Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Mei 2014
Baca: Ratapan 3:21-26
"TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia." Ratapan 3:25
Jika kita dapat menjalani hari-hari hingga detik ini dan bisa menikmati berkat-berkatNya itu semua adalah karena anugerahNya semata. Kalau bukan karena tangan Tuhan yang menuntun dan menopang, kita pasti tidak memiliki kesanggupan untuk menjalani dan melewati hari-hari yang berat ini. Karena itu kita pun harus berkeyakinan bahwa di hari-hari mendatang Tuhan pasti tetap menyertai dan terus melanjutkan perbuatan baikNya atas kita. "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang
baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari
Kristus Yesus." (Filipi 1:6).
Tuhan Yesus sungguh baik dan sangat baik, sebab selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anakNya. Bapa kita di dunia ini saja tidak akan pernah memberi batu kepada anaknya jika meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan. "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:11). Bahkan Alkitab menegaskan bahwa berkat yang disediakan Tuhan bagi kita adalah berkat yang selalu baru setiap pagi, bukan berkat yang sia-sia, apalagi basi. Tertulis: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Inilah janji Tuhan yang harus kita pegang seumur hidup kita: kasih setia Tuhan tidak berkesudahan dan rahmatNya pun tak ada habisnya. Haleluya!
Berhentilah untuk mengeluh dan bersungut-sungut! "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita." (Efesus 5:20), sebab pertolongan dan berkat Tuhan pasti datang tepat pada waktunya. Kalau bapa kita di dunia pernah dan seringkali mengecewakan anaknya, tidak demikian dengan bapa di sorga, tak pernah mengecewakan dan selalu memberi yang terbaik. Justru kitalah yang seringkali mengecewakanNya.
"Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Sunday, May 4, 2014
Saturday, May 3, 2014
SUKACITA YANG SEJATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2014
Baca: Roma 14:13-23
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Roma 14:17
Sukacita adalah faktor internal seseorang, maka tidak seharusnya ia dipengaruhi oleh faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar. Kalau sukacita seseorang didasarkan oleh hal-hal yang dari luar, sukacita itu akan mudah berubah tergantung sikon. "Bersukacitalah senantiasa." (1 Tesalonika 5:16), artinya sukacita di segala keadaan tidak dipengaruhi oleh apa pun. Sukacita itu adalah sebuah keputusan. Kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap bersukacita atau sebaliknya, tidak bisa bersukacita di segala keadaan.
Ayat nas menyatakan bahwa Kerajaan Allah bukan berbicara soal makanan dan minuman (berkat jasmani); Kerajaan Allah itu bersifat rohani. Jadi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita itu merupakan berkat rohani. Ketiga berkat rohani tersebut diberikan oleh Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Karena itu di dalam diri orang percaya seharusnya ada sukacita yang senantiasa terpancar dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita! Mengapa? Dalam Lukas pasal 15 Tuhan Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan: domba yang hilang, dirham yang hilang dan juga anak yang hilang. Kita patut bersukacita karena kita sebelumnya adalah seperti domba yang sesat dan terhilang, tetapi sekarang telah dibawa kembali oleh gembala yang baik ke dalam kandangNya yang aman; kita sebelumnya seperti dirham yang telah hilang, tetapi sekarang telah didapat kembali; kita sebelumnya seperti anak yang terhilang, yang hampir saja mati kelaparan, kini telah kembali ke rumah Bapa yang berlimpah dengan kasih setia. Kita patut bersukacita karena dosa-dosa kita telah diampuniNya, sakit-penyakit kita disembuhkanNya dan kita yang dulunya berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan ke dalam terangNya yang ajaib.
Tuhan adalah sumber sukacita kita, sukacita yang mulia dan tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, itulah yang menjadi kekuatan kita.
Sesuram apa pun situasi yang ada di sekitar kita seharusnya tidak mempengaruhi suasana hati kita, karena sukacita kita bersumber pada Roh Kudus!
Baca: Roma 14:13-23
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Roma 14:17
Sukacita adalah faktor internal seseorang, maka tidak seharusnya ia dipengaruhi oleh faktor-faktor atau hal-hal yang ada di luar. Kalau sukacita seseorang didasarkan oleh hal-hal yang dari luar, sukacita itu akan mudah berubah tergantung sikon. "Bersukacitalah senantiasa." (1 Tesalonika 5:16), artinya sukacita di segala keadaan tidak dipengaruhi oleh apa pun. Sukacita itu adalah sebuah keputusan. Kita bisa membuat sebuah keputusan untuk tetap bersukacita atau sebaliknya, tidak bisa bersukacita di segala keadaan.
Ayat nas menyatakan bahwa Kerajaan Allah bukan berbicara soal makanan dan minuman (berkat jasmani); Kerajaan Allah itu bersifat rohani. Jadi kebenaran, damai sejahtera dan sukacita itu merupakan berkat rohani. Ketiga berkat rohani tersebut diberikan oleh Roh Kudus kepada setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Karena itu di dalam diri orang percaya seharusnya ada sukacita yang senantiasa terpancar dalam kehidupannya sehari-hari. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita! Mengapa? Dalam Lukas pasal 15 Tuhan Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan: domba yang hilang, dirham yang hilang dan juga anak yang hilang. Kita patut bersukacita karena kita sebelumnya adalah seperti domba yang sesat dan terhilang, tetapi sekarang telah dibawa kembali oleh gembala yang baik ke dalam kandangNya yang aman; kita sebelumnya seperti dirham yang telah hilang, tetapi sekarang telah didapat kembali; kita sebelumnya seperti anak yang terhilang, yang hampir saja mati kelaparan, kini telah kembali ke rumah Bapa yang berlimpah dengan kasih setia. Kita patut bersukacita karena dosa-dosa kita telah diampuniNya, sakit-penyakit kita disembuhkanNya dan kita yang dulunya berada dalam kegelapan kini telah dipindahkan ke dalam terangNya yang ajaib.
Tuhan adalah sumber sukacita kita, sukacita yang mulia dan tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, itulah yang menjadi kekuatan kita.
Sesuram apa pun situasi yang ada di sekitar kita seharusnya tidak mempengaruhi suasana hati kita, karena sukacita kita bersumber pada Roh Kudus!
Subscribe to:
Posts (Atom)