Friday, May 2, 2014

MENGUCAP SYUKUR: Beribadah Dengan Sukacita

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2014

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  Mazmur 84:2

Wujud lain dari seseorang yang senantiasa mengucap syukur adalah senantiasa beribadah kepada Tuhan dengan sukacita.  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!"  (Mazmur 100:2).

     Dari ayat ini Tuhan memberi perintah kepada kita untuk beribadah kepadaNya dengan sukacita tidak dikarenakan kondisi yang dialami dan juga bukan karena perasaan lagi enak, tapi merupakan sebuah pilihan!  Tidak sedikit orang Kristen yang datang beribadah karena terpaksa, lagi butuh Tuhan atau saat enak hati saja tanpa memiliki kerinduan mendalam kepada Tuhan;  mereka lebih suka menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada dengan banyak alasan:  sibuk, capai, kerja lembur, padahal kalau untuk urusan pribadi kita selalu memiliki waktu.  Ada tertulis:  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).  Ibadah merupakan anugerah dari Tuhan di mana kita dilayakkan untuk menghampiri takhta kasih karunia dan kekudusanNya, karena itu kita harus beribadah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan penuh sukacita.  Ibadah yang sejati adalah ibadah yang korban persembahannya ialah tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Tuhan  (baca  Roma 12:1);  jadi seluruh keberadaan hidup kita  (tubuh, jiwa dan roh)  harus terlibat dalam ibadah.  Karena itu kita harus mempersiapkan korban persembahan hidup kita dengan sukacita.

     Selama hari masih siang, artinya selama masih ada kesempatan, mari kita gunakan waktu-waktu yang ada untuk mengejar perkara-perkara rohani:  beribadah kepada Tuhan dengan sukacita dan antusias, serta melayani Dia dengan roh yang menyala-nyala.  Ingat, kesempatan belum tentu datang dua kali, sehingga daripada menyesal, pergunakan kesempatan dengan baik.

"...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8), karena itu beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita.

Thursday, May 1, 2014

MENGAPA HARUS MEMUJI TUHAN?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2014

Baca:  Mazmur 150:1-6

"Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"  mazmur 150:6

Memuji Tuhan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan orang Kristen.  Karena itu dalam setiap peribadatan puji-pujian selalu mendapat porsi yang cukup banyak selain pemberitaan firman Tuhan.  Hal ini menandakan bahwa pujian merupakan bagian penting dalam kehidupan orang percaya.

     Mengapa kita harus memuji Tuhan di segala waktu?  Karena kita diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyuranNya.  Tuhan berkata,  "umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku."  Memuji Tuhan adalah perintah Tuhan, dan sebagai anak-anakNya kita harus taat melakukannya.  Ibrani 13:15:  "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya."  Tuhan sangat menikmati puji-pujian yang dinaikkan oleh umatNya, karena itu Ia selalu hadir dan bertahta di atas pujian kita.  Meski berada di situasi sulit dan sepertinya kegelapan pekat mengelilingi hidup kita biarlah kita tetap memuji-muji Tuhan, karena ketika kita melakukannya Tuhan akan hadir melawat kita.  KehadiranNya pasti membawa dampak luar biasa dalam kehidupan kita:  memulihkan, menyembuhkan, menolong bahkan memberkati kita.  Daud menulis:  "Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu."  (Mazmur 147:1).  Marilah kita memuji Tuhan di segala waktu seperti yang dilakukan Daud.  "Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2), tidak terbatas hanya pada saat kita beribadah di gereja saja.  Sebagai manusia Daud pun pernah dan sering mengalami masalah atau pun tekanan dalam hidupnya, namun ia tidak menjadi putus asa dan terus-menerus tenggelam dalam kepedihan, ia tetap memuji-muji Tuhan.  Inilah sikap yang patut kita teladani.

     Mari kita ubah keadaan yang buruk dan kepedihan hati menjadi sorak kemenangan dengan kuasa puji-pujian.  Masalah dan pencobaan boleh saja datang, tetapi sebagai umat Tuhan kita harus belajar untuk tetap mengucap syukur dan memuji-muji Dia.  Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati kita dengan kuasa puji-pujian.

Saat memuji Tuhan kita memberi kesempatan Tuhan menyatakan kuasaNya:  mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan!