Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Mei 2014
Baca: Filipi 1:3-11
"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian," Filipi 1:9
Bagaimana perasaan Anda saat pertama kali jatuh cinta dengan seseorang? Pasti Anda merasakan gelora yang luar biasa di dalam hati, jantung berdegup kencang dan selalu berdebar-debar ketika bertemu dengan sang pujaan hati. Kasih yang mengalir dari hati Anda pun adalah kasih yang murni, jauh dari kepura-puraan dan rekayasa. Yang ada di dalam benak Anda hanyalah ingin selalu memberi yang terbaik, tidak ingin mengecewakan atau menyakiti. Pikiran, angan-angan dan mimpi hanya bertumpu pada satu pribadi yang kita kasihi. Di mana pun berada dan kapan pun, Anda selalu teringat, terbayang-bayang dan serasa ingin selalu ada di dekatnya. Itulah yang kita rasakan saat mengalami kasih mula-mula atau first love.
Dalam kehidupan kekristenan, kita juga pasti mengalami dan merasakan kasih mula-mula kepada Tuhan. Perjumpaan pertama dengan Tuhan adalah momen yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup kita. Saat itulah kasih kita begitu bergelora. Kasih yang membuat kita bergairah dan berkobar-kobar untuk Tuhan! Setiap waktu ingin rasanya terus bersekutu dan dekat dengan Tuhan: membaca Alkitab, berdoa dan memuji-muji Tuhan. Di mana pun berada dan kemana pun pergi kita tidak bisa menahan bibir ini untuk bersaksi tentang Tuhan kepada orang lain. Kehidupan jemaat mula-mula (baca Kisah 2:41-47) adalah gambaran dari kehidupan orang percaya yang mengalami kasih mula-mula dengan Tuhan. Mereka bertekun dalam pengajaran akan firman Tuhan, suka bersekutu (beribadah), suka berdoa dan memuji-muji Tuhan. Bertekun berarti melakukan segala sesuatu dengan tekun, bukan terpaksa, dan didasari kerinduan akan hadirat Tuhan. Bukan hanya itu, mereka juga punya kepedulian yang tinggi terhadap orang lain sehingga mereka suka memberi dan berbagi. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita
kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu,
bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17).
Orang yang mengalami kasih mula-mula pasti akan mencintai Tuhan di segala waktu dan menempatkan perkara rohani lebih dari perkara apa pun yang ada di dunia ini.
Apakah kasih kita kepada Tuhan terus bergelora hingga saat ini?
Thursday, May 15, 2014
Wednesday, May 14, 2014
BERMUATAN KASIH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Mei 2014
Baca: Yosua 14:6-15
"...ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati." Yosua 14:14
Seberapa konsisten kita mengasihi Tuhan? Apakah kita seperti Kaleb yang mampu mempertahankan gelora kasihnya kepada Tuhan, dari kasih mula-mula sampai ia berusia tua? Kasih Kaleb kepada Tuhan tidak mengenal musim! Tidak hanya setahun atau beberapa tahun, tidak hanya saat diberkati, atau tubuh dalam keadaan kuat dan sehat ia mengasihi Tuhan, tapi kasihnya hingga pada masa tuanya. Mengasihi Tuhan berarti beribadah kepada Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati, bukan hanya sebagai aktivitas rutin belaka. Jadi melakukan segala sesuatu untuk Tuhan harus bermuatan kasih. "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14).
Tanpa kasih mustahil kaleb bertahan mengikut Tuhan dan berpegang pada janjiNya. Kaleb berkata, "Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;" (Yosua 14:10), sampai akhirnya Tuhan memberikan Hebron sebagai milik pusakanya. 45 tahun bukanlah penantian yang singkat. Siapa kita ini di hadapan Tuhan, sehingga kita mengikut Tuhan dan melayaniNya tanpa kesungguhan hati? Tuhan terlalu mulia dan sangat mulia. Tidaklah cukup sekedar rajin beribadah dan turut terlibat pelayanan tanpa muatan kasih. "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:1-3).
Biarlah waktu-waktu yang ada kita pergunakan untuk lebih bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, sebab "...akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Ibadah dan pelayanan kepada Tuhan harus didasari kasih!
Baca: Yosua 14:6-15
"...ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati." Yosua 14:14
Seberapa konsisten kita mengasihi Tuhan? Apakah kita seperti Kaleb yang mampu mempertahankan gelora kasihnya kepada Tuhan, dari kasih mula-mula sampai ia berusia tua? Kasih Kaleb kepada Tuhan tidak mengenal musim! Tidak hanya setahun atau beberapa tahun, tidak hanya saat diberkati, atau tubuh dalam keadaan kuat dan sehat ia mengasihi Tuhan, tapi kasihnya hingga pada masa tuanya. Mengasihi Tuhan berarti beribadah kepada Tuhan dan melayani Dia dengan sepenuh hati, bukan hanya sebagai aktivitas rutin belaka. Jadi melakukan segala sesuatu untuk Tuhan harus bermuatan kasih. "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14).
Tanpa kasih mustahil kaleb bertahan mengikut Tuhan dan berpegang pada janjiNya. Kaleb berkata, "Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini;" (Yosua 14:10), sampai akhirnya Tuhan memberikan Hebron sebagai milik pusakanya. 45 tahun bukanlah penantian yang singkat. Siapa kita ini di hadapan Tuhan, sehingga kita mengikut Tuhan dan melayaniNya tanpa kesungguhan hati? Tuhan terlalu mulia dan sangat mulia. Tidaklah cukup sekedar rajin beribadah dan turut terlibat pelayanan tanpa muatan kasih. "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku." (1 Korintus 13:1-3).
Biarlah waktu-waktu yang ada kita pergunakan untuk lebih bersungguh-sungguh di dalam Tuhan, sebab "...akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4).
Ibadah dan pelayanan kepada Tuhan harus didasari kasih!
Subscribe to:
Posts (Atom)