nafsu itu akan mengendalikan kita.  Karena itu kita harus bersikap tegas untuk menolak segala godaan yang ada.

     Yusuf adalah contoh orang muda yang tidak membiarkan dirinya jatuh dalam dosa percabulan.  Ketika isteri Potifar menggoda dan merayunya,  "Marilah tidur dengan aku.", Yusuf dengan tegas menolak ajakan wanita itu dan memilih untuk lari:  "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"  (baca Kejadian 39:7-12).  Perhatikan pula nasib Simson!  Seorang yang diurapi Tuhan dan dipakai Tuhan secara luar biasa harus mengalami akhir hidup yang begitu tragis, karena ketidakmampuannya untuk menahan hawa nafsu dan segala godaan yang ditujukan kepadanya, sehingga ia pun jatuh dalam dosa percabulan.

     Bersikap tegas dan tidak berkompromi adalah kunci untuk menolak segala hal yang membangkitkan hawa nafsu.  Jangan sedikit pun memberi celah kepada Iblis melalui situasi dan kondisi yang kita ciptakan sendiri, karena  "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya."  (Yakobus 1:14).  Tanpa pertolongan Roh Kudus kita tidak mampu menang terhadap daging kita, karena itu bangun persekutuan yang karib dengan Tuhan senantiasa.

Untuk melepaskan diri dari dosa percabulan harus punya tekad kuat menjauhkan diri dari hal-hal berbau cabul, dan mengikatkan diri kepada Tuhan.