Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2014
Baca: Maleakhi 3:6-12
"Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah
Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu
tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai
berkelimpahan." Maleakhi 3:10
Tuhan telah menetapkan agar setiap orang percaya memberikan sepersepuluh dari penghasilan mereka sebagai wujud kasih, ketaatan dan iman kita kepadaNya.
Mengapa kita harus mengutamakan Tuhan? Karena uang yang kita terima adalah berkat dari Tuhan. Memang kita yang bekerja, tetapi jika Tuhan tidak memberikan kita hikmat, kecerdasan, kekuatan, kesehatan dan sebagainya, apa yang bisa kita perbuat? "...di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:5). Dengan memberikan persepuluhan sebenarnya Tuhan sedang mendidik kita untuk memuliakan Dia dengan harta kita, bahkan dengan hasil pertama dari penghasilan kita dan Tuhan berjanji memberkati berkelimpahan. Berapa besar yang harus diberikan kepada Tuhan? Firman Tuhan katakan minimal 10% dari penghasilan kita, yang adalah milik Tuhan.
Inilah janji Tuhan bagi setiap kita yang memberikan sepersepuluh dengan taat dan setia, "Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya
hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah
bagimu, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:10-11). Maka, selalu sisihkanlah sepersepuluh dari berkat atau penghasilan kita sebagai persembahan persepuluhan ke bait kudusnya; bila kita memiliki berkat lebih, firman Tuhan mengajar kita memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan lain, misal: donatur pembangunan gereja, mendukung misi penginjilan, mensponsori atau menjadi orangtua asuh pelajar sekolah teologia dan sebagainya.
Percayalah bahwa setiap pengorbanan dan jerih lelah kita mendukung pekerjaan Tuhan di bumi ini tidak akan pernah sia-sia. Tuhan kita adalah Tuhan yang tidak pernah berhutang, Ia akan mengembalikan itu dengan berlipat kali ganda. Oleh karena itu "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10).
Sudahkah kita taat memberikan persepuluhan?
Thursday, April 3, 2014
Wednesday, April 2, 2014
MENGELOLA KEUANGAN: Prioritas dan Berhemat!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2014
Baca: Lukas 14:25-35
"Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" Lukas 14:28
Mengelola keuangan berarti bukan hanya pandai mengatur keuangan rumah tangga kita sehari-hari saja, tapi juga untuk masa mendatang. Tanda lain ketidakmampuan seseorang mengelola keuangan adalah tidak memiliki prioritas belanja yang benar.
Seringkali kita mengeluarkan uang bukan untuk hal-hal yang penting atau yang benar-benar kita butuhkan, tetapi sekedar memuaskan keinginan mata karena tergiur big sale atau promosi penjualan di supermarket/mall. Kita tidak dapat membedakan mana kebutuhan dan keinginan. "Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku." (Pengkotbah 2:10). Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita: makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bila keuangan kita belum mencukupi untuk hal-hal di luar kebutuhan pokok, janganlah kita memaksakan diri. Sedangkan keinginan bukanlah kebutuhan pokok. Jika belum dapat dipenuhi tidak akan mempengaruhi atau mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Keinginan itu sifatnya dapat ditunda. Seringkali kita berpikir, "Aku sudah berjerih lelah, wajarlah kalau aku ingin menikmatinya sesuka hati." Kemudian kita pun membelanjakan uang dengan tak terkendali dan menuruti segala keinginan, padahal hari-hari di depan kita masih panjang. Akhirnya ketika waktu baru berjalan pertengahan bulan kita kehabisan uang. Kita pun kelabakan dan akhirnya mencari pinjaman ke sana ke mari.
Supaya tidak terjadi hal-hal yang demikian kita harus bijak dalam mengelola keuangan dengan benar. Pengeluaran harus disesuaikan dengan pemasukan, jangan 'besar pasak daripada tiang'. Syukuri setiap berkat yang telah kita terima dengan rasa cukup. "... ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6). Persepuluhan dan kebutuhan hidup sehari-hari adalah prioritas.
Kemampuan mengelola keuangan dengan benar adalah bukti kita bisa dipercaya Tuhan!
Baca: Lukas 14:25-35
"Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?" Lukas 14:28
Mengelola keuangan berarti bukan hanya pandai mengatur keuangan rumah tangga kita sehari-hari saja, tapi juga untuk masa mendatang. Tanda lain ketidakmampuan seseorang mengelola keuangan adalah tidak memiliki prioritas belanja yang benar.
Seringkali kita mengeluarkan uang bukan untuk hal-hal yang penting atau yang benar-benar kita butuhkan, tetapi sekedar memuaskan keinginan mata karena tergiur big sale atau promosi penjualan di supermarket/mall. Kita tidak dapat membedakan mana kebutuhan dan keinginan. "Aku tidak merintangi mataku dari apapun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apapun, sebab hatiku bersukacita karena segala jerih payahku. Itulah buah segala jerih payahku." (Pengkotbah 2:10). Kebutuhan pokok adalah kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita: makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bila keuangan kita belum mencukupi untuk hal-hal di luar kebutuhan pokok, janganlah kita memaksakan diri. Sedangkan keinginan bukanlah kebutuhan pokok. Jika belum dapat dipenuhi tidak akan mempengaruhi atau mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Keinginan itu sifatnya dapat ditunda. Seringkali kita berpikir, "Aku sudah berjerih lelah, wajarlah kalau aku ingin menikmatinya sesuka hati." Kemudian kita pun membelanjakan uang dengan tak terkendali dan menuruti segala keinginan, padahal hari-hari di depan kita masih panjang. Akhirnya ketika waktu baru berjalan pertengahan bulan kita kehabisan uang. Kita pun kelabakan dan akhirnya mencari pinjaman ke sana ke mari.
Supaya tidak terjadi hal-hal yang demikian kita harus bijak dalam mengelola keuangan dengan benar. Pengeluaran harus disesuaikan dengan pemasukan, jangan 'besar pasak daripada tiang'. Syukuri setiap berkat yang telah kita terima dengan rasa cukup. "... ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (1 Timotius 6:6). Persepuluhan dan kebutuhan hidup sehari-hari adalah prioritas.
Kemampuan mengelola keuangan dengan benar adalah bukti kita bisa dipercaya Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)