Tuesday, April 22, 2014

MENGIKUTI JEJAK AYUB (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 April 2014

Baca:  2 Petrus 3:1-16

"Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup"  2 Petrus 3:11

Mungkin kita merasa diri hina dan sudah tidak layak di hadapan Tuhan karena dosa dan pelanggaran kita yang tak terbilang banyaknya.  "Mungkinkah Tuhan mau menerimaku lagi?  Mana mungkin aku bisa hidup saleh seperti Ayub?"  Tidak ada kata terlambat!

     Daud dan Petrus, yang memiliki sejarah kelam, sanggup dipulihkan Tuhan dan dipakai hidupnya sebagai alat kemuliaanNya.  Kita pun memiliki kesempatan yang sama.  FirmanNya,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Kunci hidup saleh adalah takut akan Tuhan.  "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."  (Pengkotbah 12:13).  Takut akan Tuhan berarti kita sadar bahwa Tuhan selalu mengikuti dan melihat apa yang kita perbuat, sehingga sekalipun ada kesempatan untuk berbuat dosa, kita tidak melakukannya.  Takut akan Tuhan berarti juga  "...tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,"  (Mazmur 1:11).

     Mengapa harus menjauhi kejahatan?  Karena kita tidak kebal dari dosa dan masih hidup dalam tubuh daging.  Kita tahu daging cenderung melakukan segala hal yang bertentangan dengan firman.  Kalau kita berkomitmen hidup saleh, sebelum jatuh dalam dosa kita harus lari menjauh dari dosa seperti Yusuf, lari dari godaan isteri Potifar.  "Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: 'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar."  (Kejadian 39:12).  Tertulis:  "...tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."  (Yakobus 1:14-15).

Hidup saleh berarti kita berkomitmen menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan, bersikap tegas dan tidak lagi berkompromi dengan dosa.

Monday, April 21, 2014

MENGIKUTI JEJAK AYUB (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 April 2014

Baca:  Mazmur 37:1-40

"TUHAN mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;"  Mazmur 37:18

Inilah nasihat Yakobus,  "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan."  (Yakobus 5:10-11).

     Hidup dalam kesalehan adalah kehendak Tuhan bagi semua orang percaya.  Mungkinkah kita jadi orang saleh?  "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."  (1 Yohanes 1:9).  Asal kita mau bertobat dengan sungguh, tidak ada perkara yang sukar, sebab Kristus telah memerdekakan kita dari dosa melalui pengorbananNya di kayu salib dan memberikan kepada kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban  (baca  2 Timotius 1:7),  dan  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).

     Daud pernah jatuh dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba  (baca  2 Samuel 11).  Namun setelah ditegur dan diperingatkan Natan, ia pun menyesal.  Dengan hati hancur ia datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan.  "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah."  (Mazmur 51:19).  Daud bangkit dari keterpurukannya dan berkomitmen hidup benar di hadapan Tuhan.  Hidup Daud mengalami perubahan secara radikal, kasihnya kepada Tuhan pun tak diragukan lagi, ia pun kian intim dengan Tuhan.  Inilah isi hati Tuhan terhadap Daud,  "Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku."  (Kisah 13:22b).  Petrus, juga pernah gagal dan menyakiti hati Tuhan karena menyangkal Tuhan 3 kali, tidak larut dalam penyesalan yang berkepanjangan.  Ia segera bertobat dengan sungguh dan Tuhan memulihkan keadaannya.  Akhirnya rencana Tuhan terhadap Petrus  (sebagai penjala manusia)  pun tergenapi.

Tidak ada kata terlambat untuk berubah dan menjadi orang saleh seperti Ayub!