Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Juli 2014
Baca: 1 Tesalonika 5:19-22
"Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan." 1 Tesalonika 5:22
Sebagai umat tebusan Tuhan kita dituntut untuk tetap mengerjakan keselamatan yang telah kita terima itu dengan hati yang takut dan gentar (baca Filipi 2:12), artinya kita harus hidup dalam ketaatan dan memiliki hati yang takut akan Tuhan sebagai respons atas keselamatan yang telah kita terima. Jadi ketaatan adalah suatu perintah yang tidak bisa ditawar lagi. Jika kita taat kepada Tuhan maka roh kita akan tetap terpelihara dengan sempurna. Jangan sampai api itu redup dan menjadi padam, "Harus dijaga supaya api tetap menyala di atas mezbah, janganlah dibiarkan padam." (Imamat 6:13).
Supaya api roh itu terus menyala kita harus berupaya supaya Roh Kudus merasa comfortable tinggal di dalam kita. Roh Kudus akan betah tinggal dan berdiam di dalam kita apabila kita hidup dalam kebenaran dan kekudusan karena Dia adalah Roh yang kudus. Maka dari itu "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:14-16). Hidup dalam kebenaran dan kekudusan berarti menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan dan tidak lagi berkompromi dengan dosa; dan jika Roh Kudus berdiam di dalam kita secara permanen, secara otomatis segala tindakan kita akan dituntun kepada kebenaran. "Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yohanes 14:26), sehingga kehidupan kita selaras dengan apa yang Tuhan mau.
Tetapi ketika roh yang ada pada kita itu padam karena ketidaktaatan dan segala kejahatan yang telah kita perbuat, kita tidak lagi punya kekuatan untuk mengalahkan segala tipu muslihat Iblis karena kedagingan kita menjadi sangat dominan. Ibadah yang kita lakukan akhirnya hanya sebatas rutinitas belaka dan kita pun semakin kehilangan kepekaan rohani. Akhirnya, melakukan kejahatan kita anggap sebagai hal yang biasa.
"Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan
dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8).
Wednesday, July 9, 2014
Tuesday, July 8, 2014
MEMADAMKAN ROH: Tidak Berdoa dan Bersungut-sungut
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2014
Baca: 1 Tesalonika 5:19-22
"Tetaplah berdoa." 1 Tesalonika 5:17
Hal lain yang memadamkan Roh Tuhan di dalam diri orang percaya adalah jika kita malas berdoa atau tidak berdoa. Firman Tuhan dengan jelas memerintahkan kita untuk berdoa, tapi banyak sekali orang Kristen yang ogah-ogahan untuk berdoa, padahal ada dampak yang luar biasa jika kita tekun berdoa, sebab "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Dengan berdoa iman kita akan bekerja. Sebaliknya ketika kita tidak berdoa, secara otomatis iman kita tidak akan bekerja secara efektif dan lambat laun iman itu akan mati, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Orang yang jarang atau tidak berdoa pasti akan mudah kuatir, cemas dan takut menghadapi masalah atau kesulitan karena imannya tidak bekerja secara aktif. Sementara orang yang menjadikan doa sebagai gaya hidup sehari-hari akan berkata, "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7), sehingga saat masalah datang ia tetap mampu berpikiran positif dan optimis meski doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan, karena ia sangat percaya bahwa Tuhan sanggup mengatasi persoalannya, sebesar apa pun itu.
Tidak bisa mengucap syukur alias suka mengeluh, bersungut-sungut dan mengomel seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel saat berada di padang gurun adalah sikap yang dapat memadamkan Roh di dalam diri kita. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Mengucap syukur adalah sebuah tindakan yang tidak memadamkan Roh Tuhan. Mengucap syukur dalam segala hal berarti mampu bersikap dan berpikiran positif di segala situasi. Itulah sebabnya "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Saat kita bertekun dalam doa dan hati kita dipenuhi oleh ucapan syukur berarti kita sedang membuka pintu seluas-luasnya kepada Roh Kudus untuk berkarya di dalam kita.
Saat Roh Kudus bekerja dalam kita, kita beroleh kekuatan dan kesanggupan, karena itu jangan padamkan Dia.
Baca: 1 Tesalonika 5:19-22
"Tetaplah berdoa." 1 Tesalonika 5:17
Hal lain yang memadamkan Roh Tuhan di dalam diri orang percaya adalah jika kita malas berdoa atau tidak berdoa. Firman Tuhan dengan jelas memerintahkan kita untuk berdoa, tapi banyak sekali orang Kristen yang ogah-ogahan untuk berdoa, padahal ada dampak yang luar biasa jika kita tekun berdoa, sebab "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Dengan berdoa iman kita akan bekerja. Sebaliknya ketika kita tidak berdoa, secara otomatis iman kita tidak akan bekerja secara efektif dan lambat laun iman itu akan mati, sebab "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Orang yang jarang atau tidak berdoa pasti akan mudah kuatir, cemas dan takut menghadapi masalah atau kesulitan karena imannya tidak bekerja secara aktif. Sementara orang yang menjadikan doa sebagai gaya hidup sehari-hari akan berkata, "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7), sehingga saat masalah datang ia tetap mampu berpikiran positif dan optimis meski doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan, karena ia sangat percaya bahwa Tuhan sanggup mengatasi persoalannya, sebesar apa pun itu.
Tidak bisa mengucap syukur alias suka mengeluh, bersungut-sungut dan mengomel seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel saat berada di padang gurun adalah sikap yang dapat memadamkan Roh di dalam diri kita. "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Mengucap syukur adalah sebuah tindakan yang tidak memadamkan Roh Tuhan. Mengucap syukur dalam segala hal berarti mampu bersikap dan berpikiran positif di segala situasi. Itulah sebabnya "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Saat kita bertekun dalam doa dan hati kita dipenuhi oleh ucapan syukur berarti kita sedang membuka pintu seluas-luasnya kepada Roh Kudus untuk berkarya di dalam kita.
Saat Roh Kudus bekerja dalam kita, kita beroleh kekuatan dan kesanggupan, karena itu jangan padamkan Dia.
Subscribe to:
Posts (Atom)