Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Maret 2014
Baca: Markus 14:32-42
"Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: 'Duduklah di sini, sementara Aku berdoa.'" Markus 14:32b
Kunci keberhasilan pelayanan Yesus bukanlah karena Dia memanfaatkan keilahianNya sebagai Putera Allah, tetapi karena ia senantiasa membangun persekutuan yang karib dengan Bapa di sorga. Yesus tidak pernah mengabaikan jam-jam doaNya. Supaya pekerjaan, studi, pelayanan dan apa pun yang kita kerjakan berhasil, kita harus meneladani Yesus yaitu memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan setiap waktu dan meningkatkan jam-jam doa kita. Ada banyak orang Kristen yang sibuk melayani pekerjaan Tuhan dengan jadwal pelayanan yang begitu padat tapi mereka melupakan saat teduh secara pribadi. Pulang dari pelayanan sudah larut malam, badan terasa capai dan akhirnya kita tidak punya waktu lagi untuk berdoa. Lalu kita menganggapnya sebagai hal yang biasa, Tuhan pasti bisa memaklumi, kita pikir yang penting sudah melakukan pelayanan!
Jangan bangga dengan aktivitas pelayanan kita jika kita sendiri tidak karib dengan Tuhan secara pribadi. "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu,
dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata:
Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!" (Matius 7:22-23). Kata tidak mengenal artinya tidak karib. Alangkah malangnya jika kita tidak dikenal oleh Tuhan, padahal selama ini kita sudah malang-melintang di dunia pelayanan. Kekariban dengan Tuhan inilah yang akan menjadi jaminan bahwa kita dikenal oleh Tuhan. Rasul Paulus berkata, "Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku
telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus," (Filipi 3:8).
Kekariban dengan Tuhan tidak terjadi secara instan, namun membutuhkan proses yang terus-menerus seumur hidup kita. Kita tidak bisa langsung karib dengan Tuhan hanya dengan mendengarkan kotbah tentang kekariban yang disampaikan oleh seorang hamba Tuhan di gereja atau membaca buku rohani yang bertemakan kekariban.
Sesibuk apa pun tugas dan pelayanan kita jangan pernah lupakan jam-jam doa!
Wednesday, March 12, 2014
Tuesday, March 11, 2014
FIRMAN+IMAN+TAAT=MUJIZAT
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2014
Baca: Ibrani 3:7-19
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman", Ibrani 3:15
Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa iman dan firman itu adalah dua hal yang terpisah, tidak ada kaitan sama sekali. Benarkah? Sesungguhnya iman dan firman Tuhan adalah dua hal yang tak terpisahkan, merupakan satu kesatuan. Tidak ada firman tidak ada iman, karena iman timbul akibat mendengar firman Tuhan. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Ketika kita taat melakukan apa yang kita dengar kita akan mengalami perkara yang heran dan ajaib. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).
Ketika mendengar suara Tuhan, "Datanglah!" (Matius 14:29), timbul iman dalam diri Petrus sehingga ia pun turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Karena iman, Petrus dapat melakukan hal yang secara manusia mustahil untuk dilakukan. Iman Petrus timbul setelah ia mendengar firman Tuhan, di mana iman itu disertai dengan perbuatan atau tindakan. "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Mendengar firman Tuhan, lalu timbul iman, dan kemudian taat melakukan firman yang telah didengar adalah langkah untuk mengalami mujizat.
Ketika taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan melalui abdiNya (Elia), janda Sarfat juga mengalami mujizat dan perkara-perkara yang mustahil. "Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia." (1 Raja-Raja 17:16).
Kita pun akan mengalami perkara-perkara besar ketika kita taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar. Sebaliknya, selama kita masih mengeraskan hati, berjalan dengan kekuatan sendiri dan tidak mau taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar, mujizat dan perkara-perkara ajaib itu akan semakin jauh dari kehidupan kita.
Kekerasan hati dan ketidaktaatan adalah penghalang utama untuk mengalami perkara-perkara yang mustahil!
Baca: Ibrani 3:7-19
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman", Ibrani 3:15
Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa iman dan firman itu adalah dua hal yang terpisah, tidak ada kaitan sama sekali. Benarkah? Sesungguhnya iman dan firman Tuhan adalah dua hal yang tak terpisahkan, merupakan satu kesatuan. Tidak ada firman tidak ada iman, karena iman timbul akibat mendengar firman Tuhan. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Ketika kita taat melakukan apa yang kita dengar kita akan mengalami perkara yang heran dan ajaib. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).
Ketika mendengar suara Tuhan, "Datanglah!" (Matius 14:29), timbul iman dalam diri Petrus sehingga ia pun turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Karena iman, Petrus dapat melakukan hal yang secara manusia mustahil untuk dilakukan. Iman Petrus timbul setelah ia mendengar firman Tuhan, di mana iman itu disertai dengan perbuatan atau tindakan. "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Mendengar firman Tuhan, lalu timbul iman, dan kemudian taat melakukan firman yang telah didengar adalah langkah untuk mengalami mujizat.
Ketika taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan melalui abdiNya (Elia), janda Sarfat juga mengalami mujizat dan perkara-perkara yang mustahil. "Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia." (1 Raja-Raja 17:16).
Kita pun akan mengalami perkara-perkara besar ketika kita taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar. Sebaliknya, selama kita masih mengeraskan hati, berjalan dengan kekuatan sendiri dan tidak mau taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar, mujizat dan perkara-perkara ajaib itu akan semakin jauh dari kehidupan kita.
Kekerasan hati dan ketidaktaatan adalah penghalang utama untuk mengalami perkara-perkara yang mustahil!
Subscribe to:
Posts (Atom)