Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Maret 2014
Baca: 1 Timotius 4:1-16
"Latihlah dirimu beribadah." 1 Timotius 4:7b
Olah raga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup banyak orang, terutama sekali bagi mereka yang hidup di kota-kota besar di mana sarana dan prasarana olahraga tersedia: fitness centre, kolam renang, lapangan tenis, futsal dan sebagainya. Bahkan orang rela merogoh kocek berapa pun besarnya demi berolah raga, menyadari bahwa kesehatan mahal harganya. Kalau sudah mengalami sakit, biaya yang kita butuhkan akan jauh lebih mahal, karena itu kita berusaha menjaga kesehatan tubuh, dan salah satunya dengan berolah raga. Namun yang perlu kita perhatikan adalah: "Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala
hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup
yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Jika latihan badani itu penting walaupun terbatas gunanya, terlebih-lebih latihan rohani (ibadah) yang jauh lebih penting, karena mengandung janji untuk hidup saat ini maupun yang akan datang. Ibadah meliputi doa pribadi, berjemaat di gereja lokal, dan terlibat dalam pelayanan. Tanpa kesungguhan menjalankan ibadah kita tidak akan mendatangkan hasil apa-apa dan hidup kita pun tidak akan mengalami perubahan.
Untuk menikmati kebaikan dan pertolongan Tuhan kita harus melatih kerohanian kita: membangun persekutuan yang karib denganNya setiap waktu melalui doa, perenungan firman, tidak menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, serta memiliki roh yang terus menyala-nyala dalam melayani pekerjaan Tuhan. Untuk melakukan hal itu semua bukan berarti kita harus mengasingkan diri dari hiruk-pikuk keramaian dunia ini, meninggalkan pekerjaan konvensional kita, dan menjadi seorang full-timer. Rasul Paulus adalah contoh orang yang selain melayani Tuhan dengan sungguh juga bekerja sebagai pembuat tenda untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
"Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan
berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di
antara kamu." (2 Tesalonika 3:7-8).
Kita tidak dituntut menjadi full-timer, hati kitalah yang dituntut memiliki 'hati hamba', yang senantiasa taat dan beribadah kepadaNya dengan "full heart"!
Sunday, March 16, 2014
Saturday, March 15, 2014
KETAATAN: Kesempatan Beroleh Peninggian
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Maret 2014
Baca: Ibrani 4:14-16; 5:1-10
"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." (Ibrani 5:6)
Tuhan mendisain manusia dengan kehendak bebas (free will) agar manusia dapat belajar memahami akibat dari pilihan-pilihan hidup yang diambil. Tuhan sangat meninginkan manusia ciptaanNya membuat keputusan yang benar dalam hidupnya yaitu mengasihi Tuhan dengan sungguh dan menaati perintah-perintahNya, dan Tuhan tidak akan pernah berdiam diri melihat orang-orang yang hidup dalam ketaatan: Ia selalu menyediakan upah.
Hidup dalam ketaatan inilah kehendak Tuhan bagi manusia, sedangkan ketaatan itu sendiri untuk kebaikan dan mendatangkan manfaat bagi manusia. Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Ia sendiri telah meninggalkan teladan ketaatan kepada kita. "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya," (Ibrani 5:8). Ketaatan yang ditunjukkan Yesus adalah ketaatan untuk mengalami penderitaan. Bagi kita, untuk taat saja terasa sulit apalagi taat yang menimbulkan penderitaan.
Tuhan Yesus harus mengalami penderitaan selama Ia hidup di dunia. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Ketaatan Yesus dalam menghadapi penderitaan membawaNya kepada kesempurnaan. "dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek." (Ibrani 5:9-10). KetaatanNya dalam menyelesaikan dan menggenapi misiNya menjadikan Yesus sebagai pokok keselamatan kekal bagi semua orang yang percaya kepadaNya. "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
Saat kita hidup dalam ketaatan itulah Tuhan berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14). Ketaatan menjadikan kita sebagai sahabat Tuhan.
Ketaatan menghasilkan promosi dari Tuhan!
Baca: Ibrani 4:14-16; 5:1-10
"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek." (Ibrani 5:6)
Tuhan mendisain manusia dengan kehendak bebas (free will) agar manusia dapat belajar memahami akibat dari pilihan-pilihan hidup yang diambil. Tuhan sangat meninginkan manusia ciptaanNya membuat keputusan yang benar dalam hidupnya yaitu mengasihi Tuhan dengan sungguh dan menaati perintah-perintahNya, dan Tuhan tidak akan pernah berdiam diri melihat orang-orang yang hidup dalam ketaatan: Ia selalu menyediakan upah.
Hidup dalam ketaatan inilah kehendak Tuhan bagi manusia, sedangkan ketaatan itu sendiri untuk kebaikan dan mendatangkan manfaat bagi manusia. Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Ia sendiri telah meninggalkan teladan ketaatan kepada kita. "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya," (Ibrani 5:8). Ketaatan yang ditunjukkan Yesus adalah ketaatan untuk mengalami penderitaan. Bagi kita, untuk taat saja terasa sulit apalagi taat yang menimbulkan penderitaan.
Tuhan Yesus harus mengalami penderitaan selama Ia hidup di dunia. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8). Ketaatan Yesus dalam menghadapi penderitaan membawaNya kepada kesempurnaan. "dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek." (Ibrani 5:9-10). KetaatanNya dalam menyelesaikan dan menggenapi misiNya menjadikan Yesus sebagai pokok keselamatan kekal bagi semua orang yang percaya kepadaNya. "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan,' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).
Saat kita hidup dalam ketaatan itulah Tuhan berkata, "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu." (Yohanes 15:14). Ketaatan menjadikan kita sebagai sahabat Tuhan.
Ketaatan menghasilkan promosi dari Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)