Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Maret 2014
Baca: Kejadian 37:1-11
"Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya;" Kejadian 37:5
Mimpi di sini bukanlah sekedar 'bunga tidur' yang biasanya kita alami saat tidur, melainkan mimpi yang besar atau impian yang dimiliki oleh setiap orang. Bukankah setiap orang memiliki mimpi atau impian yang suatu saat ingin dicapai dalam hidupnya? Hanya orang mati saja yang tidak memiliki mimpi atau impian. Selama kita masih bernafas kita harus punya mimpi, karena sebuah kesuksesan diawali dengan sebuah mimpi. Saudara ingin menjadi orang yang berhasil? Milikilah mimpi atau impian yang besar, karena mimpi adalah sumber kekuatan, pendorong dan pembangkit semangat dalam menjalani hidup ini; dan setiap kita pasti punya kerinduan bahwa suatu saat kelak mimpinya itu akan menjadi kenyataan. Oleh karena itu mari berjuang dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkannya, tak peduli kendala yang menghadang. Jadi memiliki mimpi adalah hak setiap orang tanpa terkecuali, dan tidak ada seorang pun yang mampu memaksa atau membatasi seseorang untuk bermimpi.
Namun memiliki mimpi saja belumlah cukup, itu baru tangga pertama menuju keberhasilan. Untuk selanjutnya diperlukan suatu usaha dan tindakan iman. "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:17). Begitu juga dalam perjalanan kehidupan rohani, Tuhan memberikan mimpi-mimpi besar kepada umatNya, bukan hanya kepada para tokoh Alkitab yang hidup di zaman dahulu seperti yang dialami oleh Yusuf ini, tapi juga akan dinyatakan kepada umatNya yang hidup di masa sekarang. Inilah nubuat nabi Yoel, "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku
ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan
bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu
akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu." (Yoel 2:28-29).
Adapun tujuan Tuhan memberikan mimpi-mimpiNya adalah Ia hendak menyatakan kehendak dan rencanaNya kepada kita.
Mimpi adalah salah satu cara Tuhan menyatakan kehendak dan rencanaNya secara khusus dalam diri seseorang!
Thursday, March 20, 2014
Wednesday, March 19, 2014
UJIAN WAKTU: Belajar Untuk Sabar (3)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Maret 2014
Baca: Markus 5:21-43
"Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: 'Jangan takut, percaya saja!'" Markus 5:36
Meski mengalami masa-masa yang kering nabi Habakuk tetap menguatkan hati kepada Tuhan: "...aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Pada saat yang tepat kesabaran kita pasti akan membuahkan hasil, musim gugur akan segera berlalu dan berganti dengan musim semi. "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." (2 Timotius 2:6). Di musim semi inilah segala jerih lelah kita akan terbayar, apa yang kita tabur akan kita tuai, setiap pergumulan kita akan segera terjawab. Akhirnya "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." (Mazmur 126:5).
Belajar sabar berarti selalu mengucap syukur kepada Tuhan di segala keadaan dan memiliki penyerahan penuh kepadaNya. "Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan," (Yakobus 5:9). Lawan kata bersyukur adalah bersungut-sungut dan mengomel. Jika kita bertindak demikian kita sedang melangkah menjauh dari penggenapan janji Tuhan. Karena itu "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Belajar sabar berarti belajar percaya pula. Saat dalam perjalanan menuju rumah Yairus -seorang kepala rumah ibadat yang anaknya sedang sakit keras- langkah Yesus sempat tertahan karena Ia bertemu dengan wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, sehingga mujizat bagi anak Yairus sepertinya tertunda: anak Yairus itu pun meninggal dunia. Tetapi pada saat yang tepat Yesus tidak menyembuhkan anak Yairus itu, melainkan membangkitkannya dari antara orang mati. Dahsyat!
Sepertinya Tuhan menunda-nunda waktu untuk menjawab doa kita, ternyata di balik penundaan itu ada perkara-perkara yang heran dan ajaib yang akan dinyatakan!
Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong kita, yang Ia kehendaki adalah kita belajar untuk bersabar, tetap mengucap syukur dan tetap percaya kepadaNya!
Baca: Markus 5:21-43
"Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: 'Jangan takut, percaya saja!'" Markus 5:36
Meski mengalami masa-masa yang kering nabi Habakuk tetap menguatkan hati kepada Tuhan: "...aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:18-19). Pada saat yang tepat kesabaran kita pasti akan membuahkan hasil, musim gugur akan segera berlalu dan berganti dengan musim semi. "Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya." (2 Timotius 2:6). Di musim semi inilah segala jerih lelah kita akan terbayar, apa yang kita tabur akan kita tuai, setiap pergumulan kita akan segera terjawab. Akhirnya "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." (Mazmur 126:5).
Belajar sabar berarti selalu mengucap syukur kepada Tuhan di segala keadaan dan memiliki penyerahan penuh kepadaNya. "Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan," (Yakobus 5:9). Lawan kata bersyukur adalah bersungut-sungut dan mengomel. Jika kita bertindak demikian kita sedang melangkah menjauh dari penggenapan janji Tuhan. Karena itu "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Belajar sabar berarti belajar percaya pula. Saat dalam perjalanan menuju rumah Yairus -seorang kepala rumah ibadat yang anaknya sedang sakit keras- langkah Yesus sempat tertahan karena Ia bertemu dengan wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun, sehingga mujizat bagi anak Yairus sepertinya tertunda: anak Yairus itu pun meninggal dunia. Tetapi pada saat yang tepat Yesus tidak menyembuhkan anak Yairus itu, melainkan membangkitkannya dari antara orang mati. Dahsyat!
Sepertinya Tuhan menunda-nunda waktu untuk menjawab doa kita, ternyata di balik penundaan itu ada perkara-perkara yang heran dan ajaib yang akan dinyatakan!
Tuhan tidak pernah terlambat atau terlalu cepat untuk menolong kita, yang Ia kehendaki adalah kita belajar untuk bersabar, tetap mengucap syukur dan tetap percaya kepadaNya!
Subscribe to:
Posts (Atom)