Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Maret 2014
Baca: Kisah 11:19-30
"Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil
mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama
kalinya disebut Kristen." Kisah 11:26
Banyak orang Kristen sudah bertahun-tahun mengikut Tuhan tapi masih belum memahami benar arti menjadi seorang Kristen. Yang mereka tahu orang kristen beribadah di gereja dan kitab yang dibaca adalah Injil. Sedangkal itukah pemahaman kita?
Kalau kita baca secara teliti di dalam Alkitab, kata Kristen memiliki beberapa arti, di antaranya adalah: 1. Kristen artinya pengikut Kristus. Kalau kita mengaku diri sebagai orang Kristen berarti kita telah berkomitmen seumur hidup untuk mengikut Yesus, bukan mengikut ilah lain. Mengikut Tuhan Yesus berarti kita mengikut jejakNya dan meneladani hidupNya. Nasihat Paulus kepada kita, "Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus." (1 Korintus 11:1).
2. Orang Kristen adalah orang yang bersaksi tentang Kristus kepada orang lain. Inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus, bersaksi kepada Agripa tentang Kristus hingga Agripa menjawab, "Hampir-hampir saja kauyakinkan aku menjadi orang Kristen!" (Kisah 26:28). Sudahkah kita menjalankan tugas sebagai saksi-saksi Kristus yang baik di tengah dunia ini melalui perkataan dan perbuatan kita? Ingat, kita adalah garam dunia dan terang dunia. Menyedihkan sekali jika banyak orang Kristen yang malu bersaksi tentang Kristus. Jangankan bersaksi kepada orang lain, membuka jati dirinya sebagai orang Kristen saja enggan karena takut reputasinya hancur, takut kehilangan jabatan, takut popularitasnya menurun, ditinggalkan oleh fans dan sebagainya.
3. Orang Kristen adalah orang yang siap dan berani menderita bagi Kristus. "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu,
melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." (1 petrus 4:14-16).
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." Filipi 1:21-22
Thursday, March 6, 2014
Wednesday, March 5, 2014
PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2014
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." 1 Yohanes 1:7
Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa. "Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar," (Mazmur 2:11); "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2).
Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah: "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Mengapa? Karena "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita. Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin. Daud menyukai berada di rumah Tuhan: "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!" (Mazmur 84:2).
Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata. Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita seperti ini: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa. Orang yang demikian adalah pendusta. "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." (1 Yohanes 1:6).
Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!
Baca: 1 Yohanes 1:5-10
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." 1 Yohanes 1:7
Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa. "Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar," (Mazmur 2:11); "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!" (Mazmur 100:2).
Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah: "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7b). Mengapa? Karena "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8). Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita. Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin. Daud menyukai berada di rumah Tuhan: "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!" (Mazmur 84:2).
Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata. Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita seperti ini: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Matius 15:8-9). Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa. Orang yang demikian adalah pendusta. "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran." (1 Yohanes 1:6).
Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!
Subscribe to:
Posts (Atom)