Tuesday, March 11, 2014

FIRMAN+IMAN+TAAT=MUJIZAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Maret 2014

Baca:  Ibrani 3:7-19

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",  Ibrani 3:15

Ada banyak orang Kristen yang beranggapan bahwa iman dan firman itu adalah dua hal yang terpisah, tidak ada kaitan sama sekali.  Benarkah?  Sesungguhnya iman dan firman Tuhan adalah dua hal yang tak terpisahkan, merupakan satu kesatuan.  Tidak ada firman tidak ada iman, karena iman timbul akibat mendengar firman Tuhan.  "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Ketika kita taat melakukan apa yang kita dengar kita akan mengalami perkara yang heran dan ajaib.  "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."  (1 Korintus 2:9).

     Ketika mendengar suara Tuhan,  "Datanglah!"  (Matius 14:29), timbul iman dalam diri Petrus sehingga ia pun turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.  Karena iman, Petrus dapat melakukan hal yang secara manusia mustahil untuk dilakukan.  Iman Petrus timbul setelah ia mendengar firman Tuhan, di mana iman itu disertai dengan perbuatan atau tindakan.  "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."  (Yakobus 2:22).  Mendengar firman Tuhan, lalu timbul iman, dan kemudian taat melakukan firman yang telah didengar adalah langkah untuk mengalami mujizat.

     Ketika taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan melalui abdiNya  (Elia), janda Sarfat juga mengalami mujizat dan perkara-perkara yang mustahil.  "Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia."  (1 Raja-Raja 17:16).

     Kita pun akan mengalami perkara-perkara besar ketika kita taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar.  Sebaliknya, selama kita masih mengeraskan hati, berjalan dengan kekuatan sendiri dan tidak mau taat melakukan firman Tuhan yang telah kita dengar, mujizat dan perkara-perkara ajaib itu akan semakin jauh dari kehidupan kita.

Kekerasan hati dan ketidaktaatan adalah penghalang utama untuk mengalami perkara-perkara yang mustahil!

Monday, March 10, 2014

TIDAK BERPUAS DIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2014

Baca:  Filipi 3:1-16

"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus."  Filipi 3:12

Gelar atau mahkota kemenangan atlet adalah buah dari usaha dan kerja kerasnya.  Tanpa usaha dan kerja keras adalah mustahil ia meraih keberhasilan atau tampil sebagai pemenang.  Seorang atlet akan menjadi juara atau pemenang apabila ia berhasil melawan lawan-lawannya di setiap pertandingan yang diikutinya.  Melalui kompetisi atau perlombaan inilah kualitas dan kemampuan seorang atlet diuji;  adakah atlet yang setelah meraih satu gelar juara langsung berpuas diri dan berhenti berjuang?  Semua atlet pasti haus akan gelar dan berjuang meraihnya sebanyak mungkin.  Jika ada atlet yang setelah sekali menjadi juara berpuas diri dan tidak mau turut dalam kompetisi lagi sudah bisa dipastikan bahwa karirnya tidak akan bertahan lama dan pada akhirnya akan tamat.

     Dalam kehidupan rohani kita pun sedang berada di arena perlombaan iman.  Dalam hal ini bukan untuk mencari siapa yang lebih unggul atau yang lebih utama, tetapi firman Tuhan hendak menanamkan kepada kita bagaimana memiliki hidup yang berkemenangan di segala keadaan.  Di depan ada banyak sekali rintangan, situasi-situasi sulit dan pergumulan hidup yang berat.  Sebagai manusia kita ini banyak kelemahan dan tidak menutup kemungkinan kita jatuh dalam kesalahan-kesalahan.  Namun jika kita memiliki tujuan hidup yang benar, dengan mata yang tertuju kepada Tuhan dan janji firmanNya, kita akan tidak akan udah menyerah pada keadaan dan berpuas diri.  Rasul Paulus senantiasa pantang menyerah, apalagi berpuas diri.  Ia terus  "...berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  (Filipi 3:14).

     Saat ini banyak orang Kristen yang merasa puas dengan ibadah, pelayanan dan doanya.  Mereka merasa kerohaniannya lebih baik dari orang Kristen lainnya.  Apakah kita juga demikian?

Paulus tidak pernah membiarkan dirinya terlena, ia terus berusaha mengejar perkara-perkara rohani lebih lagi, itulah sebabnya rohnya terus menyala-nyala bagi Tuhan!