Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2014
Baca: 1 Yohanes 2:7-17
"Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." 1 Yohanes 2:17
Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa firman dan berkat adalah dua hal yang berbeda dan tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Menurut mereka berkat adalah hasil dari sebuah kerja keras, artinya berkat atau kelimpahan masih bisa mereka dapatkan meski mereka memiliki kehidupan yang bertentangan dengan firman Tuhan. Mereka melihat bukti banyak orang yang hidupnya sangat jauh dari kata taat tapi berkelimpahan materi, asal mereka mau bekerja keras. Lalu mereka pun berkata, "Ah jadi Kristen gak usah fanakatik-fanatik, yang biasa-biasa saja. Gak usah terlalu rohani, toh...hidup kita sudah berkecukupan. Lihat! Mereka yang aktif beribadah dan setia melayani Tuhan, hidupnya tak lebih baik dari kita."
Memang, orang bisa memperoleh kekayaan dari hasil kerja kerasnya sendiri, namun jika berkat itu diperoleh di luar kebenaran firman Tuhan akan sangat mudah membuatnya jatuh dalam dosa dan semakin menjauh dari kebenaran Tuhan. Situasi-situasi inilah yang dimanfaatkan dengan baik oleh Iblis dengan menawarkan 'berkat atau kekayaan' secara instan, dan berlomba-lombalah orang untuk mendapatkannya. Firman Tuhan memperingatkan: "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4-5), apalagi mengejar berkat atau kekayaan dengan cara yang tidak wajar: mencari pesugihan dengan pergi ke gunung kawi, dukun/paranormal, menyuap, korupsi dan lain-lain. Memang dunia dengan segala kemegahan dan kenikmatannya menjadi daya tarik tersendiri, sehingga banyak orang mengabaikan jalan Tuhan asalkan segala hasrat dan keinginannya terwujud. Tak peduli apa pun caranya, yang penting bisa kaya dan mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Inilah fenomena yang sedang terjadi! Mereka lupa bahwa "...semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
" (1 Yohanes 2:16). Firman dan berkat adalah dua hal yang tak terpisahkan dan merupakan hubungan sebab akibat.
Saat kita taat melakukan firman, hidup kita pasti diberkati Tuhan.
Wednesday, June 4, 2014
Tuesday, June 3, 2014
Seri RUT: Ketaatan Mendatangkan Upah
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2014
Baca: Rut 3:1-18
"Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?" Rut 3:1
Menurut adat-istiadat Yahudi jika ada seorang laki-laki yang telah menikah meninggal, isteri yang ditinggalkan itu harus menikah dengan saudara laki-laki dari keluarga suaminya, sehingga ia bisa memberikan keturunan baginya. Inilah yang menjadi alasan Naomi mengatakan kepada Rut bahwa yang berhak untuk menebus Rut dan membeli ladangnya adalah pihak keluarga Elimelekh (ayah mertua Rut). Kemudian Naomi menyuruh Rut tidur di dekat kaki Boas (ayat 4). Meski hal itu sangat tidak lazim bagi orang Yahudi maupun orang Moab, Rut melakukan apa yang diperintahkan Naomi. "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (ayat 5). Ini menunjukkan bahwa Rut adalah orang yang taat. Meski perintah itu tidak masuk akal, ia tetap melakukan sebagai wujud hormatnya kepada mertua tanpa ada perbantahan.
Sungguh, ada banyak pelajaran berharga yang dapat kita teladani dari kehidupan Rut ini. Saat di persimpangan jalan Rut membuat tindakan iman: meninggalkan akar keluarganya dan tetap mengikuti Allah bangsa Israel, Allah yang baru dikenalnya setelah menikah. Selain itu Rut bukanlah menantu yang malas. Ia rela bekerja memungut berkas-berkas jelai di ladang Boas untuk bertahan hidup. Ia setia melakukannya meski itu perkara kecil dan hina di pemandangan manusia. Ada janji dalam Alkitab: "Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia." (Ayub 8:7). Kalau kita setia dalam perkara-perkara kecil, pada saatnya Tuhan akan mempercayakan kita perkara-perkara yang jauh lebih besar. Apa yang dilakukan Rut ini adalah bukti bahwa ia mempunyai integritas dan loyalitas.
Rut menjadi wanita pilihan yang diberkati Tuhan. Dari latar belakang keluarga orang berdosa dan tidak punya masa depan, bahkan dikatakan dari suku yang terkutuk, Tuhan mengubahnya menjadi masa depan yang gemilang. Namun ada ujian bermula dari perkara-perkara kecil, adakah kita tekun, setia, taat dan rendah hati? Tersungkur di bawah kaki Boas adalah gambaran dari kerendahan hati.
Inilah yang harus kita lakukan: senantiasa datang tersungkur di bawah kaki Tuhan dan merendahkan diri di hadapanNya.
Baca: Rut 3:1-18
"Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?" Rut 3:1
Menurut adat-istiadat Yahudi jika ada seorang laki-laki yang telah menikah meninggal, isteri yang ditinggalkan itu harus menikah dengan saudara laki-laki dari keluarga suaminya, sehingga ia bisa memberikan keturunan baginya. Inilah yang menjadi alasan Naomi mengatakan kepada Rut bahwa yang berhak untuk menebus Rut dan membeli ladangnya adalah pihak keluarga Elimelekh (ayah mertua Rut). Kemudian Naomi menyuruh Rut tidur di dekat kaki Boas (ayat 4). Meski hal itu sangat tidak lazim bagi orang Yahudi maupun orang Moab, Rut melakukan apa yang diperintahkan Naomi. "Segala yang engkau katakan itu akan kulakukan." (ayat 5). Ini menunjukkan bahwa Rut adalah orang yang taat. Meski perintah itu tidak masuk akal, ia tetap melakukan sebagai wujud hormatnya kepada mertua tanpa ada perbantahan.
Sungguh, ada banyak pelajaran berharga yang dapat kita teladani dari kehidupan Rut ini. Saat di persimpangan jalan Rut membuat tindakan iman: meninggalkan akar keluarganya dan tetap mengikuti Allah bangsa Israel, Allah yang baru dikenalnya setelah menikah. Selain itu Rut bukanlah menantu yang malas. Ia rela bekerja memungut berkas-berkas jelai di ladang Boas untuk bertahan hidup. Ia setia melakukannya meski itu perkara kecil dan hina di pemandangan manusia. Ada janji dalam Alkitab: "Maka kedudukanmu yang dahulu akan kelihatan hina, tetapi kedudukanmu yang kemudian akan menjadi sangat mulia." (Ayub 8:7). Kalau kita setia dalam perkara-perkara kecil, pada saatnya Tuhan akan mempercayakan kita perkara-perkara yang jauh lebih besar. Apa yang dilakukan Rut ini adalah bukti bahwa ia mempunyai integritas dan loyalitas.
Rut menjadi wanita pilihan yang diberkati Tuhan. Dari latar belakang keluarga orang berdosa dan tidak punya masa depan, bahkan dikatakan dari suku yang terkutuk, Tuhan mengubahnya menjadi masa depan yang gemilang. Namun ada ujian bermula dari perkara-perkara kecil, adakah kita tekun, setia, taat dan rendah hati? Tersungkur di bawah kaki Boas adalah gambaran dari kerendahan hati.
Inilah yang harus kita lakukan: senantiasa datang tersungkur di bawah kaki Tuhan dan merendahkan diri di hadapanNya.
Subscribe to:
Posts (Atom)