Tuesday, July 8, 2014

MEMADAMKAN ROH: Tidak Berdoa dan Bersungut-sungut

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juli 2014

Baca:  1 Tesalonika 5:19-22

"Tetaplah berdoa."  1 Tesalonika 5:17

Hal lain yang memadamkan Roh Tuhan di dalam diri orang percaya adalah jika kita malas berdoa atau tidak berdoa.  Firman Tuhan dengan jelas memerintahkan kita untuk berdoa, tapi banyak sekali orang Kristen yang ogah-ogahan untuk berdoa, padahal ada dampak yang luar biasa jika kita tekun berdoa, sebab  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  (Yakobus 5:16b).

     Dengan berdoa iman kita akan bekerja.  Sebaliknya ketika kita tidak berdoa, secara otomatis iman kita tidak akan bekerja secara efektif dan lambat laun iman itu akan mati, sebab  "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."  (Yakobus 2:17).  Orang yang jarang atau tidak berdoa pasti akan mudah kuatir, cemas dan takut menghadapi masalah atau kesulitan karena imannya tidak bekerja secara aktif.  Sementara orang yang menjadikan doa sebagai gaya hidup sehari-hari akan berkata,  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7), sehingga saat masalah datang ia tetap mampu berpikiran positif dan optimis meski doanya belum beroleh jawaban dari Tuhan, karena ia sangat percaya bahwa Tuhan sanggup mengatasi persoalannya, sebesar apa pun itu.

     Tidak bisa mengucap syukur alias suka mengeluh, bersungut-sungut dan mengomel seperti yang diperbuat oleh bangsa Israel saat berada di padang gurun adalah sikap yang dapat memadamkan Roh di dalam diri kita.  "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."  (1 Tesalonika 5:18).  Mengucap syukur adalah sebuah tindakan yang tidak memadamkan Roh Tuhan.  Mengucap syukur dalam segala hal berarti mampu bersikap dan berpikiran positif di segala situasi.  Itulah sebabnya  "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."  (Filipi 4:8).  Saat kita bertekun dalam doa dan hati kita dipenuhi oleh ucapan syukur berarti kita sedang membuka pintu seluas-luasnya kepada Roh Kudus untuk berkarya di dalam kita.

Saat Roh Kudus bekerja dalam kita, kita beroleh kekuatan dan kesanggupan, karena itu jangan padamkan Dia.

Monday, July 7, 2014

MEMADAMKAN ROH: Tidak Bersukacita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2014

Baca:  1 Tesalonika 5:16-22

"Janganlah padamkan Roh,"  1 Tesalonika 5:19

Tekun berdoa, tetap bersukacita dan mengucap syukur dalam segala hal adalah cara untuk mengatasi agar Roh yang ada di dalam kita tidak redup dan padam.  Firman Tuhan mengingatkan,  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Namun akhir-akhir ini ada banyak orang Kristen yang rohnya makin hari makin padam, tidak lagi menyala-nyala bagi Tuhan.

     Ketika kita memadamkan Roh Tuhan yang ada di dalam kita, kita sedang membatasi Dia untuk bekerja di dalam kita.  Kita tahu bahwa Roh Tuhan itu kuasaNya tak terbatas dan Ia  "...lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Tak bisa dibayangkan betapa dahsyatnya jika Roh Tuhan bekerja di dalam diri orang percaya.  Sayangnya kita justru seringkali memadamkannya, artinya kita sendiri yang membatasi Roh Tuhan bekerja sehingga Ia tidak dapat berkarya secara leluasa dan bebas.  Sadar atau tidak sadar itu seringkali kita lakukan.  Kapan?  Ialah saat kita bermuram durja atau bersedih hati.  Saat itu pula sesungguhnya kita sedang memadamkan Roh Kudus yang ada di dalam kita.  Firman Tuhan jelas menasihati kita,  "Bersukacitalah senantiasa."  (1 Tesalonika 5:16).  Daud berkata,  "Orang benar akan bersukacita karena TUHAN"  (Mazmur 64:11).  Masalah atau penderitaan yang terjadi dalam kehidupan ini seharusnya tidak dengan serta-merta membuat kita kehilangan sukacita dan semangat dan  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).

     Dengan keyakinan bahwa  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13), hari-hari Daud senantiasa dipenuhi puji-pujian:  "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Segala waktu artinya di segala keadaan, baik itu susah maupun senang, suka dan duka.  Bahkan Alkitab mencatat tujuh kali dalam sehari Daud memuji-muji Tuhan  (baca  Mazmur 119:164)!

Bersukacitalah senantiasa supaya Roh Tuhan tidak padam!