Friday, April 11, 2014

BAYARLAH UTANGMU!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 April 2014

Baca:  Mazmur 37:1-40

"Orang fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih dan pemurah."  Mazmur 37:21

Salah satu akibat ketidakmampuan mengelola keuangan dengan baik adalah memiliki banyak utang.  Adakalanya  'berutang'  dijadikan orang sebagai hal yang biasa, atau menjadi kebiasaan.

     Apakah berutang itu dosa?  Memang tidak ada ayat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa berutang itu dosa.  Kalau berutang itu dosa berarti orang percaya tidak boleh memberi pinjaman kepada orang lain, sedangkan tertulis demikian:  "Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu."  (Matius 5:42).  Kita berdosa kepada Tuhan apabila berutang kepada orang lain dan tidak membayar  (mengembalikan)  utang tersebut, bahkan pemazmur menyebutnya sebagai orang fasik.  Maka dari itu  "Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga,"  (Roma 13:8).  Walaupun utang bukanlah perbuatan dosa, akan tetapi sangat berbahaya, dan utang yang tidak dikembalikan akan menjadi dosa.  Berutang bukanlah kehendak Tuhan bagi anak-anakNya.  Rencana Tuhan bagi orang percaya adalah menjadi berkat bagi orang lain dengan memberi pinjaman, bukan meminjam.  "TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman."  (Ulangan 28:12).

     Mulai sekarang buatlah perencanaan keuangan keluarga dengan baik dan pastikan bahwa setiap utang yang ada pada kita terbayar terlebih dahulu.  Inilah yang harus kita utamakan, karena Tuhan sangat menentang keras orang yang punya utang tapi tidak mau membayarnya.  Tidak sedikit orang Kristen yang berlaku demikian:  berutang sana-sini tapi tidak mau melunasinya sehingga menjadi bahan omongan orang atau tetangga.  Bagaimana kita dapat menjadi berkat bagi orang lain?  Kita malahan akan menjadi batu sandungan bagi orang-orang yang belum percaya.  Aturlah keuangan dengan baik agar kita dapat membayar setiap tagihan atau utang kita dengan tepat waktu, jangan sampai kita ingkar.

Tidak mau disebut orang fasik?  Bayarlah utangmu segera!

Thursday, April 10, 2014

MENGELOLA BERKAT TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2014

Baca:  1 Tawarikh 29:10-19

"Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya."  1 Tawarikh 29:12

Harta kekayaan adalah sepenuhnya milik Tuhan, sementara kita hanya dipercaya Tuhan untuk mengelolanya.  Tuhan adalah pemilik dan kita adalah pengelola.  Siapa pun yang berusaha untuk menjadi pemilik harta itu akan mengalami banyak masalah.

     Seseorang yang mencoba memiliki harta kekayaan akan dikuasai oleh cinta uang, padahal Alkitab menyatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan.  Tuhan tidak melarang kita untuk menjadi kaya, tapi Ia tidak menghendaki kita cinta akan uang.  "Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."  (1 Timotius 6:10).  Ketika kita cinta uang, uang itu akan menjadi tuan atas kita.  Dan  "Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia."  (Pengkotbah 5:9).  Ada kalima bijak mengatakan:  "Uang adalah hamba yang baik, tetapi juga tuan yang jahat."  Bagaimana  supaya kita tidak dikuasai oleh uang?  Kita harus belajar mengelola uang tersebut sebaik mungkin.  Ketahuilah bahwa kemampuan seseorang dalam mengelola harta yang dipercayakan Tuhan merupakan kekuatan untuk memperoleh harta itu sendiri.  Jadi saat kita mampu mengelola uang atau harta dengan baik, berkat Tuhan akan semakin dilimpahkan, sebab besarnya berkat Tuhan itu seiring dengan seberapa besar tanggung jawab kita terhadap harta yang dipercayakan Tuhan kepada kita.  Artinya Tuhan hanya akan mempercayakan hartaNya sesuai dengan kesetiaan kita dalam mengelola harta tersebut.  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10a).

     Ingin dipercaya untuk perkara-perkara besar?  Belajarlah setia dalam perkara-perkara kecil, salah satunya adalah urusan uang atau harta.  Setiap rupiah yang berada di tangan kita adalah sebuah kepercayaan Tuhan, karena itu kelolalah dengan baik dan penuh tanggung jawab.

"...jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?"  Lukas 16:11