Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 April 2014
Baca: Lukas 4:1-13
"Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun." Lukas 4:1
Sebelum segala janji Allah tergenapi dalam diri Yesus, Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun selama 40 hari 40 malam untuk berdoa dan berpuasa.
Di padang gurun inilah Yesus masuk dalam proses ujian. Roh Kudus hendak membuktikan bahwa kedatangan Yesus adalah untuk menghancurkan pekerjaan Iblis dan meremukkan kepala ular (baca Kejadian 3:15). Maka datanglah Iblis mencobai Yesus dengan tiga perkara: 1. Yesus diminta mengubah batu menjadi roti. "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (ayat 3). 2. Yesus diminta menyembah Iblis. "...jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." (ayat 7). 3. Yesus diperintahkan menjatuhkan diri dari atas bumbungan Bait Allah. "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah," (ayat 9). Inilah ujian dan pencobaan hebat yang harus dihadapi Yesus, namun Ia tampil sebagai pemenang. Kemenangan Yesus disebabkan karena Roh Kudus menguatkan Dia, sehingga setiap panah pencobaan yang diarahkan Iblis terhadapNya dapat ditangkis dengan firman. Ia selalu berkata, "Ada tertulis:..."
Di tengah dunia yang jahat ini setiap orang percaya tanpa terkecuali diperhadapkan dengan banyak sekali ujian dan pencobaan, "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan
keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa,
melainkan dari dunia." (1 Yohanes 2:16). Bila kita tidak melekat kepada Tuhan dan bersandar kepada Roh Kudus kita tidak akan mampu menahan gempuran Iblis. Hanya dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat bertahan dan beroleh kekuatan untuk melawan. Karena itu jangan lewati hari tanpa kita membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena saat membaca dan merenungkan firman kita akan mempunyai pola pikir dan keinginan Tuhan. Kita tidak lagi menjalani kehidupan ini dengan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi mengandalkan kekuatan dan tuntunan firman Tuhan sehingga iman kita akan semakin kuat dan Iblis pun tidak tahan menghadapi kita.
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu." Mazmur 119:9
Wednesday, April 23, 2014
Tuesday, April 22, 2014
MENGIKUTI JEJAK AYUB (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2014
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup" 2 Petrus 3:11
Mungkin kita merasa diri hina dan sudah tidak layak di hadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita yang tak terbilang banyaknya. "Mungkinkah Tuhan mau menerimaku lagi? Mana mungkin aku bisa hidup saleh seperti Ayub?" Tidak ada kata terlambat!
Daud dan Petrus, yang memiliki sejarah kelam, sanggup dipulihkan Tuhan dan dipakai hidupnya sebagai alat kemuliaanNya. Kita pun memiliki kesempatan yang sama. FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kunci hidup saleh adalah takut akan Tuhan. "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkotbah 12:13). Takut akan Tuhan berarti kita sadar bahwa Tuhan selalu mengikuti dan melihat apa yang kita perbuat, sehingga sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa, kita tidak melakukannya. Takut akan Tuhan berarti juga "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh," (Mazmur 1:11).
Mengapa harus menjauhi kejahatan? Karena kita tidak kebal dari dosa dan masih hidup dalam tubuh daging. Kita tahu daging cenderung melakukan segala hal yang bertentangan dengan firman. Kalau kita berkomitmen hidup saleh, sebelum jatuh dalam dosa kita harus lari menjauh dari dosa seperti Yusuf, lari dari godaan isteri Potifar. "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." (Kejadian 39:12). Tertulis: "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Hidup saleh berarti kita berkomitmen menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, bersikap tegas dan tidak lagi berkompromi dengan dosa.
Baca: 2 Petrus 3:1-16
"Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup" 2 Petrus 3:11
Mungkin kita merasa diri hina dan sudah tidak layak di hadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita yang tak terbilang banyaknya. "Mungkinkah Tuhan mau menerimaku lagi? Mana mungkin aku bisa hidup saleh seperti Ayub?" Tidak ada kata terlambat!
Daud dan Petrus, yang memiliki sejarah kelam, sanggup dipulihkan Tuhan dan dipakai hidupnya sebagai alat kemuliaanNya. Kita pun memiliki kesempatan yang sama. FirmanNya, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Kunci hidup saleh adalah takut akan Tuhan. "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkotbah 12:13). Takut akan Tuhan berarti kita sadar bahwa Tuhan selalu mengikuti dan melihat apa yang kita perbuat, sehingga sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa, kita tidak melakukannya. Takut akan Tuhan berarti juga "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh," (Mazmur 1:11).
Mengapa harus menjauhi kejahatan? Karena kita tidak kebal dari dosa dan masih hidup dalam tubuh daging. Kita tahu daging cenderung melakukan segala hal yang bertentangan dengan firman. Kalau kita berkomitmen hidup saleh, sebelum jatuh dalam dosa kita harus lari menjauh dari dosa seperti Yusuf, lari dari godaan isteri Potifar. "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." (Kejadian 39:12). Tertulis: "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15).
Hidup saleh berarti kita berkomitmen menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, bersikap tegas dan tidak lagi berkompromi dengan dosa.
Subscribe to:
Posts (Atom)