Monday, March 3, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Rela Meninggalkan Segala Sesuatu

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Maret 2014

Baca:  Ibrani 6:1-8

"Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah,"  Ibrani 6:1

Bukti kedewasaan rohani orang Kristen adalah kesiapan meninggalkan segala sesuatu;  rela meninggalkan kehidupan lama dan hidup sebagai manusia baru.  Ada tindakan iman yaitu berani keluar dari comfort zone yang selama ini membelenggu dan enggan kita tinggalkan.

     Abraham membuat tindakan iman ketika mendapat perintah dari Tuhan:  "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;"  (Kejadian 12:1).  Lalu  "...pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya,"  (Kejadian 12:4).  Begitu juga dengan Musa:  "Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa."  (Ibrani 11:24-25).  Bangsa Israel, umat pilihan Tuhan, harus meninggalkan Mesir, berarti meninggalkan masa perbudakan di Mesir, termasuk meninggalkan segala pikiran dan kebiasaan hidup lama mereka meski di tengah perjalanan mereka seringkali mengeluh, bersungut-sungut dan berkeinginan untuk kembali.  Rasul Paulus pun bertekad kuat,  "...karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:8).

     Kita dikatakan dewasa rohani bila kita dengan sepenuh hati tunduk kepada pimpinan Roh kudus dan meninggalkan segala yang salah dan jahat.  Artinya kita tidak lagi berkompromi dengan segala perkara yang mendatangkan kebencian dalam hati Tuhan.  Setiap orang yang meninggalkan segala sesuatunya bagi Kristus tidak aakan pernah mengalami kerugian.  Sebaliknya ia akan memiliki pengalaman-pengalaman rohani yang luar biasa.  Mengalami iman inilah yang akan menolong kita untuk meninggalkan segala perkara yang selama ini menjadi penghalang bagi kita untuk mengikut dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.

Tuhan rela turun ke dunia melayani, bahkan memberikan nyawaNya bagi kita;  biarlah dengan iman kita pun memiliki kerelaan meninggalkan segalanya bagi Dia.

Sunday, March 2, 2014

KEDEWASAAN ROHANI: Bertekun Dalam Doa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Maret 2014

Baca:  Yesaya 56:1-8

"sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa."  Yesaya 56:7b

Daud senantiasa mencintai firman Tuhan,  "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari."  (Mazmur 119:97)  karena hidup tanpa firman Tuhan itu seperti hidup di dalam kegelapan yang pekat.  Sungguh,  "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."  (Mazmur 119:105).  Tuhan juga mengingatkan Yosua,  "Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung."  (Yosua 1:8).  Sudah seharusnya kita memiliki komitmen untuk menjadi pelaku firman Tuhan, supaya kita disebut berbahagia oleh setiap perbuatan yang kita lakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan.  "...barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya."  (Yakobus 1:25).

     Komitmen hidup taat merupakan perekat hubungan kita dengan Tuhan, sebab jika tidak ada tekad untuk melakukan firman Tuhan secara terus-menerus, dalam waktu yang singkat iman kita akan goyah dan kerohanian kita akan merosot.  Komitmen inilah yang makin mendewasakan kita di dalam iman sehingga kita semakin hari semakin berkenan di mata Tuhan.  Selain itu kita harus bertekun dalam doa.  Doa yang dimaksud bukanlah doa yang sarat kepentingan pribadi, atau doa yang dilakukan hanya saat ada persoalan, melainkan yang dibangun setiap waktu, yang didasari kerinduan untuk bersekutu dan bergaul karib dengan Tuhan, sehingga doa menjadi gaya hidup atau kebiasaan yang dilakukan setiap hari, seperti Daniel,  "Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya."  (Daniel 6:11).

     Seorang yang belum dewasa rohani amatlah sulit untuk bercakap-cakap dengan Tuhan, kecuali hanya bisa meminta.

Seseorang dewasa rohani tahu membangun persekutuan intim dan menjaga komunikasi dengan Tuhan;  isi doanya sarat pjji-pujian dan penyembahan bagiNya.