Wednesday, March 5, 2014

PERSEKUTUAN DENGAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2014

Baca:  1 Yohanes 1:5-10

"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."  1 Yohanes 1:7

Persekutuan dengan Tuhan dapat terwujud salah satunya melalui ibadah, karena itu janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada, serta beribadahlah dengan hati yang takut akan Tuhan, bukan asal-asalan dan bukan pula karena terpaksa.  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar,"  (Mazmur 2:11);  "Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!"  (Mazmur 100:2).

     Kita diminta terus melatih diri dalam hal ibadah:  "Latihlah dirimu beribadah."  (1 Timotius 4:7b).  Mengapa?  Karena  "...ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang."  (1 Timotius 4:8).  Dalam ibadah kita memuji dan menyembah Tuhan, serta mendengar suaraNya melalui firman, sehingga kita bisa merasakan hadiratNya hadir di tengah-tengah kita.  Hendaknya persekutuan dengan Tuhan melalui ibadah ini kita lakukan dengan nyala cinta, bukan sekedar kebiasaan rutin.  Daud menyukai berada di rumah Tuhan:  "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!"  (Mazmur 84:2).

     Persekutuan dengan Tuhan hendaknya jangan hanya terucap di bibir saja, tetapi harus dilakukan dalam tindakan nyata.  Jangan sampai Tuhan tidak berkenan dengan tindakan kita seperti ini:  "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia."  (Matius 15:8-9).  Namun tidak mungkin orang beribadah kepada Tuhan dengan sungguh jika kehidupan sehari-harinya masih penuh tindakan tidak terpuji, hidup dalam kegelapan atau terus berkompromi dengan dosa.  Orang yang demikian adalah pendusta.  "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran."  (1 Yohanes 1:6).

Bukti nyata kita beribadah sungguh kepada Tuhan adalah hidup taat dan hal itu terlihat nyata melalui perubahan karakter dan tingkah laku kita sehari-hari!

Tuesday, March 4, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Membangun Persekutuan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2014

Baca:  Mazmur 84:1-13

"Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik."  Mazmur 84:11

Aspek lain yang membawa seseorang kepada kedewasaan rohani adalah apabila ia suka bersekutu dengan Tuhan dan juga dengan sesama saudara seiman.  Persekutuan dengan Tuhan ini mutlak dimiliki setiap orang percaya, demikian juga persekutuan dengan sesama.

     Kata persekutuan artinya dipersatukan menjadi satu.  Jadi apabila ada persekutuan akan terjadi ikatan antara satu dengan lainnya begitu erat, bersatu dan tidak dapat dipisahkan.  Betapa pentingnya ikatan persekutuan ini sehingga banyak ayat Alkitab yang menyatakan tentang hal ini, contoh:  "Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!"  (Pengkotbah 4:9-10).  Maka dari itu Rasul Paulus pun menasihati,  "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  (Ibrani 10:25).

     Bersekutu dengan Tuhan berarti senantiasa melekat pada pokok anggur yaitu Tuhan Yesus, sebab kita ini adalah carang-carangNya.  Tidak mungkin carang bisa hidup tanpa menempel pada pokoknya, demikian juga kita tidak dapat hidup tanpa bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.  "Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku."  (Yohanes 15:4b).  Jadi kalau kita tidak tinggal tetap di dalam Kristus kita tidak bisa menghasilkan buah.  Bukan hanya tidak bisa berbuah, tapi lambat laun kita bisa mengalami kematian atau kekeringan rohani karena tidak ada siraman air hidup yang biasa diperoleh melalui persekutuan tersebut.  Di luar Tuhan atau tanpa persekutuan dengan Tuhan Yesus mustahil kerohanian bisa bertumbuh.

Persekutuan dengan Tuhan harus selalu kita bina terus-menerus, bukan waktu-waktu tertentu saja.